Tata Surya

Ini Hipotesis tentang Alam Semesta

Hai squad, kita akan pelajari asal usul penciptaan alam semesta, Tuan Guru membaca beberapa literatur tentang hipotesis (dugaan) dan teori tentang terjadinya Tata Surya.

Tuan Guru mengungkapkan ada tiga hipotesis soal penciptaan Tata Surya. Ketiga hipotesis itu, yakni hipotesis Sederhana, hipotesis Nebula, hipotesis Tumbukan, dan teori Modern.

Pertama, hipotesis Sederhana, Matahari dianggap mempunyai gravitasi yang sangat besar. Gravitasi ini menangkap benda benda di luar angkasa serara acak dalam kurun waktu jutaan tahun, membentuk planet-planet dan satelit- satelitnya.

“Menurut kamu, apa kelemahan hipotesis ini,” tanya Tuan Guru kepada anak didiknya.

“Menurut saya kalau hipotesa ini benar, arah orbit atau revolusi planet-planet akan acak Ada yang berevolusi searah dengan jarum jam, ada juga yang berlawanan dengan jarum jam,” jawab anak didik Tuan Guru.

“Tetapi, kenyataannya semua planet bergerak berlawanan àrah dengan arah gerak jarum jam,” katanya.

“Ada lagi yang mau memberikan pendapatnya,” tanya Tuan Guru.

“Saya, Pak. Kalau planet-planet itu ditangkap secara acak, pasti lintasannya tidak melingkar semuanya. Pasti ada yang sangat lonjong seperti lintasan komet.” katanya.

“Saya pernah baca bahwa Bumi, Bulan, dan meteoroid (batuan meteor yang sampai ke Bumi) itu umurnya hampir sama. Ini tidak cocok
dengan hipotesis yang mengatakan bahwa Matahari menangkap planet-planet serta satelitnya dalam waktu yang berbeda-beda,” ujar murid Tuan Guru.

“Luar biasa sekali. Ternyata kamu senang baca,” puji Tuan Guru.

Kedua, hipotesis Nebula. Tuan Guru mengajak anak didik berimajinasi kembali ke masa lampau. “Kita mau mundur ke masa lampau,” kata Tuan Guru.

“Pak, kita mau ke mana, Pak, tuh ada orang, siapa dia?
“Oh, dia Filsuf Jerman yang memperkenalkan hipotesis Nebula. Ayo kita berkenalan,” ujarnya.

“Halo anak-anak, saya Immanuel Kant, pernahkah kalian mendengar hipotesis Nebula,” kata.

“Pak Kant yang jeius, apa itu Nebula?”

Ho, ho, Nebula itu sekumpulan gas besar (kebanyakann gas helium dan hidrogen), debu (karbon, silikon, besi) dan plasma (lautan muatan listrik positif dan negatif) yang berbentuk seperti awan raksasa. Nebula tersebar di luar angkasa.

Menurut teori saya, gravitasi akan membuat gas-gas ini termampatkan, sehingga ukuran awan gas itu mengecil.

Awan gas yang memadat dan mampat akan jadi Mataharí dan benda-benda langit lainnya yang mengelilinginya. Ketika gas dimampatkan oleh gravitasi, gas itu pasti melawan.

Saya masih ingat, menurut Hukum Boyle, ketika volume gas mengecil maka tekananmya membesar.

“Betul sekali, memang gas akan melawan, tetapi gaya gravitasinya lebih besar sehingga gas itu bisa mampat sampai volume tertentu,” kata Kant.

Teori saya ini kemudian diperbaiki oleh Piere-Simon Laplace, Matematikawan dari Perancis. Menurut saya, selama proses pemampatan, gumpalan gas ini berputar. Putaran ini membuat gumpalan gas berbentuk pipih seperti cakram.

“Kenapa bisa begitu, Pak?”
Kalau adonan ini saya putar, adonan ini akan menjadi pipih. Penyebabnya adalah gaya sentrifugal. Arah gaya ini menjauhi pusat putaran.

Gaya ini akan menarik samping sehingga adonan pipih. Setiap benda yang berputar akan mengalami gaya sentrifugal inu.

“Pak ketika mobil yang saya naiki membelok ke kanan, saya terdorong ke kiri. Apakah ini juga akibat gaya sentrifugal.”

“Tepat sekali,” kata Tuan Guru. Jadi, gumpalan gas di pusat cakram akan menjadi Matahari. Sedangkan gas-gas yang mengelilingi pusat cakram itu setelah mendingin akan mengumpul dan membentuk planet-planet.

“Sekian dulu anak-anak,” kata Kant

Ketiga, hipotesis Tumbukan, hipotesisi ini  cukup populer dikemukakan Thomas Chamberlian dan France Moulton. Menurut mereka, saat Matahari masih muda ada sebuah bintang melintas cukup dekat.

Sebagian besar materi Matahari tertarik dan terseret oleh bintang Itu. Materi dari planet planet. Karena terseret pada arah yang sama, maka arah orbit sama.

Ho.ho. dalam hipotesis ini, kita tidak bisa menjelaskan, perbedaan sifat-sifat planet Terestrial dan Jovian, termasuk putaran planet-planet yang berbeda-beda.

Keempat, Teori Modern. “Dari sekian banyak hipotesis, mana yang
sekarang menurut kita yang paling bagus?”

Saat ini, kata Tuan Guru,  hipotesis yang paling populer adalah Hipotesis Nebula. Orang sempurnakan hipotesis ini dan menjadikannya sebagai bentukan Tata Surya.

Keliman, Teori Modern, teori  pembentukan Tata Surya ini meliputi beberapa hipotesa. Yakni  (a) Awan padat dan dingin yang berjumlah sangat banyak mengumpul karena pengaruh gravitasi.

(b) Selama proses pengumpulan ini, awan berputar dan memipih membentuk semacam cakram/piringan. Selama proses ini juga gerakan partikel-partikel awan menjadi sangat cepat partikel-partikel ini saling bertumbukan menyebabkan suhu piringan menjadi sangat tinggi terutama di pusat piringan.

(c) Pusat piringan ini membentuk bola gas panas, menjadi protosun atau calon Matahari. Agak jauh dari pusat piringan, gas lebih dingin

(d) Pusat bola makin lama makin menggumpal sampai ada keseimbangan antara gaya tolak akibat tekanan gas dan gaya tarik gravitasi. Setelah tercapai keseimbangan, pusat bola ini menjadi bintang (Matahari).

(e) Agak jauh dari pusat bola, partikel-partikel gas juga bertumbukan dan mengumpul di tempat-tempat tertentu membentuk miliaran planetesimal (bahan baku planet) yang berdiameter 5-10 km. Planetesimal ini akan bertumbukan satu sama lain dan bergabung membentuk protoplanet.

(f) Daerah yang lebih dekat ke Matahari materialnya terbuat dari logam dan batuan (lebih tahan panas). Mereka ini akan membentuk planet Terestrial. Daerah yang jaraknya agak jauh terbuat darn gas dan es. Mereka ini akan membentuk planet Jovian. (*)

Referensi
Buku Fisika Gasing, Prof Yohanes Surya, Phd

__Terbit pada
28 November 2021
__Kategori
Sains

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *