Peristiwa di Gerbang Ilmu
Matahari perlahan menyingkap tirai kabut tipis memayungi pegunungan Bacukiki, Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Di gerbang Sekolah Islam Terpadu (SIT) Darul Qur’an Madani, suasana riuh rendah menyambut hari.
Udara pagi sejuk berpadu dengan denyut lalu lintas mulai ramai, mengiringi langkah saya dan para orang tua lain mengantar buah hati ke sekolah.
Maklum, hari itu adalah Senin, 14 Juli 2025, penanda dimulainya tahun ajaran baru. Ketika tiba di pelataran sekolah, puluhan orang tua telah lebih dulu tiba.
Mereka mengabadikan momen istimewa dengan berswafoto di hadapan gedung berlantai tiga, saksi bisu tempat tunas-tunas bangsa menimba ilmu.
Bagi para Aparatur Sipil Negara, momentum tahun ajaran baru ini bertepatan dengan gaung Gerakan Ayah Mengantar Anak di hari pertama sekolah.
Aisyah, putriku, turun dari kendaraan roda dua, sigap meraih gawai, merekam jejak kenangan dengan sebuah vlog kecil.
Seperti biasa, salam hangat, cium tangan penuh kasih, lantas tos sebagai penutup perjumpaan pagi itu.
Sayang, pagi itu saya tak sempat menyapa dengan gurunya. Ada tugas mulia menanti, menyambut para murid di gerbang sekolah.
Bersama seorang sohib, dengan senyum merekah dan sapaan hangat, kami menyambut murid-murid baru dan lama.
Menanyakan kabar mereka, merapikan seragam sedikit lusuh, lalu membimbing mereka menuju kelas masing- masing.
Harapan di Pagi Itu
Setelah libur panjang, upacara bendera pertama dihelat, mengukir kembali semangat baru.
Usai upacara, Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pun dimulai, sebuah gerbang awal bagi murid baru mengenal lingkungan sekolah.
Orang tua, khusus Ayah mengantar anak di hari pertama sekolah bukanlah tanpa makna. Ini adalah jembatan komunikasi bagi guru dan orang tua untuk bersama-sama menyiapkan kebutuhan anak didik.
Gerakan ini memberikan rasa aman dan nyaman bagi mereka dalam memulai perjalanan pembelajaran.
Lebih dari itu, ini adalah fondasi kolaborasi antara orang tua dan guru dalam memenuhi segala kebutuhan anak sepanjang proses belajar.
Orang tua mesti mengenal lebih dekat para pengajar dan lingkungan sekolah tempat anak mereka menuntut ilmu.
Inilah kesempatan emas untuk menjalin komunikasi yang harmonis antara anak, orang tua, dan guru.
Ayah khususnya, diharapkan mampu menyemai benih motivasi di awal tahun ajaran baru ini, sekaligus memastikan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan beriklim kondusif untuk pembelajaran.
Saya berharap melalui Gerakan Ayah Mengantar Anak di hari pertama sekolah ini, para murid dapat menanamkan kedisiplinan dalam diri.
Disiplin dalam jadwal dan waktu. Sebuah nilai yang tak mudah diemban, sebab menghargai waktu adalah tantangan tersendiri. Namun, apa salahnya mencoba?
Demi membiasakan diri pada ragam aktivitas positif: membaca, berpikir kritis, dan sederet kebiasaan baik lainnya.
Memulai dengan membaca materi lebih awal, atau “curi start,” dengan sedikit demi sedikit mencerna bahan ajar melalui internet, buku, dan sumber belajar lainnya.
Miliki motivasi yang membara saat memasuki tahun ajaran baru. Ubah pola pikir. Singkirkan kebiasaan buruk yang selama ini membelenggu, dan jadilah versi terbaik dari dirimu.
Saatnya untuk lebih giat mengerjakan tugas, lebih aktif di kelas, berdiskusi bersama teman, dan tak segan bertanya tentang pelajaran.
Biasakanlah bangun pagi, beribadah, berolahraga, menyantap makanan sehat dan bergizi, mencintai belajar, berinteraksi sosial, dan beristirahat lebih awal. (*)
Ilustrasi ayah mengantar anak ke sekolah di hari pertama sekolah atau gerakan sehari bersama ayah. (Foto: Mommies Daily)