Tradisi Syawalan

Pagi itu terasa sejuk dengan matahari yang baru saja terbit. Usai menunaikan salat Idulfitri, saya dan keluarga saling memaafkan sambil menikmati hidangan khas Lebaran.

Bagi anak-anak, bulan Syawal memberikan keberkahan tersendiri, para orang tua dan kerabat membagikan tunjangan hari raya (THR).

Bagi orang dewasa, tradisi Massiara, berarti bersilaturahmi setelah Lebaran atau Mallepe dalam budaya Bugis, masih sangat dijaga.

Tradisi ini menjadi sarana mempererat tali persaudaraan dengan keluarga, tetangga, dan sahabat.

Saat Massiara, tidak ada rasa malu untuk saling meminta dan memberi maaf.

Tuan rumah menyuguhkan berbagai panganan khas Lebaran yang istimewa. Panganan itu hanya tersedia pada momen Lebaran saja, seperti buras, ketupat, tape, kari ayam, dan hidangan khas lainnya.

Panganan itu dilengkapi dengan minuman dingin yang menyegarkan.

Salah satu hidangan tak kalah penting adalah kue passiara. Para ibu rela mengeluarkan biaya lebih untuk menyiapkannya, tanpa memperdulikan harganya.

Kue passiara ini khusus diperuntukkan bagi kerabat, sahabat, dan tetangga yang datang massiara setelah perayaan Lebaran.

Kue passiara bukan sekadar hidangan tamu, melainkan simbol perekat silaturahmi.

Meskipun semua tetangga membuat kue Lebaran, tradisi tetap berjalan.

Kue passiara tetap dibuat atau dibeli, bukan hanya sebagai hidangan, tetapi sebagai media untuk mempererat hubungan silaturrahmi, saling meminta dan memberi maaf.

Rasanya, perayaan Lebaran akan terasa kurang lengkap tanpa kehadiran kue-kue dan panganan khas ini.

Saat bulan Syawal tiba, seluruh umat Islam menyambutnya dengan suka cita. Tua, muda, dan anak-anak bergembira merayakan kemenangan setelah berpuasa.

Bagi para pejabat dan tokoh masyarakat, mereka menyambut warga dengan mengadakan open house atau halal bihalal bersama keluarga besar.

Selain itu, ada juga warga yang menggelar reuni atau berkumpul dengan teman-teman sekolah.

Mereka memanfaatkan momen ini untuk menyambung kembali tali silaturahmi yang mungkin telah lama terputus.

Mereka saling berbagi pengalaman dan menceritakan kesuksesan masing-masing di perantauan.

Bulan Syawal memiliki keutamaan tersendiri, dianggap sebagai penyempurna ibadah di bulan Ramadan.

Umat Muslim dianjurkan untuk berpuasa Syawal. Bulan ini juga menjadi simbol kemenangan setelah berhasil melawan hawa nafsu selama bulan Ramadan, serta menjadi pembuktian ketakwaan.

Setelah Ramadan berakhir, umat Islam dianjurkan untuk terus menjaga kualitas ibadah seperti yang telah dilakukan selama bulan suci. (*)

Foto/ilustrasi: pngtree

__Terbit pada
5 April 2025
__Kategori
Culture
Tradisi Syawalan

Tradisi Syawalan

2 minggu  yang lalu
Ramadhan pun Pamit

Ramadhan pun Pamit

3 minggu  yang lalu
Cerita di Kaki Langit

Cerita di Kaki Langit

1 bulan  yang lalu
Peristiwa di Batas Senja

Peristiwa di Batas Senja

1 bulan  yang lalu
Peristiwa di Kelas Sains

Peristiwa di Kelas Sains

1 bulan  yang lalu
Di Bawah Pohon Beringin

Di Bawah Pohon Beringin

1 bulan  yang lalu
Kelas Ramadhan

Kelas Ramadhan

1 bulan  yang lalu
Kelas Pagi

Kelas Pagi

1 bulan  yang lalu
Memaafkan

Memaafkan

1 bulan  yang lalu