
Peristiwa di Kelas Sains
Pada suatu kesempatan, saya melakukan riset kecil untuk mengenali karakter murid. Saya menulis lima soal dan jawaban di papan tulis berwarna putih menggunakan spidol hitam.
Dari lima soal itu, saya sengaja menuliskan satu jawaban salah. Lalu bergeser dan berdiri di sudut kelas, melipat tangan di dada, menatap wajah-wajah murid ceria dan penuh semangat—siap menerima pengajaran di pagi itu.
“Hahaha.” Murid-murid terbahak, saling menatap, sesekali berbisik sesama teman sebayanya.
“Mengapa kalian tertawa?”
Apakah ada yang lucu?”
Suasana berubah hening, mereka terdiam, hanya saling menatap.
“Jawaban nomor lima salah, Pak,” jawab mereka kor.
“Hem,” saya menghela napas panjang, diam sejenak, menatap murid sambil tersenyum.
“Begitulah dunia memperlakukan kita,” kataku, menasihati muridnya dengan pelan.
Suasana hening kembali terjadi, mereka saling menatap, sesekali berbisik.
“Kalian melihat empat jawaban saya benar, tetapi tidak ada satu pun mengapresiasi saya atas pekerjaan itu.” Suasana semakin sunyi.
“Kalian menertawakan saya untuk satu kesalahan saya perbuat. Padahal, saya telah memberikan empat kebenaran,” kataku.
Mereka semua terdiam, sebagian tertunduk, mengira saya marah. Suasana tegang dan sesekali mereka saling menatap.
“Banyak orang telah berbuat ribuan kebaikan, tetapi sekali melakukan kesalahan kecil, kesalahan itu dibesar-besarkan. Kesalahan itu pula yang membunuh karakternya.”
Saat ini, orang lebih dikenal dari satu kesalahan, dibandingkan seribu perbuatan kebaikan telah diperbuat.
Terkadang satu kesalahan selalu diingat dan diulang- ulang, tanpa mengingat empat kebaikan.
“Begitulah dunia memperlakukan kita. Pandanglah setiap kebaikan walaupun kecil. Tak usah mencari-cari kesalahan orang lain,” nasihatku pagi itu.
Ujian kita adalah menjaga lisan dan perbuatan kita serta berbuat baik kepada sesama.
Mari kita belajar pada lebah. Lebah selalu melihat dan mencium bau harum semerbak. Meski berada di tempat kotor dan busuk. Selalu mencari bau wangi.
Berbeda dengan lalat, meski berada di tempat suci nan indah, mata dan hidungnya selalu mengendus bau busuk.
Hewan kelas insektisida dan ordo diptera bisa terbang menjelajahi bumi sejauh 8 km setiap jam itu, tidak suka kebersihan, tetapi senang sampah.
Semoga mata kita tetap menatap yang baik-baik. Hidung kita mencium yang harum. Telinga mendengar yang baik.
Jagalah nirmala mata, hidung, mulut, dan telinga kita. Selalu menanamkan sikap kejujuran. Orang sukses menemukan jalan untuk menggapai impian.
Masih ada orang suka mencari kesalahan orang lain. Lalu merasa diri sendiri adalah sosok paling baik, paling cerdas, dan lebih dalam segalanya.
Dia belum menyadari bahwa tidak ada seorang manusia sempurna.
“Jadilah seperti pohon yang lebat buahnya, tumbuh di tepi jalan. Dilempar buahnya dengan batu, tetapi tetap dibalas dengan buah,” nasihat Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Jangan terlalu cepat menyalahkan orang lain, jika belum mengetahui apa sesungguhnya terjadi. Janganlah lupa, kita banyak kekurangan, harus diperbaiki.
“Apakah kamu memakai lup (kaca pembesar) untuk melihat kesalahan orang lain?”
“Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak,” (HR Muslim)
“Janganlah kamu mencari-cari keburukan orang lain.” (QS Al-Hujarat Ayat 12). (*)
Foto/ilustrasi:pixabay.com