
Peristiwa di Tepi Mercusuar
Di ujung sore, di akhir pekan, sinar matahari mulai melemah bergeser turun ke barat, lalu tenggelam di kaki langit. Petang pun membayang di pantai Tonrangeng, Kota Parepare.
Ayat-ayat-Mu bergema di langit, deru perahu nelayan riuh membelah teluk . Lembayung senja menampakkan diri di tepi menara mercusuar.
Langit semula cerah perlahan berubah warna, dihiasi gradasi jingga, merah, menenangkan. Suara azan Maghrib berkumandang. Waktu berbuka telah tiba.
Senja Ramadhan bukan sekadar pergantian waktu, tetapi simbol dari perjalanan spiritual. Saatnya merenung, bersyukur, dan melepaskan dahaga setelah seharian menahan lapar dan haus.
Cahaya senja yang lembut seolah menyelimuti hati, memberikan ketenangan dan kedamaian. Di bawah langit, suasana hangat dan penuh cinta ini adalah salah satu momen paling berharga di bulan Ramadhan.
Senja mengingatkan kita akan kebesaran Sang Pencipta. Keindahan alam yang terpancar di langit senja adalah bukti nyata dari kuasa-Nya.
Ibadah puasa yang kita jalani adalah bentuk ketaatan dan rasa syukur kita kepada-Nya.
“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang,” (Q.S. Al-Insaan: 25).
Allahu Akbar, menikmati indahnya rona jingga berpendar di ujung sore. Saya mengambil gawai, tergeletak di meja makan, sekadar mengabadikan rona jingga di ujung cakrawala.
Sang surya terlihat begitu besar, tapi sinarnya melemah, hendak berpisah dengan siang. Lalu, bersua dengan bulan
Saya berharap sang surya memelukku dengan sinarnya di esok hari. Ia akan membiarkanku menanam rasa rindu tak pernah berujung.
Kidung burung Bangau Putih riuh melintas di atas teluk, kembali ke sarang. Suara ombak menghantam dermaga, air laut mencium pantai. Ikan-ikan kecil bercumbu dengan air dangkal di garis pantai.
Kini malam datang menyapa, suara rindu mulai berbisik lembut dalam angin. Merasakan rindu seperti titik embun memeluk dedaunan, meski ia jatuh di ujung daun dihempas angin, tetapi ia selalu ada. Rindu belaian angin di ujung sore.
Dulu pernah kita nikmati bersama duduk di tepi dermaga di ujung teluk, sembari memandang surya bersua dengan malam, mengenang masa yang telah kita lewati.
Rasa itu kubiarkan tetap berdiam dalam hati, meski saat menatap di langit biru aku berharap ia terangkat ke angkasa dan menjadi cahaya abadi.
Saat jelang magrib matahari bersiap-siap terbenam menyambut malam. Saat itu, menikmati keindahan alam, memanjakan mata.
Berdiri di sebuah dermaga kecil, di sudut kota, menantikan hadirnya rona jingga sambil menatap ke arah laut. Saujana laut biru begitu luas, menunggu waktu berbuka puasa.
Deru gelombang syahdu menghempas perahu nelayan yang mencari ikan di tengah laut sambil melemparkan jaringnya dari atas perahu kecil.
Menikmati cahaya berpendar menghilangkan rasa lelah, membuat mata terpesona terhadap keindahannya.
Rona jingga itu begitu mempesona membuat raga ingin merasakan sensasi keindahannya. Walaupun dia datang hanya sebentar, lalu pergi untuk sementara waktu.
Jelang Maghrib pukul 18.00, burung mulai ramai di langit. Lantunan ayat-ayat suci mulai bergema di langit. Cahaya saga itu pun mulai hilang dari pandangan mata menandakan malam sudah tiba.
Bagai Ramadhan, pergi selama sebelas bulan. Lalu, datang kembali menyapa meski hanya sementara. Umat beriman berharap, Ramadhan mengantarnya menuju umat bertakwa.
Ketika matahari merunduk, langit mengalami perubahan warna menjadi orange, merona dan ungu memukau mata penikmatnya.
Di balik keindahan langit, terdapat fenomena Fisika menarik. Fenomena ini disebut hamburan, di mana molekul dan partikel kecil di atmosfer membelokkan sinar cahaya saat senja atau matahari terbenam.
Perubahan warna tergantung pada panjang gelombang cahaya dan ukuran partikel di udara. Molekul udara banyak yang menyebabkan warna biru dan ungu muncul dari segala arah.
Warna orange muncul saat matahari rendah di horison karena sinar matahari melewati lebih banyak udara.
Warna merah adalah panjang gelombang terpanjang dari cahaya matahari yang terlihat.
Fenomena cakrawala panjang ini menghalangi warna lain sehingga kita hanya melihat warna-warna yang mencolok.
Inilah yang membuat langit selalu menampilkan warna-warna indah yang memukau. (*)