Nasi Kuning Spesial Buatan Ibu

Pagi itu, suhu atmosfer cukup terik. Tidak ada awan menghalangi sinar matahari ke bumi. Maklum, saat itu gerak semu matahari masih berada di atas ekuator dan musim kemarau masih mendera kotaku.

Keringat di wajah Ridho (nama samaran) mengalir deras. Keringat membasahi wajahnya, sesekali ia usap dengan sehelai tisu putih. Berlari melawati gerbang orange. Wajahnya pucat, sambil memegang perutnya.

Tuan Guru menghampiri dan meminta Ridho beristirahat di taman – di bawah pohon beringin nan hijau – menikmati oksigen dari proses fotosintesis.

Tas hitam masih melekat di punggungnya, ia meraih potongan kertas karton air mineral mengipas wajahnya.

“Kenapa, Nak?” tanya Tuan Guru.
“Perutku sakit, Pak,” jawabnya memegang perutnya.
“Iye, Nak. Sila istirahat, nanti ditelepon ibunya,” kata Tuan Guru. Tetapi, Ridho tidak hapal nomor telepon sang Bunda.

Murid suka belajar Sains itu meringis. Menahan rasa sakit, ia mengaku tidak sempat sarapan. Khawatir penyakit ganguan pencernaan yang pernah mendera kambuh pagi.

Ridho mengaku tidak sempat sarapan nasi kuning spesial disiapkan ibunya pagi itu. Terburu- buru ke sekolah, takut terlambat tiba di sekolah.

Tuan Guru menawarkan air mineral, sekadar penghilang dahaga. Berharap, bisa menghilangkan sakit sejenak. Setelah istirahat beberapa menit, Tuan Guru bincang santai dengan Ridho.

Ridho bercerita, ia bersama kakaknya, setiap hari bangun lebih pagi. Salat Subuh, baca buku pelajaran. Lalu membantu ibunya persiapkan jualan kue.

Meski setiap pagi membantu ibunya, Ridho tak pernah alfa mengerjakan tugas yang diberikan guru di sekolah.

Di waktu senggang selalu bersama saudaranya. Bercengkerama, membicarakan berbagai hal, termasuk perkembangan belajarnya.

“Biasa kerja tugas bertiga dibantu ibu,” cerita murid kelas 7 itu.

Setiap pagi, ia sarapan bersama kakaknya sebelum ke sekolah dan membawa bekal dari rumah. Maklum, di sekolah Ridho menerapkan lima hari kerja.

Ridho mengaku setiap pagi ibunya menyiapkan sarapan, tetapi pagi itu spesial. Sang Bunda menyiapkan nasi kuning spesial, tak sempat ia santap.

“Masya Allah,” kata Tuan Guru dalam hati. Anak seusia Ridho sudah paham bahwa orangtua adalah sosok yang paling berharga dan berjasa dalam hidupnya. Ridho menyayangi orangtua.

Salah satu perbuatan baik yang dapat dilakukan dengan cara sederhana kepada orangtua, yaitu memberikan bantuan sesuai kemampuan.

Allah menjanjikan pahala luar biasa untuk hambanya memiliki sifat ringan tangan dengan penuh keikhlasan.

Islam mengajarkan, membantu orangtua dengan ikhlas itu perbuatan berbakti atau birrul walidain.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al-Isra Ayat 23).

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.” (QS. Al-Isra Ayat 24).(*)
gambar atau ilustrasi by gofood

__Terbit pada
10 Oktober 2024
__Kategori
Culture, Featured