Kisah Kucing dan Tikus

Jalan-jalan ke Pasar Lakessi, jangan lupa beli mangga. Duduk sambil minum kopi mari kita mendengarkan kisah persahabatan kucing dan Tikus.

Kisah ini mengantar Ernawati Fahruddin, guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 9 Parepare, meraih juara dua mendongeng pada Porseni PGRI Kota Parepare 2024. Berikut kisahnya.

Pada zaman dahulu hiduplah dua ekor binatang yang saling menyayangi  bunyi apa ini?“ Ci….ci…ci    (terjawab pendengar tikus).

Meong…meong..bunyi apa ini? (kucing)Karena saling menyayangi binatang-binatang lain yang cemburu dan iri hati melihatnya.

Ke mana kucing berada di situ pula tikus berada begitu pula sebaliknya kemana tikus berada di situ pula kucing berada bagaikan lemari yang saling bergandengan

Hai… penonton pernahkah kalian melihat lemari yang saling bergandengan?
Pada suatu hari tikus mengajak kucing dan berkata hai kucing  apakah kamu ingin makan ikan bugis?”

Kemana kita akan mencari ikan Bugis? jawab si kucing sambil mengeluarkan liurnya.

Ah itu mudah jawab si tikus..Saya pernah melihat seorang petani menggantungkan ikan di rumahnya yang banyak sekali pokoknya kita akan makan enak nantinya.

Hai …penonton pernahkah kalian makan ikan bugis?bagaimana rasanya?pintar….maka semakin mengalir lah air liur si kucing mendengarkan cerita si tikus tersebut.

Si kucing merasa ingin sekali menikmati ikan bugis..Ayolah cepat kita menuju rumah sang petani kata si kucing.

“Hai…kucing sabarlah dulu kita akan mencari jalan yang mudah menuju rumah sang petani, nanti sebentar malam kita menuju rumah sang petani,” jawab si Tikus.

Tak lama kemudian berangkatlah mereka berdua menuju rumah sang petani.

Berkata lah sang tikus..
”Hai..kucing biarlah saya yang akan manjat untuk mengambil ikan yang tergantung.”

“Menunggu lah engkau di bawah kolong rumah  janganlah berteriak jangan sampai kita terdengar oleh sang petani.”

Jikalau ada ikan yang jatuh lekaslah melompat untuk mengambilnya jangan sampai ikan tersebut di ambil oleh kucing yang lain.

Mengangguk sang kucing dengan maksud sudah memahami perintah sang Tikus.

Manjat lah sang Tikus untuk mengambil ikan yang tergantung pada seutas tali dan melihatnya banyak ikan yang tergantung.

Sang Tikus memilih ikan yang paling baik dan besar lalu di lahap lah seekor ikan tersebut sekenyang kenyangnya oleh sang Tikus sehingga dia lupa akan janjinya pada seekor kucing yang masih setia menunggu di bawah kolong rumah.

“Kenapa sang tikus sangat lama mengambil ikan, sepertinya leher saya sudah terasa sakit karena menuggu, dan perut saya sudah terasa melilit karena lapar,” tanya sang kucing dalam hatinya.

Sementara sang Tikus mengambil lagi ikan yang paling besar yang membuatnya  terasa sangat kenyang sehingga merasa tak mampu menggerakkan badannya karena kekenyangan.

Sambil berjalan di atas tali tak terasa kaki sang tikus salah melangkah yang membuatnya  terjatuh kemudian melompatlah sang kucing menangkap tikus tersebut yang disangkanya ikan.

Teriak lah sang Tikus berkata..Hai..Kucing aku ini seekor tikus bukanlah ikan tetapi sang kucing tak memperdulikannya karena sudah merasa sangat lapar karena terlalu lama menunggu.

Lalu melompat sang tikus mengambil tulang ikan lalu menancapkannya ke perut sang kucing.

Ahhh….sakit kata sang kucing barulah merasa sadar kalau sang kucing hamper melahap sang Tikus.

“Maafkanlah aku kata sang kucing …Aku hamper saja melahap mu wahai tikus di sebabkan karena lapar seandainya engkau tidak menusuk tulang ikan pada perut saya mungkin tidak sadar kata sang Kucing.”

Saya juga demikian kata sang tikus maafkanlah saya sudah membuatmu menunggu lama di bawah kolong rumah,hanya seutas tali yang membuatku jatuh kata sang Tikus sambil berbohong karena merasa takut pada sang kucing.

’’Mengapa ada tulang ikan yang tertusuk kedalam perut saya kata kucing bertanya pada Tikus.”

Gemetar lah lutut sang tikus karena takut kalau dia sudah berbohong kepada sang kucing.

“Iiituu….Itu bukan tulang kucing…itu hanya kayu,” kata Tikus  berbohong.

“Sungguh tega engkau telah membohongi saya wahai sang tikus jawab si kucing..akan ada suatu saat nanti saya akan membalas rasa sakit hati telah engkau sakiti jawab si kucing.”

Hai…. Penonton, terbang lah burung-burung berakhir pula cerita tentang asal usul sehingga kucing dan tikus saling membenci sampai saat ini.(*)

Sumber Dongeng : Karya Hj. Nasirah. S.Pd

__Terbit pada
20 September 2024
__Kategori
Culture, Lifestyle