Tantangan Berdakwah di Era Digital
Dakwah memiliki peran penting dalam menyebarkan nilai-nilai keagamaan dan moral. Penting dijalankan dengan cara saling menghormati, toleransi, terhadap keberagaman serta mengedepankan dialog yang membangun.
Oleh Meiliana Putri.
Saat ini, dakwah mengikuti dinamika zaman, memanfaatkan teknologi dan media sosial, menyebarluaskan pesan-pesan keagamaan.
Namun perlu diingat agar tetap menjaga kesantunan menghindari radikalisasi dalam upaya menyampaikan dakwah.
Di era dakwah tentunya memiliki tantangan atau hambatan yang kompleks. Realita sosial sekarang ini beragam dan kesenjangan dimasyarakat tidak bisa dihindari.
Perubahan sosial akan semakin cepat apalagi disertai dengan berkembangnya teknologi informasi dan digital.
Hal tersebut harus diwaspadai sebelum menyampaikan dakwah seperti pemilihan kata dan frasa, serta penggunaan referensi sahih dalam dalilnya, harus diperhatikan sebelum disampaikan kepada Mad’u.
Generasi milenial kini sangat kritis dan sering mengecek data-data yang ada di Mad’u, mesin pencari.
Selain itu, para pendakwah dituntut untuk tidak hanya mengenal aplikasi jaringan media sosial, namun harus konsisten mengontrol perkataan dan tindakannya.
Berdakwah di era millenial memerlukan materi yang sederhana, efektif, sederhana dan tidak merendahkan.
Sesekali berimprovisasi dengan sedikit humor agar ceritanya tetap menarik dan tidak membosankan.
Hal ini merupakan bagian dari gambaran besar tantangan problematika dakwah yang mau tidak mau harus kita hadapi saat ini, khususnya di era teknologi dan komunikasi.
Pernyataan dai tidak boleh dibiarkan menimbulkan masalah atau menimbulkan kebencian dan perpecahan.
Berdakwah di era digital bukanlah hal yang mudah tidak juga dikatakan sulit. Seorang dai harus peka terhadap lingkungan dan inovatif menyampaikan dakwahnya.
Oleh karena itu MUI memiliki peran untuk mendukung dakwah diera digital dan memanfaatkan teknologi informasi sebagai media berdakwah serta mempertahankan dan menguatkan literasi digital dilingkungan umat Islam. (*)
Penulis adalah mahasiswi Prodi Jurnalistik Islam IAIN Parepare