Di Tanah Suci, Semua Dibayar Kontan
Oleh : Ibrahim Fattah
Judul ini saya ambil dari respon pembaca atas tulisan sebelumnya bercerita tentang tindakan saya yang mengabaikan seorang ibu.
“Di mana itu tenda keloter 4,” tanya seorang jemaah. Saat itu, menjelang shalat Subuh.
Tetapi saya berlalu begitu saja di sampingnya, tanpa merespon menunjukkannya. Padahal, saat itu saya berjalan menuju tenda keloter 4.
Pembaca merespon tulisannya melalui pesan pertemanan Whatsapp.
“Perbuatan yang tidak disengaja saja, jika itu berdampak buruk pada orang lain bisa dibayar kontan oleh Allah. Apalagi jika memang sudah ada kesengajaan,” katanya.
“Di Tanah Suci, semua dibayar kontan,” tulisnya lagi.
“Betul itu,” kata saya singkat. Dalam hati saya berkata, wah saya dapat inspirasi judul tulisan untuk tulisan saya berikutnya.
Isteri sepupu saya yang bermukim di Pinrang, ketika melaksanakan ibadah haji, sekitar tahun 2000-an. Dia bercerita kepada saya tentang pengalamannya.
Suatu waktu ketika sedang ngobrol dengan teman sekamarnya, tiba-tiba ada diantara mereka yang kagum atas kebersihan hotel di Makkah.
“Selama kita di sini tidak pernah ada semut ya.”
Kalimat tersebut sepintas biasa saja, tidak ada maksud berkata sombong atau takabur yang berlebihan kecuali hanya bermaksud mengapresiasi kebersihan kamar hotel.
Namun apa yang terjadi?, tidak berselang lama, tiba-tiba muncul koloni semut berbaris-baris. Spontan seisi kamar beristigfar.
Setelah mereka semua selesai beristigfar, koloni semut itupun hilang.
Seorang sahabat saya menceritakan pengalaman spiritualnya ketika melaksanakan umrah.
Dia menyempatkan diri naik ke Gua Hira. Ketika selesai sholat sunat dua rakaat, tiba-tiba di dekatnya ada seekor kucing.
Sahabat saya itu kemudian tafakur dan segera teringat bahwa kucing itu adalah hewan kesayangan Rasulullah. Dia mengelus-elus kucing itu.
Sayang saya tidak menggali lebih jauh keterangan dari sahabat saya itu, apa yang terbetik di hatinya atau di pikirannya ketika di Hua Hira sehingga dapat surprise hewan kesayangan Rasulullah.
Tetapi salah satu amalan sahabat saya itu, senang menginisiasi pengumpulan zakat, infaq dan sadaqah untuk disalurkan kepada mustaadafin di Garut, Bandung dan Surabaya.
Tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Selalu berlaku hukum sebab-akibat.
Ada juga cerita yang pernah beredar di banyak group whatsapp. Satu keluarga kaya berangkat haji, mereka mengikutkan asisten Rumah Tangganya (RT).
Mereka berharap agar ada yang mengurus seluruh keperluan keluarga kaya itu selama beribadah di Tanah Suci.
Tetapi yang terjadi?, justru asisten RT-nya yang sakit sehingga si majikan yang mengurus asisten RT-nya.
Saya membuka google tentang cerita unik di Tanah Suci, saya menemukan cerita pada musim haji di masa covid tahun 2020.
Ada seorang jamaah mengatakan, “saya ya, kalau ada uang, pulang dari sini saya mau keliling dunia, ke Paris, Singapura, dll, saya mau cuci-cuci mata, gak mau saya cuma ke Mekkah.”
Apa yang terjadi setelah itu?. Jamaah itu tiba-tiba matanya berubah, bengkak dan berwarna biru tanpa sebab, hingga puncak ibadah Haji di Arafah, mata jamaah itu tidak berkurang, bahkan sampai kembali pulang ke tanah air.
Pesan orang tua sejak dahulu kepada CJH sebelum berangkat ke Tanah Suci, “nanti di sana jangan bicara sembarang.”
Maksudnya jika sudah berada di Tanah Suci jaga mulut dari ucapan yang tidak baik.
Orang Tua kita sangat yakin bahwa di Tanah Suci itu, semua dibayar kontan.
Subhanallah, Maha Benar Agama-Mu Ya Allah.
Alhamdulillah jamaah haji keloter 4, semua pulang dalam keadaan sehat dan bertemu kembali dengan keluarganya.
Semoga kelak, pembaca menyusul dipanggil Allah datang ke tanah suci. (*)
Ilustrasi. untajiaffan