Laptop Tiba-tiba Rusak, Alhamdulillah Berkat Silaturahmi Ada Solusi
Hari kedua setelah keloter 4 tiba di Makkah. Di kamar, saya menulis refleksi perjalanan spiritual haji.
Tiba-tiba laptop saya tidak berfungsi. Dengan pengetahuan seadanya saya coba mengutak-atik, tetap tidak bisa.
Saya masih terus mengupayakan, namun laptop saya betul-betul sudah tidak berfungsi.
Ya sudah, saya tutup, ngobrol dan bercanda dengan teman sekamar saya.
Saya tidak curhat dengan kejadian barusan yang saya alami ke teman kamar saya.
Dalam hati saya, semoga setelah saya diamkan beberapa saat, laptop tersebut bisa berfungsi kembali. Begitu pikiran saya ketika itu.
Setelah sholat Isya, saya mencoba membuka laptop lagi. Namun tetap saja tidak bisa lagi berfungsi.
“Harus diservis oleh ahlinya, tetapi du mana tempatnya,” kataku dalam hati.
“Kalaupun lihat tempatnya, bagaimana caranya ke sana. Ini kan Kota Makkah.”
Saya seharusnya fokus beribadah, tidak banyak waktu untuk urusan lain.
Begitu dialog dalam diri saya menghadapi situasi kerusakan laptop ketika baru dua hari tiba di kota Makkah.
Upaya alternatif yang saya pikirkan waktu itu adalah siapa tahu ada teman jamaah haji yang tahu memperbaiki laptop.
Hari itu saya putuskan berangkat ke Masjidil Haram, saya abaikan masalah laptop itu.
Bahkan hari itu saya bermalam di Masjidil Haram, saya mau menikmati menatap Baitullah sambil berzikir.
Begitu komitmen yang saya bangun pada diri saya untuk keluar dari zona tidak nyaman dengan masalah laptop itu.
Malam itu jumlah jamaah masih agak longgar. Keesokan harinya setelah sholat Subuh, saya pulang ke hotel.
Saya mampir membeli roti secukupnya di samping hotel, saya membayangkan bisa makan roti dan minum teh panas bersama teman kamar.
Saya mengetuk pintu kamar dan mengucapkan salam, di balik pintu ada suara lain. Orang itu adalah H. Karlos Husain, memberi senyum khasnya kepada saya.
Saya berjabat tangan dengan beliau dan mengajaknya menikmati roti. Teman teman sekamar berinisiatif membuat teh panas.
Obrolan pagi itu begitu hangat, banyak tema yang dibahas, termasuk ngobrol tentang tema haji dan makna-maknanya.
Sambil ngobrol, saya mengeluhkan laptop saya. “Sini laptopnya saya bawa ke teman saya,” pinta H. Karlos.
“Subhanallah. Sudah ada jalan keluar dengan silaturahmi. Terima kasih bantuannya Pak,” ucapku.
Haji Karlos berlalu meninggalkan kamar, saya merasakan kegembiraan pagi itu.
Respon cepat H. Karlos pagi itu ibarat kilat menyambar bumi. Tidak banyak komentar, langsung eksekusi.
H. Karlis pamit pulang ke hotelnya, masih di wilayah Aziziyah. Saya penuh harap agar laptop itu bisa berfungsi kembali.
Begitu banyak kejadian selama di Kota Makkah yang saya mau tulis tetapi terhambat karena laptop tersebut sedang bermasalah.
Rupanya ketika saya bermalam di Masjidil Haram, H. Karlos datang bersilaturahmi di hotel, tempat menginap jamaah Parepare.
Keasyikan ngobrol di hotel dan beliau mendapat informasi jika malam itu saya tidak menginap di hotel, beliau akhirnya tidur di tempat tidur saya.
Pantas pagi-pagi saya ketuk pintu kamar, beliau yang memberi salam menyambut kedatangan saya.
Selalu ada hikmah dibalik suatu kejadian. Hikmah menginapnya H. Karlos di kamar saya malam itu adalah saya mendapatkan solusi perbaikan laptop yang sedang bermasalah.
Filosofi tidak ada masalah yang tak ada solusinya, menjadi penyemangat bagi saya ketika laptop itu dibawa oleh H. Karlos.
Dua hari kemudian, beliau telpon saya. laptop sudah baik, sudah bisa digunakan. Insya Allah nanti saya bawa ke hotel.
Pembelajaran bagi saya, untuk suatu tujuan yang baik, selalu ada jalan keluarnya. Tinggal seberapa kuat keyakinan itu ada pada diri kita.
Alhamdulillah jamaah haji keloter 4, semua pulang dalam keadaan sehat dan bertemu kembali dengan keluarganya.
Semoga kelak, pembaca menyusul dipanggil pula oleh Allah datang ke tanah suci. (*)
Ilustrasi/goto: Pcworld