
Saya Tiba-tiba Bingung Menuju Tenda. Astagfirullah, Saya Abai Pada Seorang Ibu
Oleh : Ibrahim Fattah
Semalam setelah pulang dari Jumerat, pelemparan terakhir, saya baru terbangun setelah mendengar suara azan Subuh di dalam tenda di Mina.
Saya agak malu dengan jamaah lain karena sebagian sudah berpakaian rapi menunggu masuknya waktu sholat Subuh.
Tetapi sebagian saya lihat ada juga yang belum bangun. saya bangun, melangkah keluar tenda, melewati jejeran jamaah yang sudah berpakaian rapi.
Duduk mendengar lantunan azan salah seorang jamaah haji dari Bulukumba.
Maklum sewaktu pulang dari melempar jumrah, saya baru tiba di tenda sekitar pukul 03.00 dini hari.
Saya temani Pak Saiful Mahsan, ketua keloter 4 menunggu jamaah yang tersesat pulang.
Seorang jemaah haji asal Kota Parepare tersesat. Rupanya pada saat rombongan keloter 4 meninggalkan Jumerat, jemaah lainnya tidak melihatnya.
Saya juga tertinggal dari rombongan, saya agak lama berdiri di setiap tiang pelemparan Ula, Wustha, dan Aqabah.
Pikiran saya, nanti saya susul rombongan dengan jalan cepat, karena jalurnya saya sudah tahu.
Saya mengira saya orang yang paling terakhir pulang, saya mempercepat langkah agar bisa mengejar rombongan.
Dari kejauhan, saya sudah tidak melihat lagi bendera pink-hijau. Saya terus mempercepat langkah saya. Sambil berjalan, saya lihat Pak syaiful Mahsan, ketua keloter 4 di pinggir jalan.
Saya menghampirinya di sambil mengatur nafas sekalian juga bisa minum air.
“Saya menunggu jemaah, dia tersesat.Tidak tahu jalan keluar,” kata Pak Syaiful.
Dia berkali-kali menelepon jemaah tersebut untuk menjelaskan cara keluar dari lokasi Jumerat menuju akses jalan ke tenda Mina.
Tidak lama kemudian, disusul 3 orang jamaah perempuan asal Bulukumba, ketiganya juga melaporkan diri tertinggal dari rombongan.
Akhirnya jemaah asal Kota Parepare itu berhasil keluar dan tiba di tempat kami menunggunya.
Ibu itu masih butuh waktu beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke tenda.
Saya sempatkan menyeberang jalan mengambil air buat persiapan di jalan, ada tangki air yang disiapkan, tetapi ternyata bukan air zam-zam.
Saya minum secukupnya saja untuk sekadar pelepas dahaga. Dalam perjalanan pulang, saya merefleksi lagi kejadian tertinggalnya dari rombongan.
Tidak terasa, dari kejauhan sudah terlihat hamparan tenda jamaah haji.
Ada rasa gembira dalam hati karena malam itu meski terasa capek yang luar biasa dan sudah larut malam pula.
Tetapi seluruh rangkaian ritual haji di Mina sudah selesai. Ada kepuasan batin meski fisik sangat lelah.
Kembali pada saat saya secepat kilat bangun dan melangkah keluar dari tenda, saya berjalan ke toilet dan berwudhu.
Teguran itu pun saya rasakan setelah saya abaikan seorang ibu. Sepintas saya dengar ibu itu bertanya
“Di mana itu tenda keloter 4?”.
Saya abaikan ibu itu, saya pikir banyak jamaah lain yang tahu karena letaknya tidak jauh dari toilet dan tempat wudhu.
Saya berjalan cepat memburu waktu sebelum iqamah sholat subuh. Namun apa yang terjadi?.
Saya bingung tidak tahu jalan ke tenda keloter 4. Padahal sudah sering saya lewati jalur itu selama di Mina.
Saya mencoba jalan lurus untuk menandai jalur yang sering saya lewati dari tenda ke toilet dan sebaliknya.
Tetapi saya juga belum dapat tenda keloter 4. Saya diam sejenak.
Dalam hati saya bertanya, kenapa ya kok saya tidak tahu jalur ke tenda?.
Kenapa saya bisa bingung begini?.
Saya betul-betul bingung subuh itu.
Pada saat diam itulah saya tiba-tiba beristigfar berkali-kali. Spontan saya ingat kejadian barusan.
Ketika berpapasan dengan seorang ibu yang bertanya kepada jamaah lain.
“Di mana itu keloter 4?”
Saya abaikan ibu itu, karena memburu waktu sholat Subuh.
Saya yakin bahwa kalimat istighfar itulah yang membuat saya bisa dengan cepat tahu kembali ke tenda keloter 4.
Target saya ketika sudah tahu jalan ke tenda, dalam hati saya berkata, yang penting saya bisa masbuq.
Namun begitu saya masuk ke dalam tenda keloter 4, imam sudah ucapkan salam, pertanda jika sholat subuh sudah selesai.
Saya pun harus sholat sendiri, saya memilih tempat di sudut yang tidak dilewati jamaah lain.
Setelah sholat subuh, saya merefleksi kejadian barusan, saya bertafakur.
Itulah pembelajaran spiritual yang saya alami menjelang sholat subuh di tenda Mina, dihari terakhir.
Saya merasa mendapat teguran-Nya agar jangan mengabaikan orang yang minta tolong.
Ternyata menolong itu bersedekah. Itulah sangat prinsip dalam hidup ini (QS Al-Munafiqun : 10).
Alhamdulillah jamaah haji keloter 4, semua pulang dalam keadaan sehat dan bertemu kembali dengan keluarganya.
Semoga kelak, pembaca menyusul dipanggil pula oleh Allah datang ke tanah suci. (*)