Catatan Hari Raya Idul Adha

Pagi ini, Rabu, 28 Juni 2023, udara cukup sejuk, awan di atas pegunungan Bacukiki, Kota Parepare cukup tebal, rinai turun. Air hujan sisa semalam jatuh di ujung genting.

Pewaktu menunjukkan pukul 06.50 pagi, kami bergegas menuju Alun-alun kota melewati jalan-jalan protokol sepi.

Selam 10 menit berkendara, suara takbir, tahmid, dan tahlil terdengar di telinga. Saya bersama ribuan jemaah memasuki alun-alun. Memilih tempat di depan mimbar.

Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Parepare, bergantian naik mimbar membaca takbir, tahmid, dan tahlil, diikuti semua jemaah memadati Alun-alun Andi Makkasau.

Di bawah sinar matahari baru saja kembali dari peraduan, wajah-wajah sumringah jemaah terpancar di wajah.

“Mari kita saling menghargai, memahami. Perbedaan itu biasa terjadi di seluruh belahan dunia,” ajak Ketua Pengurus Muhammadiyah Parepare, Dr KH. Mahsyar Idris.

“Kita jangan saling menyalahkan dengan perbedaan hari raya Idul Adha. Mari bersyukur dengan ekspresi kegembiraan dan kebahagiaan.”

“Lantunkan takbir, tahmid dan tahlil, mengagungkan kebesaran Allah. Kita berkumpul di sini untuk menunaikan ibadah suci nan agung. Idul Adha,” ujarnya.

Walikota Parepare Dr HM Taufan Pawe, mengajak jemaah salat Idul Adha menjadi ahli syukur. Kelak, kita ditempatkan di dalam Surga-Nya atas syafaat Rasulullah.

Sambutlah Idul Adha dengan penuh sukacita, melantunkan takbir, tahmid, tahlil, sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah.

Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dengan pembangunan di Kota Parepare. Dia telah memberikan warna, menjaga kerukunan umat beragama.

Kehadiran Institut BJ Habibie itu berkat pemikiran Prof Siri Dangnga (mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Parepare). Dia menyusun proposal kepada Presiden Susilo Bambang Yudoyono saat itu. Semoga ini menjadi amalia jariah bagi kita semua.

“Saya mengajak semua menjaga hasil pembangunan yang dicapai selama. Mari menjadi ahli syukur. Empat bulan lagi saya mengakhiri tugas pengabdian saya. Tuntas.”

“Terima kasih, izinkan saya pamit. Hari ini adalah hari salat Idul Adha terakhir saya sebagai walikota Parepare. Tanggal 31 Oktober, tugas saya tuntas.”

“Doakan saya. Mari kita saling mendoakan agar kita sehat dan tetap dalam lindungan-Nya. Mudahan Parepare makin maju pada masa akan datang.”

Saat ini, pertumbuhan ekonomi kita tumbuh 5.93 persen, pendapatan per kapita Rp56 juta, penduduk miskin 5.40 persen, harapan hidup 71.51 persen, tingkat kesenjangan 0.37 persen, dan inflasi 0.11 persen.

Saya bangga dan terhormat berdiri di sini. Pemerintah harus bisa menjadi payung bagi seluruh rakyat.

“Terima kasih kepada kita semua, semoga tetap dalam bimbingan-Nya. Mohon maaf lahir,” katanya.

Khatib, Ustaz Syaiful Amir, mengajak umat
berkurban demi cinta kepada Allah dan kemanusiaan. Merayakan Idul kurban bukan sekadar menunaikan ritual salat berjamaah di lapangan, masjid, dan lainnya.

Berkurban bukan juga semata simbolik dengan penyembelihan hewan kurban dan pendistribusian daging yang berhak menerima.

Tetapi, berkurban itu aktualisasi jiwa filantropi. Kedermawanan sosial dan cinta kemanusiaan.

Binatang yang disembelih pada hari tasyrik adalah pendekatan diri secara spritual kepada Allah dan pendekatan sosial sesama.

Berkurban bukan pencitraan pribadi, tetapi rasa syukur diberikan sang kekasih.

“Sungguh, kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka melaksanakan salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).
Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah),” QS. Al-Kautsar.

Berkurban itu bukti cinta kepada Allah, sebagaimana Nabiullah Ibrahim AS diminta menyembelih anaknya, Ismail melalui mimpinya. Tanpa ragu dia akan melaksanakan perintah itu.

Samin’na Wa Athona,”

Ismail pun ikhlas menjalankan keinginan ayahnya. Jika itu perintah Allah, maka lakukan engkau akan menjadi orang sabar.

Meski setan terus menggodanya agar Ibrahim tidak menjalankan perintah Allah.

“Bukankah anakmu Ismail, aset sangat berharga,” setan terus menggodanya agar tidak menjalankan perintah-Nya.

Tetapi, Nabiullah Ibrahim tetap menjalankan perintah Allah melalui mimpinya. Perjuangan cinta Ibrahim, menjalankan perintah Allah bukan tanpa godaan.

Setan memang musuh nyata, setelah dilempar batu berulang-ulang. Pembuktian cinta Ibrahim akhirnya sukses dijalankan. Namun Allah ganti seekor domba.

Kisah kesabaran Ibrahim dan keikhlasan Ismail sarat dengan makna pembebasan manusia. Allah mengakhiri penumbalan manusia atas nama dewa dan penguasa.

Manusia tak layak dikorbankan melainkan dijaga dan dilindungi. Yang layak dikorbankan adalah binatang.

Yang harus disembelih adalah sifat-sifat kebinatangan, karakter egois, rakus, tamak dengki, iri hati, ingin menang sendiri dan watak menghalalkan segala cara.

Sembelihan itu diganti dengan sikap simpati, empati, berjiwa filantropi, rela berbagi, mengasihi, dan mencintai.

Bagi generasi sekarang sebaiknya menyiapkan anak-anaknya agar menjadi generasi sehat, kuat, dan berakhlak. Cegah stunting, stunting itu perlambat perkembangan otak.

Konsumsilah daging merah mengandung banyak protein seperti sapi, kambing. Berkurban akan mengantar manusia sehat dan sejahtera.

“Allah menyukai orang-orang yang berkurban,” katanya. (*)

__Terbit pada
29 Juni 2023
__Kategori
Culture