MARMER LANTAI ANTI PANAS DI SEKITAR KA’BAH

Ibrahim Fattah Melaporkan dari Mekkah

Dua hari lalu (23 Juni 2023), saya sholat Jumat di Masjidil Haram. Ini kesempatan  terakhir bagi CJH yang hotelnya jauh dari Masjidil Haram.

Menjelang wukuf di Arafah tidak ada lagi mobil bus salawat yang selama ini mengantar CJH dari hotel menuju Masjidil Haram setiap 15 menit, pergi dan pulang.

Saat ini, semua akses jalan sudah ditutup. CJH diminta menyiapkan fisik menghadapi puncak ibadah haji, wukuf di Arafah.

Saya bersama teman sekamar sepakat memanfaatkan kesempatan terakhir itu sholat Jumat di Masjidil Haram.

Semua sepakat berpakaian ihram agar bisa sholat di depan Ka’bah. Sekitar pukul 07.00, saya bertiga tiba di Masjidil Haram.

Bismillah Allahu Akbar, memulai dengan thawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran meski jumlah jamaah semakin padat.

Selesai thawaf, saya bertiga menepi mencari saf. Momen ini butuh waktu sekitar satu jam bertahan mencari saf pada posisi selurus multazam di sebelah timur.

Banyak jamaah laki-laki yang sudah lebih awal berdiri mencari saf juga, saya lihat masih banyak jamaah perempuan yang menempati saf laki-laki.

Berkali-kali askar menertibkan baru kami betul-betul bisa duduk.   Saf tempat saya sholat Dhuha dan duduk berzikir menunggu azan sholat Jumat.

Awalnya belum terkena langsung sinar matahari, namun setelah waktu sudah masuk pukul 11.00, perlahan-lahan matahari bahkan sudah menyinari seluruh saf.

Jumlah orang yang thawaf juga semakin berkurang. Jamaah laki-laki pun semakin maju ke depan sampai di depan Ka’bah.

Saya lihat ada peluang maju lagi ke saf agak ke depan ke dekat Ka’bah. Saya diskusi dengan Pak Basri, teman sekamar saya untuk melangkah maju ke depan.

Sengatan Matahari pun semakin terasa. Tapi uniknya, tegel di sekitar Ka’bah, tidak ada sedikitpun efek panas yang ditimbulkan dari sinar matahari, tegelnya justru dingin. Padahal hari jumat itu di Makkah sudah 40 C.

Belum lama saya duduk di saf yang sudah agak di depan, azan pertama berkumandang.

Saya perhatikan jamaah lain, santai saja duduk di bawah terik Matahari, bahkan tidak sedikit diantaranya kepalanya sudah gundul tetap bisa bertahan.

Sebagian jamaah yang lain meletakkan kain ihram di atas kepalanya, saya pun ikut dengan cara tersebut.

Saya dan Pak Basri sudah bersepakat mau merasakan sengatan Matahari di depan Ka’bah duduk mendengar khutbah Jumat.

Dalam pikiran saya, ini sebuah amalan yang pernah dilakukan para sahabat Rosul, duduk dengan setia mendengar Rosul berkhutbah Jumat.

14 abad yang lalu, para sahabat pengikut setia Rosul tentu hanya berlantai tanah dilapisi daun kurma.

Kini tegel Masjidil Haram anti panas adalah marmer thassos berasal dari Yunani. Sejarah pengadaannya sudah pernah viral di medsos.

Muhammad Kamal Ismail, berkebangsaan Mesir yang menjadi arsiteknya, menolak menerima bayaran atas jasanya pada dua masjid di kota suci umat Islam.

Beliau bilang kalau saya dibayar bagaimana nanti saya menghadap Allah di hari perhitungan. Subhanallah, keyakinan beragama yang paripurna, insya Allah surga menantinya.

Semoga CJH kloter 4 selalu dalam keadaan sehat selama menjalankan rangkaian ibadah haji.

Kelak pembaca suatu waktu dipanggil pula datang ke tanah suci.

Labbaikallah Humma Labbaik… Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah. (*)

Foto : suasana sholat Jumat di Masjidil Haram. (salawat. com)

__Terbit pada
25 Juni 2023
__Kategori
Culture

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *