SHOLAT JENAZAH DI DUA KOTA SUCI
Ibrahim Fattah Melaporkan dari Mekkah
Sholat jenazah sudah menjadi sholat rutin setiap selesai sholat wajib.
Setidaknya begitu pengalaman yang saya dapatkan sejak di Masjid Nabawi di Madinah maupun sekarang ini di Masjidil Haram, Makkah.
Begitu imam sudah mengucapkan salam penutup, langsung menginformasikan kepada jamaah bahwa aka nada sholat mayit, tentu dengan bahasa Arab.
Saat saya pertama kali sholat berjamaah di Masjid nabawi, pada saat selesai sholat subuh, imam memberi informasi kepada jamaah, saya awalnya tidak paham isi informasi itu.
Sekitar 3 menit kemudian, jamaah di kiri, kanan dan di depan saya pada berdiri. Terdengar imam takbir, diikuti jamaah, kemudian imam takbir lagi. Baru saya sadar bahwa itu adalah sholat mayit.
Demikian seterusnya setiap selesai sholat wajib, pasti diikuti dengan sholat mayit. Artinya setiap menjelang masuk waktu sholat, selalu ada CJH yang meninggal dunia.
CJH yang meninggal dunia di Madinah, sudah pasti dikuburkan di pekuburan Baqi, tempat ini menurut Hadits Rasul, dijamin masuk dalam surga. Surga tentu menjadi impian banyak orang muslim.
Penghormatan terakhir seorang muslim ketika meninggal dunia adalah pada saat dia disholatkan.
Semakin banyak orang yang mensholati, semakin banyak pula yang mendoakannya.
CJH yang meninggal di dua kota suci, yaitu Madinah dan Makkah, sudah pasti jutaan muslim dari seluruh dunia mensholatinya.Semoga surge menantinya, Aamiin YRA.
Musim haji tahun ini banyak mengakomodir lansia, tidak heran jika di hotel tempat menginap banyak sticker berbunyi “utamakan lansia”.
Mulai tahun ini pula kebijakan pemerintah sudah tidak ada lagi pihak keluarga sebagai pendamping bagi CJH lansia.
Sesama jamaah yang harus saling peduli memperhatikan kebutuhan lansia, terutama yang sekamar dengan lansia.
Data CJH Indonesia yang meninggal dunia per hari kemarin, informasi yang saya dapatkan dari salah seorang tim medis yaitu sudah 109 orang, 2 diantaranya CJH dari Sulsel.
Saya belum menggali informasi tentang rata-rata usia CJH yang meninggal dunia itu. Maksud saya, saya ingin menganalisis apakah ada korelasi umur CJH dengan data yang meninggal dunia tahun ini.
Secara medis mungkin korelasinya cukup kuat. Tetapi dalam perspektif agama, umur lansia bukan variabel tunggal penyebab banyaknya CJH yang meninggal dunia.
Kemenag Parepare, selalu mengingatkan bahwa ibadah haji itu adalah ibadah fisik.
Dibutuhkan kemampuan fisik untuk menjalankan rangkaiannya. Setelah tiba di Makkah, baru terasa kalau ritual thawaf dan sa’i membutuhkan tenaga.
CJH yang tidak mampu fisiknya karena sudah lansia, mereka menyewa kursi roda dan jasa pendorong.
Semoga CJH kloter 4 selalu dalam keadaan sehat selama menjalankan rangkaian ibadah haji dan kelak pembaca suatu waktu dipanggil pula datang ke tanah suci.
Labbaikallah Humma Labbaik… Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah. (*)
Foto suasana di masjidil Haram(kemenag.go.id)