JAMAAH MASJIDIL HARAM SEMAKIN PADAT
Laporan Ibrahim Fattah dari Mekkah
Masuknya jamaah haji gelombang kedua ke Meki mau, membuat Masjidil Haram, terasa sangat padat.
Pertama, saat penjemputan bus shalawat di hotel menuju Masjidil Haram, sebelumnya setiap 15 menit bus berangkat menuju Masjidil Haram dan jalanan tidak macet.
Kedua, pada saat jamaah haji turun dari bus di terminal menuju Masjidil Haram, banyak akses pejalan kaki yang sudah ditutup lebih awal.
Pada awal kedatangan gelombang pertama, jamaah haji masih sangat mudah sholat fardhu di Masjidil Haram, masih bisa bolak balik setiap menjelang masuk waktu sholat.
Jalan-jalan masih lengang, waktu tempuh rata-rata hanya sekitar 10 menit. Tetapi sekarang ini, penumpang bus (jamaah haji) sudah ada yang berdiri, jalan-jalan sudah macet, waktu tempuh 40-60 menit.
Sebelum tiba jamaah haji gelombang kedua, waktu tempuh jalan kaki dari terminal bus menuju Masjidil Haram, hanya sekitar 5 menit, sekarang minimal 10 menit.
Banyak akses pejalan kaki yang sebelumnya terbuka, namun sekarang ini ditutup lebih awal karena jamaah sudah penuh sesak di sekitar Ka’bah.
Jamaah haji sulit mencari saf yang betul-betul longgar. Sambil berjalan antre, saya bertemu palang. Askar, polisi Masjidil haram, mengarahkan jamaah haji menuju lantai 2 melalui eskalator.
Tiba di lantai 3 penuh juga. Tinggal berharap pengertian jamaah yang duduk lebih awal di saf untuk memberi tempat bagi yang datang terlambat, termasuk saya.
Saat perjalanan naik bus dari hotel ke Masjidil haram, saya salah seorang yang merasakan berdiri di dalam bus.
Saya star dari hotel sekitar pukul 03.00, tiba pukul 03.50 Waktu Makkah, kendaraan bus menumpuk menjelang tiba di terminal Masjidil Haram.
Beruntung saya masih bisa mengejar sholat sunat fajar di lantai 3. Amalan yang dijanjikan lebih berat daripada dunia dan isinya.
Setelah sholat subuh di lantai 3, jamaah haji gelombang kedua yang baru tiba, ada yang nekad melakukan thawaf.
Kedatangan di lantai dasar meski di siaran langsung tv kelihatan sudah penuh sesak.
Tetapi sebagian besar saya perhatikan tetap memilih thawaf di lantai 3 juga meski putarannya lebih melebar. Sekali putaran di lantai 1 bisa 3 kali lipat jaraknya jika di lantai 3.
Pada saat kloter 4 Parepare-Bulukumba baru tiba, thawaf kedatangan masih bisa leluasa menembus masuk di depan Ka’bah melalui pintu Darus Salam di lantai dasar.
Meski tetap antre tetapi tidak berdesak-desakan seperti situasi kepadatan pada saat tadi subuh.
Saya perhatikan jamaah yang thawaf di lantai 3 lebih leluasa bergerak dibandingkan di lantai dasar.
Pembelajaran yang bisa dipetik bahwa tiap-tiap pilihan ada kelebihan dan kekurangannya.
Tergantung seberapa ikhlas kita menerima pilihan itu. Tetapi manajemen waktu tetap perlu diutamakan.
Gara-gara saya telat bangun sehingga niat sholat tahajjud di momentum malam jumat di depan Ka’bah, saya ikhlaskan terlewatkan.
Semoga malam-malam berikutnya saya sudah bangun lebih awal. Saya justru menikmati sholat di lantai 3, saya baru bisa melihat dengan jelas view jam dinding yang berlokasi di depan Masjidil Haram sambil mengetik tulisan ini sebagai catatan perjalanan haji.
Semoga CJH kloter 4 selalu dalam keadaan sehat selama menjalankan rangkaian ibadah haji.
Kelak pembaca suatu waktu dipanggil pula datang ke tanah suci.
Labbaikallah Humma Labbaik… Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah.(*)