Pendalaman Tata Cara Wukuf dan Maknanya

Ibrahim Wa Melaporkan dari Mekkah

“Tolong informasikan kepada semua jemaah calon haji asal Kota Parepare, 30 menit ke depan kita mengikuti pendalaman tata cara wukuf dan memahami maknanya,” kata H. Karlos dibalik telepon kepada Pak Arifin Wahid, Ketua Regu 29, Rombongan 8, Kloter 4.

Ketika itu waktu menunjukkan pukul 08.20 Waktu Makkah. Saya menguping pembicaraan itu dan menyimaknya.

Informasi cepat terdistribusi karena jemaah asal Parepare sebagian besar berada di lantai 4.

Pak Ustadz Nurdin sudah tiba di lantai 5 bersama H. Karlos dan beberapa jemaah lainnya. Namun masih terbatas.

Sambil menunggu yang lain, Pak Ustadz Nurdin, mulai menjelaskan sepintas tentang ritual wukuf.

Tahan dulu Pak Ustadz, tunggu dulu yang lain, kata H.Karlos kepada Pak Ustadz.

Sekitar pukul 09, H. Karlos memberi pengantar dan mempersilahkan Pak Ustadz Nurdin, menjelaskan materinya.

Wukuf artinya berhenti. Maknanya.berhenti dengan urusan dunia. Kata Ustadz Nurdin memulai penjelasannya.

Wukuf dilaksanakan di Padang Arafah, pada tanggal 9 Dzulhijjah, dimulai saat matahari tergelincir, dikonversi pukul 12.05 Waktu Makkah.

Saat matahari tergelincir, panasnya sudah pasti sangat super ekstrem. Triknya kata Pak Ustadz, sering basahi badan dengan air atau kain ihram yang disiram air, dalam hitungan menit saja kain ihram akan kering.

Fenomena ini sesungguhnya miniatur peristiwa kelak di padang mahsyar, ketika Matahari hanya berjarak sejengkal dari manusia (QS Al-Nazi’at : 6 – 14).

Wukuf di Padang Arafah adalah puncak ritual haji. Jemaah yang tidak ikut wukuf, tidak sah hajinya, kecuali sakit, lansia atau sebab lain.

Ibarat mahasiswa yang sudah ikut ujian skripsi tetapi belum yudisium, maka belum sah sebagai sarjana.

Begitu pentingnya wukuf bagi CJH, makanya harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan tentang wukuf, sehat lahir dan batin.

Banyak rangkaian wukuf di padang arafah. Yaitu berzikir, berdoa, mendengar khutbah wukuf, melempar jumrah, thawaf, sa’i dari bukit safa ke bukit marwah, berakhir dengan tahallul, yaitu menggunting rambut, lebih afdal jika rambut gundul bagi laki-laki.

Di setiap rangkaian ini, masing-masing ada zikir dan doanya. Disinilah pentingnya ada pendamping bagi jamaah haji.

Informasi penting lainnya yang disampaikan Pak Ustadz Nurdin, yaitu pada saat ritual wukuf, orang nafsi-nafsi dalam arti tiap orang sibuk dengan zikir dan doanya.

Kelak nanti di Padang Mahsyar, manusia tidak bisa saling tegur, manusia sibuk dengan dirinya.

Wukuf di Padang Arafah, sungguh miniatur hari akhir, menantikan keputusan-Nya yang tentu saja sangatlah adil.

Menjelang acara berakhir, Ibu Andi Nurhanjayani atau lebih dikenal dengan panggilan Puang Anja, mengemukakan idenya agar masih ada sekali lagi acara seperti ini sebelum jemaah berangkat ke padang arafah untuk mengikuti wukuf.

Merespon ide itu, saya berinisiatif menyambutnya, meminta persetujuan jemaah yang hadir.

“Apakah usulan ini bapak-ibu setuju,” kataku.

“Setuju,” kata jemaah.

Semoga jemaah haji kloter 4 selalu dalam keadaan sehat selama menjalankan rangkaian ibadah haji dan kelak pembaca suatu waktu dipanggil pula datang ke tanah suci.

Labbaikallah Humma Labbaik… Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah. (*)

__Terbit pada
13 Juni 2023
__Kategori
Culture