Mencium Hajar Aswad, Sholat Taubat dan Pertolongan-Nya
Ibrahim Fatah Melaporkan dari Mekkah
Kisah Umar Bin Khattab ketika mau mencium Hajar Aswad, tercatat dalam sejarah.
Sebelum meniciumnya, Umar berkata “sesungguhnya aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak membahayakan. Seandainya aku tidak melihat Rosul menciummu, maka aku tidak akan menciummu.”
Rosul diutus oleh Allah sebagai suri tauladan bagi manusia (QS Al-Ahzab : 21).
Posisi Hajar Aswad atau batu hitam, terletak di sudut kanan timur Ka’bah. Ibrahim As meletakkannya batu hitam itu seperti posisinya saat ini setelah beliau selesai mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali sambil menciumnya.
Hukum mencium Hajar Aswad, bukan wajib. Tetapi bagi jemaah haji, justru ritual inilah yang menguras energi dan butuh konsentrasi ekstra.
Setelah selesai thawaf dan Sa’I bagi kloter 4 Parepare dan Bulukumba, saya merasakan capek yang luar biasa, betis terasa membatu.
Agenda mencium Hajar Aswad malam itu saya abaikan untuk sementara waktu sambil mengembalikan tenaga yang baru saja terkuras.
Saya lebih fokus duduk bersila sambil berzikir di bawah lampu hijau sambil melihat keangungan Ka’bah.
Sekitar pukul 01 dini hari, Pak Abdullah, Ketua Rombongan 7 menelepon untuk menanyakan posisi tempat duduk saya.
Dalam waktu singkat saya bertemu beliau karena posisi tempat duduknya, tidak jauh dari posisi saya.
Saya menghampirinya, disamping pak Abdullah, ada juga pak Yunus, Ketua Rombongan 9. Jadilah kami bertiga bertemu, bertahan sampai sholat subuh.
“Sudah mencium,” tanta Pak Abdullah.
“Maksudnya Hajar Aswad,” kalimat pertama yang ditanyakan Pak Abdullah kepada saya, sesaat setelah saya duduk disampingnya.
“Belum,” jawabku singkat.
“Alhamdulillah saya sudah mencium,” kata Pak Abdullah.
Giliran saya bertanya kepada Pak Yunus, yang duduk disamping saya.
“Tadi saya gagal mencium, tapi saya mau mencium lagi,” kata Pak Yunus, optimis.
Obrolan singkat malam itu, akhirnya saya berubah pikiran. Saya membisik ke Pak Yunus, saya mau ikut di belakang bapak jika mau mencium lagi. Setelah sepakat, saya dan Pak Yunus, sholat taubat.
Pak Yunus melangkah beranjak dari tempat duduknya, saya ikut di belakangnya.
Saya pegang erat tangannya agar saya tidak terpisah di tengah kerumunan jamaah yang berjubel.
Saya berubah pikiran mau mencium Hajar Aswad, karena di pikiran saya terlintas kalau Pak Yunus, sudah ada pengalaman sebelumnya meski gagal.
Setelah melewati Hijir Ismail, saya belum terpisah dengan Pak Yunus, saya masih pegang tangannya.
Namun sekitar satu meter sebelum mendekat di Hajar Aswad, tiba-tiba tangan saya terlepas dengan Pak Yunus.
Saya berjuang sendiri, saya tetap melangkah pelan, di kiri kanan saya, orang berdesak-desakan.
Laki-laki-perempuan, badan kekar-badan kecil, berbagai ras-bangsa, saling dorong, tidak ada yang mau mengalah.
Saya melangkah mundur dan kembali ke tempat duduk sebelumnya. Pak Yunus menyusul, Alhamdulillah saya berhasil. Kata beliau sesaat setelah duduk disamping saya.
Semoga jemaah kloter 4 selalu dalam keadaan sehat selama menjalankan rangkaian ibadah haji dan kelak pembaca suatu waktu dipanggil pula datang ke tanah suci.
Labbaikallah Humma Labbaik… .Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah. (*)