Massiara, Tradisi Damai Orang Bugis

Pagi itu, sang surya baru saja beranjak dari ufuk. Suhu atmosfer cukup sejuk, kami berkumpul di rumah, menikmati panganan khas Lebaran.

Sambil menunggu keluarga, sahabat datang massiara. Saling berkunjung. Merawat tradisi massiara.

Massiara itu tradisi orang Bugis- Makassar setelah merayakan lebaran (mallepe). Budaya ini terawat hingga saat ini.

Penyambung tali silaturahmi dengan keluarga, tetangga, dan sahabat. Saat massiara tidak ada pihak merasa malu bermaafan. Semua sepakat memberi dan meminta maaf.

Tuan rumah menyediakan panganan khas lebaran. Panganan istimewa itu, hanya tersedia saat lebaran seperti burasa, bajabu, tumbu, tape, kari ayam, dan menu khas lainnya. Selain itu disajikan juga minuman dingin dan segar.

Kue passiara ini bukan sembarang kue, Ibu-Ibu rela begadang menyiapkannya. Mereka tidak peduli mahalnya harga bahan baku membuat kue.

Kue passiara itu diperuntukkan bagi kerabat dan sahabat, serta tetangga yang datang massiara setelah merayakan Lebaran.

Kue passiara bukan sekadar hidangan tamu, tetapi hidangan itu sebagai perekat silaturahmi.

Bukankah, semua tetangga membuat kue passiara atau lebaran?. Lalu siapa yang mau makan?

Yang datang massiara juga punya kue di rumah. Tetapi, namanya tradisi pasti akan dibuat.

Kue passiara hanya media saja. Perekat silaturahmi dengan sesama, pelengkap untuk saling meminta dan memberi maaf.

Rasanya kurang lengkap merayakan lebaran, tanpa kue lebaran dan panganan lainnya.

Satu Syawal disambut suka cita seluruh umat. Tua, muda, dan anak semua bergembira dan bersuka cita.

Bagi pejabat dan “orang besar”, mereka menyambut masyarakat dengan open house atau halal bihalal dengan keluarga besarnya.

Mereka biasa diliput media dan tayang di televisi serta dimuat surat kabar. Mereka menyampaikan prestasi yang diraih selama satu tahun.

Selain itu, ada juga warga menggelar reuni atau berkumpul dengan teman sekolahnya. Mereka menyambung tali silaturahmi kembali setelah lama tak bersua.

Di arena reuni mereka mengenang masa-masa indah di sekolah senda gurau, canda tawa. Biasanya mereka datang bersama keluarganya. Tetapi, ada juga datang sendiri.

Kemudian mereka saling berbagi pengalaman dan menceritakan kesuksesan di tempatnya mencari nafkah di tanah rantau.

Ada juga membuat aksi sosial dengan cara urungan membantu sekolahnya agar lebih baik.

Mabbaca Doang
Saat memasuki bulan Syawal, sebagian orang Bugis, menggelar ritual mabbaca doang (membaca doa).

Membaca doa selamat sudah dilakukan orang Bugis sejak zaman dulu. Mereka berdoa agar anggota keluarga yang telah berpulang ke Rahmatullah diberikan tempat paling indah di sisi-Nya.

Mereka juga berdoa agar semua anggota keluarga sehat dan diberikan keselamatan, serta bertemu Ramadan berikutnya.

Tradisi membaca doa biasanya dilengkapi dengan panganan khas bugis seperti sokko (ketan), panganan berbahan daging ayam dan ikan.

Pembaca doa biasanya dilakukan seseorang yang dituakan di kampung atau disebut tuan guru.

****
Massiara
Massiara adalah tradisi berkunjung ke rumah keluarga dan tetangga di hari Lebaran.

Para tamu dijamu menu khas lebaran untuk merajut silaturahmi. Massiara bermakna saling berkunjung.

Mempererat hubungan antara keluarga dan tetangga. Di hari-hari biasa jarang bertegur sapa karena kesibukan masing-masing.

Maleppe
Maleppe artinya melipat. Secara terminologi memliki arti melepas. Maknanya melepas dosa-dosa diri dan orang lain dengan cara bermaafan. Memberi dan minta maaf.

Tradisi ini juga dilakukan saat lebaran Idul Adha. Mereka saling mengunjungi tetangga. Kegiatan tersebut biasanya disebut dengan Assiara, artinya silaturahmi.

Mabbaca Doang
Tradisi mabbaca doang (membaca doa) dilakukan menjelang puasa, lebaran serta ketika naik rumah baru. Tradisi ini bebagai wujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selain itu tradisi ini juga bertujuan memperoleh berkah, kesehatan dan keselamatan dalam hidup.

Secara sosial, tradisi ini berfungsi sebagai sarana mempererat tali kekerabatan antara masyarakat.

Sedangkan aspek religi, tradisi ini berfungsi sebagai cara permohonan kepada Sang Pencipta. Tradisi mabbaca doang merupakan kepercayaan turun-temurun dari leluhur.
(*)

Ilustrasi lebaran (inews.id)

__Terbit pada
23 April 2023
__Kategori
Culture, Ramadhan