Santri DDI Lilbanat Ujung Lare Belajar Jurnalistik
Santri Pondok Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) Lilbanat Ujung Lare, Kota Parepare, Sulawesi Selatan gelar pelatihan jurnalistik tingkat dasar ke XIII, selama tiga hari (Sabtu-Senin, 27-30 Agustus 2022.
Pelatihan jurnalistik kali ini menghadirkan pemateri berpengalaman di bidangnya. Syaiful Mahsan, MSi perkenalkan dunia jurnalistik, Abdul Khaer, S.Pd berbagi trik dan tips membuat karikatur, Hairil M.Pd mengulik tips menulisan berita di media online dan cetak, dan Nurjannah, M. Pd berbagi teknik pembuatan mading.
Hairil yang juga mantan jurnalis Tribun Timur dan Batam itu berbagi pengalaman selama menjadi jurnalis di beberapa media di Indonesia. Bagi mantan Redaktur Pelaksana Harian Parepos itu, jurnalistik online kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, menerbitkan berita melalui internet.
Berita di media online real time. Dipublikasikan sesaat setelah kejadian atau sedang berlangsung. Selain foto, berita online juga melampirkan video sebagai pendukung berita.
Interaktif, terdapat tautan ke laman tertentu, menyediakan kolom komentar, serta fasilitas berbagi ke media sosial. Mengandalakan kecepatan. Berita diunggah, langsung bisa diakses, kapan saja, dimana saja. Memiliki kapasitas lebih besar, laman situs bisa menampung berita yang banyak.
Jangkauan Lebih Luas, mampu menjangkau seluruh dunia. Semua data atau naskah berita, maupun video tersimpan di peladen serta ada fasilitas pencarian.
Tetapi, media online memiliki kekurangan, seperti kurang akurat, mengutamakan kecepatan, sering ditemukan salah tulis karena terburu-buru. Bisa menurunkan minat baca, terutama buku, majalah, koran cetak.
Sedangkan, media cetak (surat kabar/koran), mengandalkan berita mendalam dengan sumber lebih lengkap. Berita dimuat di media cetak mesti nyata, cepat, penting dan menarik.
Nyata itu informasi tentang sebuah fakta yang terdiri dari kejadian nyata, dan ada narasumber. Cepat itu aktual atau ketepatan waktu.
Penting, menyangkut kepentingan orang banyak, dan menarik, yaitu mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis.
Berita menarik biasanya peristiwa yang dekat dengan masyarakat, berpengaruh terhadap hidup orang banyak, melibatkan pesohor dalam peristiwa tersebut. Menyangkut hal- hal luar biasa atau hal biasa tetapi menumbuhkan rasa simpati, empati, iba, atau menggugah.
Selain itu, berita harus memenuhi unsur, what (apa yang terjadi), where (di mana hal itu terjadi), when (kapan peristiwa itu terjadi), who (siapa yang terlibat dalam kejadian itu), why (kenapa hal itu terjadi), how (bagaimana peristiwa itu terjadi), dan dampak berita.
Berita juga harus seimbang dan berusaha mencantumkan komentar, tanggapan dari semua pihak yang terlibat dalam peristiwa. Jurnalis tidak boleh menghakami dan mengedepankan praduga tak bersalah.
Digelar Tiap Tahun
Koordinator IPTEK, Naharia,S Ag, mengatakan, pelatihan jurnalistik digelar setiap tahun untuk memberikan tips dan tips penulisan yang baik dan benar.
Pada materi tips menulis berita di media online, santriwati diberikan bekal teknik wawancara dan penulisan yang benar. Selain itu, peserta diarahkan agar membuat liputan yang harus digarap sendiri.
Peserta wawancara dan mendeskripsikan apa yang didapat menjadi sebuah karya tulis jurnalistik dan dipajang di mading.
Pelatihan jurnalistik tingkat dasar ini menjadi motivasi bagi para santriwati untuk giat menulis dan membaca.
“Menulis itu menyampaikan informasi atau berdakwah. Santri bisa berdakwah melalui media-media sosial untuk mengasah kemampuan menulis,” katanya.
Saat ini, santri harus melek media dan melek literasi digital dalam menyebarkan Islam ahlussunah wal jama’ah. Pelatihan ini akan menjadi pegangan bagi santri dalam menulis dan bermedia sosial. (*)