Maaf Pak, Saya Gabut
Kursi-kursi ruang kelas itu banyak yang kosong. Maklum ada yang kurang fit dan ada diizinkan istirahat setelah mengikuti lomba Agustusan.
Hari ini, Kamis, 25 Agustus 2022, udara cukup sejuk. Matahari seolah malu menunjukkan sinarnya. Rinai rintik menyambut kami di pagi itu. Proses pengajaran berlangsung riuh.
Anak didik Tuan Guru bersemangat mengikuti Penilaian Harian pertama. Setelah soal dibagikan, Tuan Guru memilih duduk di kursi kosong bersama anak didik.
Tuan Guru membuka laptop putih, mengisi jurnal harian, sambil melayani anak didik, membutuhkan penjelasan mengenai soal penilaian harian.
Suasana hening, anak didik Tuan Guru mengerjakan soal serius. Setelah 30 menit penilaian harian berlangsung, pandangan Tuan Guru tertuju kepada anak didik, sebut saja Budi (nama samaran).
Pandangan Budi tertuju ke arah pintu sambil menahan dagu dengan tangan kanan. Melamun.
Tuang Guru mendekati, memastikan kondisinya. Ia tersenyum, menatap Tuan Guru dan kertas kosong di atas meja.
Di ujung kertas, bagian atas kanan, hanya tertulis nama dan kelasnya. Budi belum mulai mengerjakan soal ujian.
“Nak Budi kenapa, sakit atau ada masalah,” tanya Tuan Guru, menepuk bahunya.
“Maaf Pak, saya gabut. Saya tak fokus,” katanya tersenyum, kembali membaca soal ujian hari itu. Budi dikenal murah senyum di kelasnya.
Tuan Guru menasihati agar fokus mengikuti pengajaran. Budi pun mulai mengerjakan soal ujian pagi itu.
Pewaktu menunjukkan pukul 09.00, Tuan Guru meminta anak didiknya mengumpulkan lembar ujian untuk dikoreksi.
Tuan Guru memeriksa sebanyak 20 lembar jawaban anak didiknya. Satu per satu dipelototi. Sesekali memberikan koreksi pada lembar jawaban dan memberikan penguatan pada anak didiknya.
Bel berbunyi, suara riuh menembus dinding kelas, bertanda jam istirahat sudah tiba. Tuan Guru persilakan anak didiknya istirahat, ia melanjutkan memeriksa hasil ujian anak didiknya di ruang guru.
“Alhamdulillah, hasil Penilaian Harian Pertama berjalan lancar. Semua peserta didiki dinyatakan tuntas,” kata Tuan Guru.
Seperti biasa Tuan Guru jadi pendengar dari diskusi sohib. Maklum banyak anak didik tak mau mengerjakan ujian, enggan berlatih, dan malas membaca.
Tuan Guru menyiapkan soal khusus bagi anak didiknya tak mengikuti ujian karena kurang fit maupun diizinkan istirahat.
Tuan Guru tertarik mengulik bahasa gaul yang digunakan Budi. Istilah ini sangat populer di kalangan anak muda. Gabut.
Istilah gabut itu sudah dipakai sejak lama. Gabut adalah sebuah singkatan dari gaji buta atau seseorang tidak melaksanakan kewajibannya. Namun tetap menerima gaji atau makan gaji buta.
Bagi anak muda atau milenial gabut itu mewakili keadaan di mana seseorang yang bingung melakukan aktivitas.
Lalu bagaimana cara mengusir kegabutan di dalam kelas, dikutip situs aku pintar. Beberapa tips bebas dari gabut.
Buka buku catatanmu, buat gambar-gambar lucu. Membuat Anda bisa tersenyum.
Cara lain ajukan pertanyaan, pendapat bertentangan dengan guru atau dosen. Perdebatan seru akan membuat waktu berjalan cepat. Tapi, ingat paham kapan hentikan permainan.
Membaca komik atau buku cerita, mesti pinter-pinter. Lebih baik siapkan bacaan favoritmu yang tak terlalu tebal, jadi mudah mengatur posisi buku saat kamu membutuhkannya.
Jika semua cara sudah dicoba, tapi kamu masih gabut, mintalah izin keluar kelas. Nikmati hijaunya tumbuhan di luar ruangan. Segarkan bola matamu yang lelah.
Setelah itu cuci muka hingga kamu merasa segar kembali. Masuk ke kelas dengan suasana segar dan fresh. (*)
Ilustrasi gabut (freepik.com)