Cerita Tukang Kayu Biayai Kuliah Anaknya
Pewaktu baru saja menunjukkan pukul 08.00 Wita, pria paruh baya itu duduk di teras rumahnya, menikmati secangkir kopi. Sesekali mengisap rokok. Hem… Asap dan aroma nikotin menyentuh langit-langit rumah.
Fajar begitu ia disapa, memulai aktivitas pagi itu sebagai tukang kayu, di Kota Pinrang, Sulawesi selatan, tepatnya di Jalan Sukawati. Ia sangat terampil membuat peralatan rumah tangga, seperti pintu, kuseng, jendela dan peralatan lainnya.
Fajar mengerjakan, pekerjaan itu seorang diri. Meski terkadang dibantu anaknya ketika sang anak tidak kuliah. Tetapi lebih sering mengerjakan semua pekerjaan seorang diri.
Bapak dua anak itu, berjuang membiayai anaknya di bangku kuliah dan keluarganya. Fajar ingin anak-anaknya, mengenyam pendidikan sarjana.
Setelah menyeruput kopi hitam yang disajikan sang istri, segera beranjak dari tempat duduknya, mulai aktivitasnya, mulai mengangkat kayu, somel kayu, menyalakan mesin ketam, menghaluskan kayu.
Aktivitas itu dilakukan setiap sehari demi mencukupi kebutuhan keluarganya dan anaknya yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Tak jarang harus bekerja hingga sore hari.
“Saat konsumennya menginginkan waktu pengerjaan lebih cepat, terpaksa kerja hingga larut malam, demi memuaskan konsumen,” katanya.
Mengantar meubel ke konsumen, Fajar meminta bantuan temannya yang memiliki mobil pikap. Biaya pengantaran tak gratis. Ia harus mengocek kantongnya Rp50 ribu, tergantung dari jarak yang ditempuh.
Jika tak ada mobil yang siap, maka ia menggunakan motor maticnya. Motor yang digunakan mengantar meubel pesanan konsumen, sudah tidak layak.
Subreker depan dan belakang sudah mati. Tetapi motor itu tetap digunakan agar pesanan pelanggan sampai tepat waktu.
“Saya pernah tidak memiliki penghasilan apa-apa. Makan sebungkus mie instan 3 orang sebagai lauk. Tetapi itu harus disyukuri,” katanya, mengenang.
Tetapi, sejak membuka usaha mebel, kini ia bisa menghidupi keluarganya, biaya kuliahnya anak. Ia bercerita, pernah meminjam uang demi bayar SPP anaknya. Ia bersyukur, sejak usaha meubel dibyuka selalu ada pesanan.
Saat malam hari, Fajar selalu duduk di ruang tamu bersama keluarga, berbagi cerita dengan anggota keluarga. Anaknya bercerita tentang kuliahnya, istrinya bercerita tentang barang barang pokok di pasar.(*)
Laporan Muhammad Yusran (Mahasiswa Jurnalistik Islam, IAIN Parepare)
Ilustrasi tukang kayu (pixabay.com)