Kota Ini Seolah tak Ingin Ditinggalkan
Hai.. Anda kecewa, sedih saat impian masuk di perguruan tinggi vaforit gagal. Jangan berkecil hati atau menyerah begitu saja. Hem.. santai saja, seperti dialaimi Andi Aliefka.
Aliefka begitu ia disapa, gagal ujian masuk perguruan tinggi negeri (PTN) favoritnya. Ia menceritakan kilas balik kegagalannya dan usahanya untuk move on.
Sejak kecil saya selalu pindah sekolah, mengikuti sang Ayah berpindah tempat kerja. Saya pernah tinggal di Makassar, Sorako, dan beberapa daerah lainnya.
Sejak masuk SMA, saya sudah persiapkan diri mengikuti ujian masuk perguruan tinggi vaforitnya dan jurusan yang kelak saya pilih.
Saya ingin kuliah di Universitas Gajah Mada. Saat SMA Aliefkan dan teman-temannya bidik beberapa kampus impian. Saya menyiapkan diri mengikut UTBK dan bentuk kelompok belajar.
Saya sering belajar bersama, membahas soal-soal UTBK dan mencari informasi mengenai kampus yang kami inginkan. Saya dan teman-teman sering mengikuti kegiatan sosialisasi beberapa kampus di Kota Makassar.
Salah satunya sosialisasi kampus UGM di Kota Makassar, seperti bentuk soal masuk UGM, berkenalan kakak mahasiswa UGM yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Saya dan teman-teman sangat senang mendapatkan pengalaman baru. Saya mulai berangan-angan. Jika kami kelak bisa masuk UGM, maka terbayangkan begitu kerennya. Tetapi saya sadar kemampuan yang dimiliki.
“Angan-angan masuk UGM terlalu tinggi bagi saya. Lalu niat masuk UGM, saya lupakan. Berharap, memindahkan angan bisa masuk Universitas Hasanuddin,” kataku.
Waktu terus berjalan, saya terus berusaha, belajar semaksimal mungkin. Saya mengikuti ujian masuk Universitas Hasanuddin. Saat pengumuman, salah satu dari kami dinyatakan lulus jalur SNMPTN dan diterima di program studi Hubungan Internasional.
Informasi kesuksesan teman itu, memicu semangat saya untuk belajar, saya harus bisa menyusul dia masuk ke Universitas Hasanuddin.
Saat tes SBMPTN kami enam orang sama-sama berangkat ke Kota Makassar diiringi doa dan dukungan orang tua, berharap mendapatkan hasil maksimal.
Saat tiba waktu pengumuman, tiga diantara kami dinyatakan lulus. Masuk Universitas Hasanuddin, tiga lainnya gagal. Saya ada diantara yang gagal. Saya gagal, kecewa, sedih.
Saya patah semangat dan kecewa. Namun perasaan kecewa itu tak dibiarkannya berlarut-larut. Meski sejak awal saya berharap begitu besar untuk lulus.
Semua usaha saya lakukan, saya tidak bernah berekspektasi bahwa usaha tersebut akan mengkhianati hasil. Tetapi, Allah berkehendak lain.
Saya pun kembali mencoba mendaftar di beberapa universitas di Kota Makassar, namun hasilnya sama saja, saya lagi-lagi harus menerima kata gagal.
Saya mendaftar di kampus IAIN Parepare dan alhamdulillah saya lulus. Perasaan sulit, saya memang sulit bersosialisasi, hingga tahun kedua saya di IAIN Parepare saya hanya memiliki 3 teman akrab.
Saya senang kuliah di kampus IAIN Parepare, hanya saja tidak pernah terbayangkan, saya sekolah SD-S1 di Kota Parepare. Kota ini yang seakan tidak ingin ditinggalkan.
Tetapi inilah yang Allah berikan, tidak ada yang bisa saya lakukan lagi selain mengusahakan yang terbaik dari apa yang sudah tetapkan sang pencipta.
“Usaha bisa saja mengkhianati hasil, tapi Allah tidak mungkin meninggalkanmu sendiri menghadapi kenyataan dari hasil yang terkhianati.” (*)
Laporan : Andi Aliefka
Mahasiswa Jurnalistik Islam, IAIN Parepare