Ketika Anak Terpapar Rokok Elektrik
Saat ini, anak didik libur sekolah. Tetapi sohib Tuan Guru tidak libur. Tetap datang ke sekolah seperti hari-hari biasa. Sohib ditunjuk sebagai anggota tim penerima peserta didik di sekolahnya.
Saban hari Tuan Guru berkunjung ke sekolahnya, silaturahmi, sekadar saling berkabar. Maklum, lama tak bersua akibat wabah Covid-19 masih mendera negeri ini. Anak didik belanjar via daring selama dua tahun.
Usai melayani calon peserta didik mendaftar, diskusi kecil-kecil dimulai. Tuan Guru dan sohib duduk berhadapan di kursi yang terbuat dari pohon tua di bawah pohon palm.
Sohib menceritakan, sudah beberapa hari penerimaan peserta didik dibuka, tetapi jumlah calon peserta didik mendaftar belum memenuhi kuota yang telah ditetapkan.
Sohib khawatir ada guru yang tak cukup jam mengajar dan tidak bisa menerima tunjangan profesi guru atau sertifikasi. Tahun lalu, cerita sohib, banyak guru terpaksa mengajar di sekolah lain agar tetap menerima tunjangan sertifikasi.
“Masih kurang pendaftar. Ya, kira-kira baru 5 kelas, daya tampung kita 8 kelas. Satu kelas dihuni 32 orang. Mudah-mudahan di akhir-akhir pendaftaran banyak datang mendaftar,” katanya optimis.
Wajar peserta didik tamat SD di daerahnya sebanyak 2.361 orang dan mereka berburu untuk masuk ke SMP favorit. Jika dirata-ratakan SMP di Kota Parepare, maka mereka akan menerima sekira 200-an anak didik baru.
Jalur pendaftaran SMP melalui zonasi dan prestasi. Tiap SMP memiliki kuota 70 persen zonasi dan 30 persen penerimaan jalur prestasi.
Selain itu, sohib mengamati prilaku calon peserta didik yang mendaftar di sekolahnya. Sohib bercerita, ada calon peserta didik datang mendaftar, mengenakan celan pendek, sandal jepit, rambut berwarna-warni.
“Kita perlu kerja keras ini, perlu penanaman karakter di sekolah dan di rumah anak didik. Bayangkan baru mendaftar, rambut sudah dicat. Yang membuat prihatin ada anak yang membawa vape (rokok elektrik),” cerita sohib.
Tuan Guru yakin prilaku anak merokok di usia anak-anak mungkin lepas dari kontrol orang tua. Orang tua juga perlu diberikan pemahaman bahaya rokok bagi anak.
Dikutip halodoc.com, kandungan zat kimia di dalam rokok elektronik juga dapat menimbulkan bahaya. Mengandung nikotin, zat perasa, dan bahan kimia lainnya.
Bahaya dari rokok elektronik terhadap anak-anak yang terpapar vaping dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan perkembangan otak anak-anak menjadi lambat.
Mengalami pengaruh pada daya ingat, konsentrasi, pengendalian diri, hingga suasana hati. Anak tersebut bisa mengalami kecanduan sesuatu yang mengandung nikotin saat dewasa.
Bahaya lainnya gangguan pada paru-paru. Seseorang yang terlalu sering terpapar uap dari rokok elektrik, terutama anak-anak, bisa mengalami kelainan pada paru-parunya.
Dampak lainnya dapat merusak jaringan paru-paru dan mengurangi ketahanan organ tersebut dari serangan penyakit.
Selain berdampak buruk bagi kesehatan paru-paru, nikotin yang terdapat di vape juga bisa mengganggu jantung.
Nikotin diserap dan melalui aliran darah, kelenjar adrenal dapat terangsang untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenal). Pelepasan hormon epinefrin inilah yang menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung meningkat (alodokter.com).
Pada ibu hamil, penggunaan vape secara aktif maupun pasif dapat membahayakan janin di dalam kandungannya. Paparan nikotin dan zat berbahaya lain di dalam vape dapat mengganggu perkembangan janin.
Vape juga bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker. Kandungan formaldehida yang terdapat dalam vape bersifat karsinogenik, sehingga bila dihirup dalam jangka waktu lama, dapat memicu munculnya sel-sel kanker.
Tuan Guru dan sohib mengajak orang tua menjauhi anak-anak dari paparan uap rokok elektrik yang menimbulkan gangguan dalam jangka panjang.
Bagi orang tua perokok, sebaiknya membersihkan diri sebelum berinteraksi dengan anak dan awasi anak agar tidak menjadi perokok. Berbahaya bagi kesehtan. (*)