ILustrasi berpikir

Pentingkah Nilai Raport atau IPK?

Hari ini, Sabtu, 18 Juni 2022, Penilaian Akhir Tahunan (PAT) sudah berakhir di jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tuan Guru bersama Sohib mengawas di ruang terakhir.

Tuan Guru dan Sohib menuliskan susasana PAT berjalan lancar dan aman, meski ditemukan ada anak didik tidak jujur, sembunyi-sembunyi menggunakan smartphone mencari jawaban soal.

Menjalankan aksinya, Smartphone diselipkan di lembaran buku paket, agar pengawas tak curiga. Saat “diwawancara”, anak itu mengaku, telah melakukan praktik curang sejak hari pertama ujian, tanpa ketahuan guru pengawas ujian. Hem apes, ketahuan di hari terakhir ujian.

“Sejak kapan kamu lakukan (praktik curang) seperti itu,” tanya Sohib, sambil menyita Smartphone. 

“Sejak hari pertama,” jawabnya, sambil mengangguk.

Maklum, anak didik masih mengejar target nilai yang tinggi. Mereka menganggap memiliki nilai tinggi itu yang berprestasi. Bahkan masih ada orang tua dan guru juga masih menilai prestasi dari nilai yang diraih selama satu semestar.

Bagi Tuan Guru, nilai raport atau indeks prestasi kumulatif (IPK) itu penting, meski bukan penentu sukses di masa depan.  Maklum, masih banyak perusahaan atau lembaga negera menjadikan nilai sebagai syarat.

Padahal nilai tinggi itu hanya akan mengantarkan Anda sampai di ruang wawancara. Di ruang wawancara yang menentukan adalah kemampuan berpikir analitis, kritis, komunatif. Tetapi nilai raport atau nilai IPK yang rendah tidak mengantar Anda menuju di depan ruang wawancara.

Maka targetkanlah nilai minimal. Minimal bisa dapatkan beasiswa Strata Satu (S1), S2, dan S3. Anda harus berada di atas itu, sehingga tidak ditolak karena nilai. Pengalaman, pengetahuan, dan jejaring selama menempuh pendidikan akan membantu Anda.

Manfaatkanlah Smartphone menghubungkan Anda dengan pelajar dan mahasiwa hebat di dunia. Bukan digunkan praktik curang. Smartphone akan menghubungkan Anda dengan penulis-penulis maju di dunia sehingga Smartphone Anda akan membangun masa depan Anda.

Carilah kampus dan sekolah terkemuka yang membuka silabusnya dan materinya sehingga memiliki pengetahuan dan pengalaman kelas dunia, tanpa harus meninggalkan kampung halaman.

Standar pendidikan kita perlu ditinggikan. Jangan sampai target tercapai, tetapi kualitas rendah. Setarakan standar dengan sekolah dan kampus terbaik di dunia.

Jika Smartphone Anda berisi teman masa lalu, seperti teman SD, SMP, dan SMA, maka Anda cuma berhasil membangun masa lalu. Tapi jika isi Smartphone berisi pelajar dan mahasiswa di kampus dan sekolah hebat, maka Anda berhasil membangun masa depan.

Aktiflah di kelas dan di luar kelas, masa indah di ruang kelas tidak bisa diulang. Jika Anda sulit mengatur waktu, maka itu baik, tetapi jika anda kelebihan waktu itu kurang baik. Cek diri sendiri. Lebih baik kita sibuk, sibuk, dan sibuk. Tentu sibuk bernilai positif.

Akhirnya ujian akhir tahunan usai, semua berjalan lancar, sesuai jadwal.  Tuan Guru ingin mengutip pesan Bu Guru Nani, seorang pendidik  di SMK Negeri 1 Bekasi. Pengajar dan pendidik Prakarya dan Kewirausahaan di sekolah Perkantoran dan Perhotelan.

Pasan itu berisi nasihat kepada orangtua murid dan guru mengenai potensi anak-anak dilasir  angkaberita.id yang dikutip dari detik.com. Bagi Bu Guru Nani, nilai di rapor bukan jaminan kesuksesan anak didik.

“Kini ujian anak Anda telah selesai. Saya tahu Anda cemas dan berharap anak Anda berhasil dalam ujiannya. Tapi, mohon diingat, di tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu, ada calon seniman yang tidak perlu mengerti Matematika,” tulisnya.

“Ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran Sejarah atau Sastra, ada calon musisi yang nilai kimianya tak akan berarti.”

“Ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada Fisika, ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini.”

“Sekiranya anak Anda lulus menjadi yang teratas, hebat. Tetapi bila tidak, mohon jangan rampas rasa percaya diri dan harga diri mereka. Katakan saja, Tidak apa-apa. Itu hanya sekadar ujian.”

“Anak-anak itu diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar lagi dalam hidup ini. Katakan pada mereka, tidak penting berapapun nilai ujian mereka. Anda mencintai mereka dan tak akan menghakimi mereka.”

“Sebuah ujian atau nilai rendah takkan bisa mencabut impian dan bakat mereka. Berhentilah berpikir bahwa hanya dokter dan insinyur yang bahagia di dunia ini.” (*)

Ilustrasi berpikir (indonesiamengglobal.com)

__Terbit pada
18 Juni 2022
__Kategori
Culture