Inovasi Pembelajaran MAGGURU
Oleh: Hairil, M Pd
Kata Magguru, saya gunakan pada lomba inovasi digagas Pemkot Parepare melalui BKPSDM kerjasama dan LAN RI, Alhamdulillah inovasi pembelajaran berbasis peserta didik itu masuk inovasi sepuluh terbaik.
Magguru merupakan filosofi orang Bugis-Makassar mengubah kehidupan yang lebih baik. Magguru atau belajar itu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Menurut UNESCO (Budimansyah, 2010), pola pendidikan mesti mengacu pada empat pilar, sesuai yang diamanatkan badan dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) demi masa sekarang dan masa depan.
Pilar pertama, learning to know (belajar mengetahui). Belajar mengetahui bukan sekadar memahami yang bermakna, tetapi mengetahui apa yang tidak bermakna.
Guru harus menempatkan dirinya sebagai fasilitator dan menjadi teman berdialog dengan anak didiknya dalam mengembangkan kompetensinya.
Pilar kedua, learning to do (belajar melakukan sesuatu). Pendidikan adalah proses belajar agar bisa melakukan dan menghasilkan sesuatu perubahan pada ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta menerima nilai sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan berbuat suatu stimulus.
Pilar ketiga, learning to be, (belajar menjadi sesuatu). Menguasai pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri.
Pilar keempat, learning to live together (belajar hidup bersama). Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima harus dikembangkan di sekolah.
Peringatan UNESCO itu menyadarkan kita bahwa proses belajar mengajar di kelas, bukan hanya diperlukan agar peserta didik memperoleh pengetahuan sebanyak -banyaknya, tetapi harus lebih banyak memperoleh pengalaman dan memberikan kesempatan kepada peserta didik mengerjakan tugas secara mandiri.
Proses pembelajaran seperti ini mengantarkan peserta didik menjadi dirinya sendiri dengan potensi bakat minat yang mereka miliki. Selain itu, peserta didik dapat hidup bersama dalam masyarakat yang makin majemuk.
UNESCO memberikan penegasan bahwa proses belajar mengajar tidak hanya mementingkan hasil belajar semata, apalagi hanya dalam bidang akademik semata, tetapi yang lebih penting adalah proses belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas. (Dasim Budimansyah, 2018:37).
Pakar pendidikan menyadari bahwa mutu pendidikan dipengaruhi kompetensi pendidik dalam menjalankan praktik pembelajaran. Saat ini, mutu pendidikan di Indonesia masih rendah karena proses belajar-mengajar di kelas kurang efektif.
Hal ini disebabkan masih rendahnya, minat peserta didik, minat dan motivasi belajar kurang. Penyebabnya adalah pembelajaran yang dilakukan di kelas masih didominasi pendidik sehingga peserta didik pasif, cepat jenuh dan daya serap materi pelajaran yang disampaikan sulit tercapai.
Saya menghadirkan inovasi yang idenya cukup sederhana, tapi memberikan dampaknya yang besar bagi peserta didik. Belajar mengetahui bukan sekadar memahami. Tetapi bermakna bagi peserta didik.
Hasil observasi saya, menunjukkan bahwa mata pelajaran Sains kurang menyenangkan dan tidak menarik bagi peserta didik. Selain hafalan juga membutuhkan pemahaman konsep Matematika yang baik.
Selain itu ditemukan peserta didik pasif saat proses belajar mengajar berlangsung. Saat guru mengajar, peserta didik asyik dengan kegiatan sendiri. Pembelajaran di kelas tidak berjalan efektif, kurang menyenangkan dan tidak menarik.
Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centre) sehingga pembelajaran yang dirancang guru kurang bermakna. Hasilnya kualitas hasil belajar masih rendah. Perlu inovasi agar pembelajaran lebih menarik dan menarik. Saya menawarkan konsep Magguru.
Konsep Magguru ini, dituangkan dalam teknik pembelajaran dengan aktivitas Window Shopping membuat suasana belajar lebih menarik dan menyenangkan sehingga motivasi belajar peserta didik lebih tinggi.
Langkah Pembelajaran Magguru
Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, kemudian guru memberikan soal atau permasalahan berbeda pada setiap kelompok dengan cara diundi.
Permasalahan didiskusikan bersama. Hasil penyelesaian kemudian ditulis dalam selembar karton, guru membimbing seperlunya.
Hasil pekerjaan setiap kelompok dipajang di dinding kelas. Setiap kelompok ada yang bertugas menjaga pajangan yang diumpamakan sebagai mall atau toko.
Anggota kelompok ada yang berjalan-jalan mengunjungi toko kelompok lain. Peserta didik penjaga toko harus mampu memberikan penjelasan kepada anggota kelompok lain yang membutuhkan penjelasan. Pada kegiatan ini terjadi tutor sebaya.
Anggota kelompok yang bertugas berkunjung ke kelompok lain berhak mendapatkan penjelasan dan memberikan masukan dan koreksi terhadap hasil pekerjaan kelompok yang dikunjungi dengan menuliskan pada lembar pekerjaan kelompok.
Setelah itu, masing-masing anggota kelompok kembali ke kelompok semula dan bertukar informasi tentang hasil kunjungannya. Guru berkeliling memeriksa hasil pekerjaan dan melihat hal-hal yang perlu diperbaiki dan memberikan komentar terhadap hasil pekerjaan tiap-tiap kelompok secara klasikal.
Guru mengukur pemahaman peserta didik dengan memberikan kuiz secara individu dengan bentuk soal yang sama yang telah dikerjakan semua kelompok. Guru membagikan soal atau lembar kerja yang berbeda setiap kelompok. Secara berkelompok peserta didik mengerjakan soal yang telah diberikan guru.
Hasil penyelesaian soal ditulis dalam kertas manila atau kertas HVS atau sejenisnya. Guru memberikan bimbingan seperlunya.Hasil pekerjaan tiap kelompok kemudian dipajang di dinding kelas. Kegiatan inilah yang diumpamakan membuka toko di Mall.
Setiap kelompok menugaskan anggota kelompoknya yang bertugas menjaga toko dan yang lainnya berjalan-jalan untuk mengunjungi toko kelompok lain (belanja).
Peserta didik yang bertugas sebagai penjaga toko harus memberikan penjelasan kepada anggota kelompok lain yang datang berkunjung.
Penjaga toko dipilih yang mampu berkomunikasi dengan baik dan memahami hasil pekerjaan kelompok. Pada kegiatan terjadi aktivitas tutor sebaya.
Bagi anggota kelompok yang bertugas berkunjung berhak mendapat penjelasan dan memberi masukan dan koreksi terhadap pekerjaan kelompok yang dikunjunginya dengan menuliskannya di lembar pekerjaan kelompok tersebut.
Kelompok yang berkunjung mencatat pekerjaan kelompok yang dikunjungi. Setelah waktu yang telah ditentukan selesai, masing-masing anggota yang berkeliling kembali ke kelompok asal. Setelah kembali anggota kelompok bertukar informasi berdasarkan hasil kunjungan yang telah dilakukan.
Selanjutnya guru berkeliling untuk mengecek hasil pekerjaan dan melihat hal-hal yang perlu diperbaiki dan memberikan komentar terhadap hasil pekerjaan tiap-tiap kelompok. Guru melakukan konfirmasi berupa umpan balik atau koreksi terhadap pekerjaan tiap-tiap kelompok secara klasikal.
Home Visit dan Website
Namun, di era pandemi, materi bisa diakses melalui website tuturkata.com. Website ini bisa diakses dimana dan kapan saja.
Peserta didik yang tidak memiliki akses internet dan tak memiliki smartphone. Guru akan melakukan home visit, sekali sepekan. Saat kunjung rumah, guru memberikan materi dan menitipkan tugas. Pekan berikutnya, guru mengajar dan menagih tugas, begitu seterusnya.
Pembelajaran yang dilakukan dengan home visit ini adalah dengan cara mengunjungi rumah siswa secara bergiliran sesuai kelompok. Mengenai jadwal dan waktu pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan cara membagi hari dan waktu pelaksanaan.
Proses pembelajaran dilakukan 1 kelompok dengan durasi waktu 25-30 menit. Strategi home visit dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam melakukan pembelajaran.
Walaupun tidak secara maksimal alokasi waktu pertemuan yang dilakukan, dikarenakan oleh pertemuan tatap muka dilakukan dengan cara bergiliran atau per kelompok belajar.
Guru yang melakukan Home Visit wajib diperhatikan protokol kesehatan sebagai berikut mencuci tangan, menggunakan masker, jaga jarak. Metode pembelajaran Home Visit sesuai nasihat Ki Hajar Dewantara, semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah.
Home Visit, bagian dari pendekatan antara guru dengan siswanya. Di masa pandemi seluruh guru dituntut kreatif dalam menyampaikan materi, termasuk guru melakukan Home Visit.
Guru mesti menyiapkan materi dan media belajar sederhana dan mudah dicerna siswa. Guru melakukan Home Visit lebih efektif, bisa berinteraksi antara siswa dan guru.
Inovasi Magguru ini memberikan layanan pendidikan yang berpusat kepada peserta didik di kelas menarik dan menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar dan mengantar guru menerapkan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik.
Inovasi pembelajaran Magguru diharapkan memberikan manfaat bagi pengajaran di kelas, seperti menghilangkan pembelajaran berbasis kepada guru, membantu peserta didik meningkatkan hasil belajar, menghilangkan persaingan secara individu, membantu guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Sains di kelas, dan memberikan sumbangan yang baik dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah terutama dalam pembelajaran Sains. (*)