Praktik Sains di sebuah SMP di Kota Parepare

Pantangan Guru Saat Mengajar

Pewaktu menunjukkan pukul 20.30 Wita (Rabu malam, 25 Mei 2022), Tuan Guru bersama sohib watching di Youtube Ikatan Guru Indonesia (IGI). Chanel resmi IGI itu live IGIers of The Week bertajuk Ayo Bangkit bersama untuk Negeri.

Pada live IGIers of The Week kali ini, Tuan Guru bersama sohib tergelitik dengan kata-kata pantang mengajar sebelum belajar.

Guru harus persiapkan segala sesuatu sebelum masuk kelas, berbagi pengetahuan dengan anak didiknya agar proses transfer pengetahuan berjalan dengan baik.

Tak heran guru itu selalu membawa tas di dalam tasnya berisi, buku, laptop, gadged, selalu persiapkan diri berbagi pengetahuan.

Meski terkadang guru masih sering “dipersalahkan”. Saat anak didiknya sukses, orang menyakan siapa orang tuanya. Tetapi, saat anak didiknya bermasalah, orang mencari siapa wali kelasnya.

Kini guru sudah sejahtera, khususnya yang telah mendapatkan tunjangan pendidik profesional atau sertifikasi. Saatnya menjadi pelita bagi negaranya.

Mereka dianggap telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan pemerintah, seperti pedagogik, sosial, kepribadian, dan pengetahuan. Negara pun telah memberikan haknya sebagai pendidik profesional.

Tunjukanlah bahwa pendidikan kita memiliki daya saing dan berdaya melalui kerja profesional. Mengajarlah pakai hati, bimbinglah anak didik dengan nurani, dan mendidiklah dengan ikhlas.

Selain itu, guru harus mengakhiri “kurikulum” catat bahan sampai habis (CBSA). Pantang mengeluh di depan anak didik, tapi siap menjadi pendengar keluhan kesah anak didiknya.

Pantang meminta perhatian anak didik, tapi ia yang memberikan perhatian kepada anak didik. Tak boleh menyerah pada keadaan, tapi ia berdaya mencari solusi.

Ia harus mengasah kapasitasnya, perbaiki kompetensinya melalui seminar, workshop, pelatihan, membaca dan lainnya.

Guru yang baik menyiapkan proses pembelajaran dengan baik agar tujuan pengajaran tercapai. Sebelum mengajar menyiapkan metode, strategi khusus dan media pembelajaran yang sesuai karakteristik peserta didik.

Wajib menilai anak didiknya, mulai persipan belajar, proses pembelajaran dan penilaian akhir. Penilaian menjadi dasar melakukan remedial dan pengayaan.

Di akhir pengajaran, guru sebaiknya memberikan kegiatan penyembuhan berupa permainan menyenangkan. Sama yang diberikan guru saat pelatihan. Mereka diberikan kegiatan menyyenangkan setelah mendapatkan banyak materi.

Berikut kebiasaan buruk yang harus ditinggalkan guru agar bisa menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya,  baik di dalam maupun di luar kelas.

Pertama, Terlambat Masuk Kelas. Kebiasan ini kurang baik. Peserta didik akan menilai gurunya sebagai sosok yang kurang disiplin. Meski terkadang ada hal memaksa terlambat, seperti sakit, urusan urgen.

“Guru harus jujur menyampaikan masalah yang dihadapi. Minta maaflah kepada anak didiknya,” kata sohib.

Kedua, Kekerasan Kepada Anak Didik. Pendidik yang baik, tidak akan melakukan kekerasan fisik dan verbal. Guru cerdas menyelesaikan anak didiknya penuh kesabaran dan kasih sayang.

Ketiga, Memberi Tugas Tanpa Menjelaskan Materi. Disadari atau tidak guru memiliki tugas berat seperti membuat administrasi, membimbing, mendidik, mengawasi, mengevaluasi, dan kegiatan lainnya.

Guru sebaiknya menerangkan materi dan tugas yang akan dikerjakan. Lalu, memantau dan memastikan anak didik mengerjakan tugas dengan baik.

Keempat, Cara Mengajar Membosankan atau Ceramah. Pengajaran dilakukan berbasis kepada guru, tanpa variasi akan membuat pengajaran membosankan.

Guru sebaiknya mengubah cara mengajarnya dengan menjadi murid sebagai pusat pengajaran agar peserta didik tidak jenuh dan rajin mengikuti pembelajaran.

“Guru yang baik harus menguasai berbagai macam trik pembelajaran. Saat ini, banyak trik mengajar yang sudah dikembangkan,” kata Tuan Guru. (*)

__Terbit pada
26 Mei 2022
__Kategori
Culture