KEAJAIBAN KULIT

Al-Qur’an tetap akan abadi mentransformasikan nilai-nilai kemanusiaan. Manusia terus berkembang, baik pengetahuan maupun penguasaan  teknologi yang menghasilkan peradaban baru. Awal abad ke-21, manusia mengalami disrupsi dengan Era Industri 4.0 yang dilanjutkan di Jepang dengan Era Society 5.0.

Muh Arsyad

Oleh : Dr. Ir. Drs. H. Muhammad Arsyad, A.Md, M.T, IPM

Perkembangan yang begitu cepat dan unpredictable, semua tercengang dengan kecepatan informasi didukung oleh IoT dan AI yang ujung-ujungnya terjadi shifting nilai-nilai peradaban. Bagi orang yang beriman, sesungguhnya tetap teguh dan punya prinsip karena semua itu hanyalah “sandiwara” dan “mainan” dunia.

Manusia sudah bisa menelusuri setiap lekukan organ tubuh bagian dalam, apatah lagi bagian luar. Namun, sampai hari ini teknologi kedokteran belum mampu menentukan warna kulit dan sifat manusia yang masih dalam kandungan itu. Hari ini, penulis akan memaparkan keajaiban kulit seperti Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰ يٰتِنَا سَوْفَ نُصْلِيْهِمْ نَا رًا ۗ كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُوْدُهُمْ بَدَّلْنٰهُمْ جُلُوْدًا غَيْرَهَا لِيَذُوْقُوا الْعَذَا بَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَزِيْزًا حَكِيْمًا

“Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana,” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 56).

Apa yang dijelaskan oleh sains mengenai fungsi kulit seperti yang disebutkan di ayat di atas?

Defenisi kulit menurut kamus Dorland adalah penutup luar tubuh, atau kulit, termasuk berbagai lapisan dan struktur pelengkapnya, pada manusia, terdiri dari epidermis, dermis, jaringan subkutan, rambut, kuku, kelenjar kulit, payudara, dan kelenjar mammaria.

Imam Ath-Thabari menafsirkan ayat ini dengan mengutip beberapa riwayat dari para sahabat. Salah satunya adalah, yang diung- kapkan oleh Ibnu al-Mubarak dari al-Hasan, yang menjelaskan tentang kalimat.

Kullamaa nadhijat juluuduhum, baddalnaahum juluudan ghairahaa (setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain).”.

Dia mengatakan, “Kulit orang-orang kafir itu terbakar dan menjadi hangus sekitar tujuh puluh ribu kali dalam sehari.”

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengungkapkan cerita yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, tentang Umar bin Khathab dan seseorang yang membacakan ayat ini di hadapannya.

Ketika orang itu membaca kullamaa nadhijat juluuduhum, baddalnaahum juluudan ghairahaa (setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain), Umar berkata, “Ulangi bacaan itu untukku,” orang itu pun mengulangi bacaan pada ayat tersebut.

Pada saat yang bersamaan Mu’adz bin Jabal sedang bersama Umar. Mu’adz berkata, “Aku mengetahui tafsirnya. Setiap jam, kulit mereka diganti kulit baru sebanyak seratus kali.”

Umar berkata, “Seperti itulah aku mendengar (tafsirnya) dari Rasulullah SAW.”

Dalam kitab Tafsir al-Baidhawi disebutkan, “Kulit yang hangus terbakar itu akan kembali menjadi baru, yaitu dengan hilangnya semua bekas luka bakar, sehingga kulit itu kembali pulih seperti sediakala.”

Beberapa pandangan para penafsir tersebut mewakili inti makna yang diuraikan oleh para mufasir al-Qur’an.

Prof Tejasen, seorang  ilmuwan di bidang anatomi,   Ketua Jurusan Anatomi dan Dekan Universitas Chiang Mai Thailand,  Ia menguasai dermatologi (ilmu tentang kulit) tercengang ketika dalam suatu konferensi kedokteran  diberikan makalah yang membahas ayat QS An Nisa:56 di atas.

Jantung Prof Tejasen berdebar, “Bagaimana mungkin Al-Quran yang diturunkan 14 abad yang lalu telah mengetahui fakta kedokteran ini ?”.

Sebelum berhasil mengatasi keterkejutannya, Tejasen disodori pertanyaan oleh
ilmuwan Muslim yang mendampinginya, “Mungkinkah (menurut Anda) ayat-ayat Al-Quran ini bersumber dari manusia?”

Makalah itu tidak saja menunjukkan keberhasilan teknologi kedokteran dan perkembangan ilmu anatomi, tetapi juga telah membuktikan kebenaran Al-Quran. Ayat 56 surah An-Nisaa’ seperti tertera di atas.

Bila ayat ini dikaitkan dengan dalil anatomi di atas, maka selama mekanisme pergantian kulit baru atas kulit lama yang sudah rusak/terbakar diberlakukan oleh Allah swt, maka selama itu pulalah kepedihan dari azab Allah swt bagi orang kafir dapat terus dirasakan. Karena pada setiap penggantian kulit baru itu, terdapat 3 lapisan.

Pada lapisan subcutis, yaitu lapisan terakhir terdapat ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf, yang dapat merasakan sakit, pedih, nyeri, dan sebagainya. Dalam tinjauan anatomi, lapisan kulit manusia terdiri dari tiga lapisan global, yakni epidermis dermis, dan subcutis.

Pada lapisan terakhirlah, yakni subcutiis, terdapat ujung-ujung pem- buluh darah dan syaraf. Penemuan modern di bidang anatomi, menunjukkan bahwa luka bakar yang terlalu dalam akan mematikan syaraf-syaraf yang mengatur sensitif.

Saat terjadi combustio grade III (luka bakar yang telah menembus lapisan subcutis), seseorang tidak lagi akan dapat merasakan nyeri. Hal itu
disebabkan oleh tidak berfungsinya ujung- ujung serabut syaraf afferent.

Sedangkan bila melebihi lapisan subcutis, tidak lagi dapat merasakan nyeri, karena sudah mematikan syaraf-syaraf yang mengatur sensasi. Maka perlu diadakan pergantian agar selalu dapat merasakan kepedihan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَا خْتِلَا فُ اَلْسِنَتِكُمْ وَاَ لْوَا نِكُمْ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui,” (QS. Ar-Rum 30: Ayat 22).

Meski demikian, dikatakan tak ada perbedaan jumlah sel antara manusia berkulit putih dan hitam karena bersifat konstan. Perbedaan, sebagaimana dipaparkan oleh buku Sains dalam Alquran (2013), terjadi karena ketebalan bahan pewarna yang disebut melanin.

Antara manusia yang berkulit cerah dan berkulit hitam terdapat perbedaan jumlah melanin yang kadarnya tak lebih dari 1 gram. lmuwan menjelaskan, terdapat sel-sel seperti jaring dalam kulit di sisi-sisinya yang darinya muncul sematan yang halus.

Sel-sel ini jumlahnya sampai 60 ribu tiap luas penam- pang 1 inchi kuadrat. Kadar melanin tersebut ditentukan oleh faktor genetis pada inti sel. Terlihat, bahwa sel2 ini berkurang rata2 10-20 persen tiap 10 tahun.

Sehingga kulit seseorang cendrung bertambah terang seiring usia yang menua, teknologi apapun yang digunakan untuk memertahankannya.  Ada pula yang berpendapat bahwa perbedaan warna kulit terjadi karena perbedaan lokasi.

Orang-orang yang hidup di sekitar garis khatulistiwa lebih mungkin terpapar sinar matahari sehingga memiliki warna yang pekat. Meski demikian, Rasulullah SAW pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian,” (HR. Muslim).

Allah SWT menciptakan kulit dengan struktur dan sistem yang luar biasa. Secara topografis, kulit manusia sangat berbeda dengan kulit berbagai jenis makhluk lain, seperti hewan mamalia dan reptil.

Sebagaian kulit hewan memiliki banyak bulu yang melapisi sebagian besar permukaan kulit tubuhnya. Sedangkan pada kulit manusia, bulu tidak menyebar dengan kuantitas yang rata di seluruh permu- kaan kulit.

Ada permukaan kulit yang memiliki kuantitas bulu yang tipis serta jarang-jarang, ada pula bagian pada permukaan kulit yang memiliki kuantitas bulu yang cukup lebat. Seperti kumis, janggut, alis, dan bulu mata pada wajah.

Tidak hanya akibat efek dan fungsi-fungsi biologis tertentu yang menyebabkan tumbuhnya kumis, janggut, alis dan bulu mata, tetapi juga fungsi-fungsi estetika yang memang telah Allah SWT atur sedemikian rupa.

Selanjutnya Allah swt berfirman dalam QS Muhammad:15 yang menceritakan tentang …. diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya.

Kenapa? Telah ditemukan bahwa secara anatomi, di usus tidak terdapat syaraf sensorik untuk rasa panas dan dingin. Usus dipotong dan ini memberi rasa aakit yang teramat sangat.

Karena itulah, Al-Qur’an menjelaskan apa yang terjadi pada kulit dan usus, dan ini hanya diketahui oleh orang-orang yang berilmu, mereka diberi pengetahuan agar mereka menjelaskan ayat-ayat Allah swt. Maha benar FirmanMu ya Allah. Allahu a’lam bisshawab! (*)

Penulis adalah Pengajar Mk Ilmu-ilmu Kebumian di Universitas Makassar dan Peneliti Karst.

Ilustrasi perempuan merawat kulit wajah (klikdokter)

__Terbit pada
29 April 2022
__Kategori
Ramadhan, Sains