PEWARISAN SIFAT

Oleh : Dr. Ir. Drs. H. Muhammad Arsyad, A.Md, M.T, IPM

Al-Qur’an adalah berkah bagi manusia. Kitab yang penuh dengan kumpulan ilmu sehingga siapa saja yang menjadikan rujukan, maka pintu-pintu kesejahteraan akan berpihak kepadanya.

Siapa yang mentadabburinya, maka ia akan menemukan kunci pengetahuan. Tugas saintis adalah menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti manusia pada zamannya.

Beberapa artikel sebelumnya menjelaskan, penentu sifat pada gen manusia pada saat masih janin, sampai kepada penentu jenis kelamin, yakni kromosom XY pada laki-laki dan kromosom XX pada perempuan.

Penulis akan membahas lebih lanjut tentang pewarisan sifat. Sifat itu bermula dengan bercampurnya sperma laki-laki dan perempuan. Menurut ahli biologi setiap sperma yang bercampur itu mengandung beberapa kromosom yang di dalamnya terdapat sel-sel pembawa sifat.

Pada dasarnya, pewarisan sifat atau hereditas adalah penurunan sifat dari induk (parental) ke anak (filial). Penurunan ini bergantung dengan sifat orangtua yang dikodekan oleh materi genetik.

Materi genetik sendiri merupakan subtansi inti sel yang mengontrol aktivitas tubuh. Sedangkan dalam hadits diterangkan apabila sel sperma ayahnya lebih mengungguli dari ibunya, maka anaknya akan lebih condong
mirip dengan ayahnya.

Sedangkan jika sel sperma ibunya lebih mengungguli dengan ayahnya, maka anaknya akan lebih condong kepada ibunya.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya istriku telah melahirkan seorang anak berkulit hitam (padahal aku berkulit putih). Dan aku curiga, dia bukanlah anakku.”

Rasulullah saw bertanya kepadanya, “Apakah kamu memiliki unta?” Badui menjawab, “Ya.”

Rasulullah bertanya lagi, “Apa warna kulit untamu?” Badui itu menjawab, “Putih kemerah -merahan.”

Rasulullah saw bertanya lagi, “Apakah ada untamu yang berkulit hitam keabu-abuan?” Dia menjawab, “Ada, ya Rasulullah.”

Rasulullah saw bertanya lagi, “Dari mana datangnya warna kulit unta itu?” Badui itu menjawab, “Ya Rasulullah! Menurutku dulu ada induknya yang berwarna demikian.”

Rasulullah pun berkata, “Mungkin juga (anakmu) telah mewarisi kulit salah seorang nenek moyangnya.” Rasulullah saw tidak membiarkan orang itu menyangkal bahwa anak itu adalah anaknya.

Pada hadits di atas, Rasulullah saw merujuk kepada aturan pewarisan sifat. Suatu kemampuan yang dimiliki Rasulullah saw dan melampaui zamannya.

Di akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 baru dijelaskan oleh G.J. Mendel (1822 – 1884) adalah ahli botani dan biarawan berkebangsaan Austria yang menyusun konsep-konsep dasar genetika.

Penyelidikan sifat pewarisan dalam genetika. Hereditas adalah pewarisan sifat sifat fisik, biomkia dan perilaku dari suatu mahkluk hidup kepada keturunannya.

Sifat-sifat menurun ini kemudian dikendalikan oleh substansi genetika yang disebut DNA (deoxyribo nucleic acid = asam dioksiribo nukleat), yang terdapat dalam gen.

Hasil percobaannya, ditulis dalam makalah yang berjudul Experiments on Plant Hybridization. Dari situ ia mengusulkan 3 hukum pewarisan Mendel diantaranya Hukum Segregasi dimana Pada pembentukan gamet.

Setiap gen induk (parent) akan berpisah agar gamet (anaknya) mendapatkan gen dari kedua induk. Hukum Asortasi Bebas dimana Gamet akan bertemu secara acak. Hukum Dominasi dimana terdapat sifat (alel) yang mempunyai kemung kinan diturunkan lebih dari sifat yang satunya. Sifat yang satunya lagi itu resesif.

Seperti halnya bagaimana seorang anak bisa mirip dengan orangtuanya, dan antara saudara kandung. Selain itu, golongan darah seseorang juga mengikuti hukum genetika yang ada. Pelajari lebih lanjut pada buku Why? Heredity & Type of Blood – Hereditas dan Golongan Darah.

Seseorang dapat mewarisi sifat dari kakek atau nenek dari generasi berabad-abad sebelumnya. Fenomena ini diketahui dan disebutkan di dalam ilmu pewarisan. Rasulullah saw menjelaskan aturannya melalui sifat-sifat di atas dengan menelusuri asal-usul seseorang hingga ke Adam.

Apakah Mendel, para ilmuwan, dan ahli antropologi lainnya menambahkan apa yang telah disebutkan oleh Rasulullah saw? Dari mana pengetahuan itu? Tentu berasal dari sang Pencipta Manusia itu sendiri.

Garnet jantan dan betina mengandung gen yang dibawa oleh kromosom yang berbeda pada setiap orang. Saat gen-gen tertentu dominan, sifat-sifat yang dibawanya akan tampak pada anak itu.

Hal inilah mengapa salah seorang ahli berkata, “Sebelum bagian- bagian tubuh dan sifat berkembang pada seorang manusia, dia hanyalah kumpulan dari 45 kromosom yang memiliki jumlah gen yang besar yang berbeda pada setiap orang. Seluruh kromosom.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَ هُوَ الَّذِيْۤ اَنْشَاَ كُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّا حِدَة فَمُسْتَقَرٌّ وَّمُسْتَوْدَعٌ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْاٰ يٰتِ لِقَوْمٍ يَّفْقَهُوْنَ
“Dan Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), maka (bagimu) ada tempat menetap dan tempat simpanan. Sesungguh- nya telah Kami jelaskan tanda-tanda (kebesaran Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.”(QS. Al-An’am 6: Ayat 98)

Setiap manusia membawa gen dalam selnya untuk seluruh keturunannya. Allah swt mempunyai pengetahuan dan yang sempurna meliputi hal tersebut saat gen-gen ini berpindah dari tempat asal mereka di tulang sulbi laki-laki menuju rahim perempuan.

Perjalanan yang ditempuhnya sangat jauh, tetapi telah diperkirakan dengan akurat dan ditentukan dalam semua tahapan, fase, dan pergerakannya.

Selanjutnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَ اِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْۤ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَ اَشْهَدَهُمْ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ ۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۗ قَا لُوْا بَلٰى ۛ شَهِدْنَا ۛ اَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَ
اَوْ تَقُوْلُوْۤا اِنَّمَاۤ اَشْرَكَ اٰبَآ ؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّنْۢ بَعْدِهِمْ ۚ اَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُوْنَ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,” atau agar kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami adalah keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang (dahulu) yang sesat?” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 172-173)

Sel kelamin primer berasal dari dinding vesikula, kemudian berpindah ke kelenjar kelamin yang kemudian mulai terbentuk di bagian belakang dari makhluk baru itu dan dan akhirnya berproses seperti narasi yang telah dijelaskan. Allahu a’lam bisshawab! (*)

Penulis adalah Pengajar Mk Ilmu-ilmu Kebumian di UNM Makassar dan Peneliti Karst.

Ilustrasi/gambar keluarga (Amongguru.id)

__Terbit pada
27 April 2022
__Kategori
Ramadhan, Sains
1

One comment on “PEWARISAN SIFAT”

  1. Sungguh ilmu yang sangat bermanfaat, memadukan ilmu sains dengan ilmu agama, ini merupakan hal yang sangat luar biasa untuk saya yang miskin ilmu merasa terbantu dan termotivasi untuk membawa tulisan bapak ke ruang mengajarku 😊

    Terima kasih 🙏🏻

Komentar ditutup