DEMI PEREMPUAN PRIBUMI

Gemetar tanganku tatkala aku menulis tentangmu.

Tentang semua jerih payah dan linang air matamu.

Tentang dedikasi dan pengorbananmu.
Tentang semangat demi cita-cita kaummu.
Dan tentang kau yang peduli keadilan bangsamu.

Duhai perempuan tangguh.

Hangatnya dekapan cintamu.
Kau bangkitkan pengharapan kepada kami.
Yang terus ditindas dan dimaki.
Dihina dan dicaci.
Kami dibiarkan bodoh dan babu.
Hak kami terus direnggut paksa.. Hah.
Teriris batinku.
Terasa pilu jiwa dan kalbuku.
Bagaikan diiris sembilu.
Ketika teringat nasib perempuan masa lalu.
Pribumi penuh kelabu.
Yang tak pantas tahu ilmu.
Dan tak harus mengenal tinta dan Aksara.
Hanya duduk dan merenung di depan tungku .
Melirik pilu yang penuh sendu.

Duhai perempuan tangguh.

Semangat juang dari kemuliaan hatimu.
Ketulusan serta kecerdasanmu.
Begitu cantik akhlak dan budipekertimu.
Kaulah sang puteri bangsa Indonesia.

Dengan rasa haru kami sebut namamu.
IBU KARTINI
Pelopor perempuan pribumi.

Kini semua tertata karenamu.
Hak kami berhasil direngkuh.
Sebab perempuan pantas berilmu.
Sungguh benar katamu duhai ibu.

Ohh duhai Ibu Kartini.
Terimakasih atas segala kisah cintamu.
Untuk kami sanak perempuanmu.

Cita-citamu kini terpatri dibalik langit negeriĀ  dengan pancaran indah cahayamu.

Habis Gelap Terbitlah Terang.
IBU KITA KARTINI (*)

Tulisan Hestiana untuk sanak Perempuan Negeri. Tetaplah tangguh perempuanku. (*)

__Terbit pada
21 April 2022
__Kategori
ESAI