MATA DAN PENGLIHATAN
Oleh : Dr. Ir. Drs. H. Muhammad Arsyad, A.Md, M.T, IPM
Alquran menjamin bahwa penciptaan manusia adalah paling sempurna di antara semua makhluk ciptaanNya. Jika penyempurnaan penciptaan ini dilengkapi dengan ilmu, maka manusia berada pada tingkat lebih mulia dari makhluk lainnya termasuk malaikat.
Kisah awal ciptaan manusia, seperti yang dipaparkan kemarin, manusia diciptakan untuk menjadi khalifatul ardh. Walaupun, pada awalnya “ide” ini ditolak oleh para makhluk langit lainnya, namun Allah swt mempunyai “hak pregoratif”.
https://tuturkata.com/2022/04/12/4836/
Manusia dilengkapi dengan mata pada saat lahir, walaupun mengalami proses untuk menggunakannya. Nanti menginjak usia 12 bulan, bayi sudah dapat melihat dengan jelas.
Dia sudah bisa melihat benda yang jarak dekat maupun jauh dengan baik. Bahkan bayi sudah mampu mengenali orang yang sudah dikenalnya dari kejauhan.
Allah ‘Azza Wa Jalla sering kali menyebut “penglihatan” dengan kata “Al-Abshor” dan terkadang “Al-A’yun”. Al-Abshor sendiri diambil dari kata Al-Bashir yang artinya melihat dan Al-A’yun diambil dari kata Al-‘Aina yang berarti mata.
Allah Ta’ala sering menyebutkan penglihatan dan dibarengi dengan penyebutan pendengaran dan hati.
Pendengaran sering dirangkai dengan penglihatan, karena rata-rata orang bisu juga tuli, tetapi tidak untuk sebaliknya.
Mata mempunyai sekitar 140 juta penerima cahaya yang sensitif. Penerima cahaya ini adalah salah satu dari 10 lapisan yang membentuk retina dari ketebalannya hingga 0,4 millimeter.
Retina memiliki jutaan sel saraf yang peka terhadap cahaya. Sel-sel ini berfungsi untuk mengubah cahaya yang terpantul dari objek di lingkungan sekitar menjadi sinyal listrik yang kemudian dikirim ke otak untuk diproses sebagai gambar. Dengan demikian, kita bisa melihat berbagai benda dan warna di sekitar kita.
Mata mengeluarkan jutaan serabut saraf yang mengirimkan gambar berwarna. Warna yang dapat diidentifikasi oleh mata manusia hanya yang berada pada panjang gelombang 3.900 A sd 7.900 A (1 Angstrom 10 pangkat minus 10 m).
Itulah yang dikenal mulai warna merah sampai warna ungu dengan warna merah mempunyai panjang gelombang terpanjang dan warna ungu terpendek.
Mata hanya peka pada warna dengan selisih 4.000 A atau 0,4 mm tadi. Bayangkan serabut setebal itu mampu membedakan tujuh macam warna yang disebut dnegan penglihatan.
Ketujuh warna tersebut yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Warna inilah yang mendominasi setiap kejadian sehingga otak terkesan beranekanya warna kupu-kupu, hijaunya persawahan, indahnya bianglala pada saat matahari kembali ke peraduannya, dan sebagainya.
Artinya, 1 warna sebenarnya adalah 1 panjang gelombang (disebut 1 lamda) dominan yang diterima dalam hal ini dipantulkan kembali ke retina (selaput) mata tadi.
Otak terkesan dengan warna merah jika semua berkas cahaya yang datang pada obyek tersebut diserap dan hanya warna merah dan penyertanya dipantulkan, sehingga ditangkap oleh mata.
Warna putih jika semua berkas cahaya yang datang pada obyek itu dipantulkan ke mata. Untuk warna hitam, jika semua berkas cahaya yang datang padanya diserap semua, dan hampir tidak ada yang dipantulkan, sehingga penglihatan kita salam hal.ini otak mengatakan bahwa kejadian itu berlangsung dalam kegelapan.
Di atas telah disinggung tentang 1 lamda dan membawa 1 puncak energi yang besarnya sekitar 2, 52 eV untuk warna merah dan 3,65 eV untuk warna ungu.
Artinya, mata hanya bisa menerima energi cahaya sebesar Itu tanpa merasa sakit, atau merasa silau secara berlebihan. Itulah sebabnya, mengapa silau berlebihan maka mata cenderung kelopak mata mengerut dan menyesuaikannya denagn jarak benda yang diabeut berakomodasi.
Mata normal mampu berakomodasi dengan nyaman pada jarak 25 centimeter di depan mata dan pada jarak takhingga sepanjang mata memandang.
Tentang hakikat dari mekanisme penglihatan ini dan peranan penting sinar Matahari ini pada awalnya menjadi perdebatan mengapa manusia dapat mengenl warna atau obyek itu. Padahal Al-Qur’an telah memberikan petunjuknya tentang hal ini.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَجَعَلْنَا الَّيْلَ وَا لنَّهَا رَ اٰيَتَيْنِ فَمَحَوْنَاۤ اٰيَةَ الَّيْلِ وَجَعَلْنَاۤ اٰيَةَ النَّهَا رِ مُبْصِرَةً لِّتَبْتَغُوْا فَضْلًا مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَا لْحِسَا بَ ۗ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنٰهُ تَفْصِيْلًا
“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami), kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang-benderang, agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 12)
Ungkapan bahwa siang berfungsi untuk memberikan penerangan dalam firman Allah “dan Kami jadikan tanda siang itu (sinar) yang menerangi” menegaskan hal di atas.
Sebagai buktinya, kita dapatkan penggunaan kata subyek ‘mubshir’ yang mengandung arti bahwa siang adalah sumber bagi sinar tersebut.
Tentunya, hal ini tidak bertentangan dengan peranan besar yang dimiliki mata dalam proses penglihatan. Karena mata inilah yang menerima dan menangkap sinar yang jatuh dan mengantarkan sinyalnya ke pusat saraf penglihatan yang terdapat di otak melalui sel-sel saraf penghantar.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَلَاۤ اُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُوْنَ
وَمَا لَا تُبْصِرُوْنَ
“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat.” (QS Al-Haaqah ayat 38-39,
Kalau kita perhatikan, ayat di atas merupakan bukti kuat bagi peranan penting yang dimiliki mata dalam proses penglihatan.
Di samping juga merupakan bukti bahwa mata memiliki kemampuan untuk menerima sinar yang ditangkap oleh retinanya, sehingga ia dapat melihat.
Sebagaimana yang dimaksud oleh bagian ayat: “dengan apa yang kamu lihat”. Sekaligus bukti bahwa mata tidak mampu untuk menangkap jenis sinar yang lain, yang terlalu kuat atau terlalu lemah, sehingga ia tidak mampu untuk melihat. Ini sesuai dengan bagian ayat yang terakhir.
“Dan dengan apa yang tidak kamu lihat.” Perhatikan ungkapan akhir, dan dengan apa yang tidak kamu lihat.
Siingkat, sarat makna, padat tapi tidak jelas. Namun, perkembangan sains mengungkapkan bahwa gelombang yang dibiacarakan dari awal, dalam hal ini gelomvang elektromagnetik (gem) hanya adalah gelombang visible, artinya gelombang yang sapat diamati olehnmata.
Namun masih ada sederetan gem yang berada di rentang sebelum 3.900 A sd 4.900 A yang juga memberi dampak pada kehidupan dan penghidupan makhluk hidup lainnya, terutama manusia, yang disebut dengan spektrum gelombang elektromagnetik.
Spektrum elektromagnetik adalah rentang frekuensi gelombang elektromagnetik dalam semua radiasi elektromagnetik. Pengamatan spektrum elektromagnetik terjadi di dalam sinyal radio, sinyal televisi, sinyal radar, cahaya tak terlihat, sinar-X dan sinar gama dengan kecepatan cahaya.
Frekuensi ini lah yang harus dibuatkan regulasi oleh pemerintah, terutama pemanfaatannya, misalnya stasiun radio, stasiun TV, satelit komunikasi di angkasa luar, supaya tidak dikuasai oleh sekelompok atau golongan tertentu.
Apapun yang kita lihat dan saksikan, akan memberikan kesaksiannya di hadapan Allah.
Allahu a’lam bisshawab.(*)
Penulis adalah Pengajar Mk. Ilmu-ilmu Kebumian di UNM Makassar dan Peneliti Karst.
Referensi
Yusuf Al-Hajj Ahmad, Mukjizat Al-Qur’an yang tak Terbantahkan