KEAJAIBAN ILMIAH PADA TUBUH MANUSIA

Dr Ir Muhammad Arsyad MT
Oleh Dr. Ir. Drs. H. Muhammad Arsyad, A.Md, M.T, IPM

Alquran adalah sumber ilmu pengetahuan. Pengetahuan dengan segala dimensinya sehingga terbuka peluang untuk menjadi rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Kenalilah dirimu dari mana diciptakan, untuk apa diciptakan, dan hendak ke mana sebenarnya? Niscaya kamu akan mengenal TuhanMu?

Pertanyaan yang terus “menggoda” untuk memperoleh jawaban.
QS Al-Alaq 1-5 adalah awal dari revolusi ilmiah pertama di muka Bumi yang meminta Muhammad membaca dengan Nama TuhanNya.

Dalam Alquran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia dipandang lebih unggul ketimbang makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.

Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan Al-Qur`an pada Surah al-Baqarah, 31-32:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَ سْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰٓئِكَةِ فَقَا لَ اَنْبِۢـئُوْنِيْ بِاَ سْمَآءِ هٰۤؤُلَآ ءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” (QS. Al-Baqarah 2:31)

Di ayat berikutnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قَا لُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

“Mereka menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana,”(QS. Al-Baqarah 2:32).

Manusia lebih mulia daripada makhluk lainnya setelah diberitahukan beberapa ilmu. Ilmu itulah yang mengangkat derajat manusia. Semua makhluk termasuk malaikat kemudian sujud kepada Adam, kecuali Iblis.

Arti tunduk adalah mereka siap diatur oleh Manusia yang diberi amabah sebagai khalifah dimuka bumi.

Jabatan kekhalifaan inilah yang di kemudian hari kadang disalahgunakan oleh manusia itu sendiri, karena menyimpan dunia di hatinya, padahal sebelum bayi manusia lahir mereka melakukan perjanjian luhur dengan Tuhannya, dengan “kalu balaa, syahidna”.

Bagaimana proses ilmiah itu terjadi? Banyak aliran dalam ilmu pengetahuan menjelaskannya.

Manusia mengembangkan metode ilmiah yang semuanya berawal.dari pengamatan dan berakhir dengan inferensi. Atau justru inferensi adalah awal swdangkan pengamatan adalah akhir?

Karena proses itu adalah siklus, di kesempatan ini saya tidak meluaskannya (memanjanglebarkan, maksudnya) di sini.

Proses untuk menemukan atau menjelaskan pengetahuan dengan ontologi, epistomologi, dan aksiologi adalah kesepakatan pada filosof, untuk memberi pemaknaan, kalau bukan langkah-langkah proses ilmu pengetahuan itu.

Proses itu, bukan hanya dilakukan oleh Descartes, dengan tagline, saya berpikir karena saya ada, malahan diteruskan oleh Galileo Galilei dengan kata-kata, itu dia, terus bergerak.

Pada saat Gereja menghukumnya karena mendukung teori bahwa Bumi yang mengelilingi Matahari, dan bukan sebaliknya. Saya pikir sampai di sini selesai, ternyata tidak karena Isaac Newton, terus melakukan pengamatan terjadap fenomena alam.

Nun pada awal ceritanya hanya mengamati jatuhnya sebuah apel yang berakhir pada penjelasan gamblang teori gravitasi yang melambungkan namanya sebagai penemu hukum gerak dalam fisika, di samping sifat inersia sebuah benda.

Einstein pun, bahkan Hawking terus menggunakan metode deduksi dengan persamaan matematika untuk melakukan prediksi tentang terjadinya gelombang gravitasi sebagai pembukti teori relativitas yang dikembangkannya sejak tahun 1905.

Hampir satu abad setelah teorinya itu, baru dapat dibuktikan oleh anak cucunya pada tahun 2015, setelah terjadinya Gerhana Matahari Total yang menutupi hampir sepertiga wilayah bumi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dengan segala dinamikanya, akhirnya mencapai puncaknya setelah Kuhn melakukan revolusi Sains yang terkenal itu.

Karya Thomas Kuhn yang fenomenal adalah The Structure of Scientific Revolution (1962) dan The Essential Tension: Selected Studies in Scientific Tradition and Change (1977).

Karya The Structure of Scientific Revolution (1962) menjadi karya yang monumental tentang sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan
dengan konsep dan teori besarnya tentang paradigma dan revolusi ilmu.

Karya Khun tersebut ketika ia hampir menyelesaikan
disertasinya dalam bidang fisika teoretis.

Pengalaman ilmiahnya tentang eksperimen dalam ilmu fisika membawanya pada suatu
kesimpulan bahwa teori dan praktek ilmiah telah usang sehingga secara radikal telah merobohkan sebagian konsepsi dasarnya tentang sifat ilmu pengetahuan.

Paradigma Khun dalam penelitian ilmiah terdapat dua karakteristik yang menjadi substansinya.

Pertama, menawarkan unsur baru tertentu yang menarik pengikut keluar dari persaingan metode kerja dalam kegiatan ilmiah sebelumnya.

Kedua, menawarkan pula persoalan-persoalan baru yang masih terbuka dan belum terselesaikan.

Saya berhenti di sini untuk penjelasan metode ilmu pengetahuan itu, karena saya yakin bahwa pembahasan ini lebih menarik jika dibahas dalam bangku kuliah.

Apa hubungannya dengan judul yang saya pilih di atas? Bukankah dalam tubuh kita sendiri berproses seperti alam semesta ini?

Ada jantung sebagai mesin yang tidak boleh berhenti bekerja sepersekian detik saja, dan ada otak sebagai terminal dari darah yang harus terus menerima suplai darah terus menerus dan tidak boleh berhenti sepersekian detik saja.

Waktu yang dibutuhkan darah dari proses sirkulasi tersebut dapatkah dihitung secara eksak? Tertuju pada realita kehidupan ilmiah, bukan sekedar mengarah pada ilmu teori.

Alquran menjelaskan tentang bagaimana fungsi hilal dalan realita kehidupan manusia. Betapa Al-Quran lebih dulu mengisyaratkan sebuah informasi yang jauh lebih besar dari nformasi kecil lainnya.

Artinya masih banyak lagi, ayat-ayat yang menyinggung isyarat ilmiah. Sebagaimana menurut penjelasan Thantawi Jauhari dalam kitabnya al-Jawahir, bahwa di dalam Al-Quran terdapat 750 ayat yang mengulas ilmu pengetahuan, dan hanya 150 yang mengulas mengenai fiqh.

Tidak dapat dipungkiri, Alquran hingga saat ini terus mengajak manusia untuk mengeksploitasi ayat-ayat Nya yang berdimensi ilmiah, pun menggugah sense of knowledge dalam diri manusia untuk terus berpikir dan memahami ciptaan-Nya di langit dan di Bumi.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Baqarah: 219, bahwa
كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan. (Q.S. Al-Baqarah 2: 219).

Melalui isyarat ilmiah yang diungkapkan, Alquran menegaskan bahwa ilmu pengetahuan dan wahyu ilahi merupakan dua aspek kebenaran yang tidak ada pertentangan di antara keduanya.

Di sisi lain, merupakan pertanda bahwa Allah menekankan pentingnya arti belajar dan dalam kehidupan, karena Allah sendiri tidak pernah menutup kesempatan kepada manusia untuk berupaya menginterpretasikan isi Al-Quran.

Dalam memahami isyarat ilmiah pada Alquran, hal yang perlu ditekankan adalah tujuan utama menggali dalamnya ilmu pengetahuan yang dikandung oleh Alquran.

Tidak hanya untuk meningkatkan kualitas kecerdasan akal semata, melainkan untuk menambah keimanan dan keyakinan kepada Allah, sebagai ladang amal saleh dalam menebar kebaikan kepada sesama makhluk-Nya.

Halaman-halaman Alquran sangat kaya dengan isyarat ilmiah mengenai realitas manusia, alam semesta, lautan, pegunungan dan interaksi antar keduanya, ilmu kedokteran, dan hal-hal lain yang baru ditemukan lebuh dari 14 abad setelah Alquran diturunkan.Wallahu a’lam bissawab! (*)

Penulis adalah Pengajar Mk. Ilmu-ilmu Kebumian di UNM Makassar dan Peneliti Karst.

Referensi
Yusuf Al-Hajj Ahmad, Mukjizat Alquran yang tak Terbantahkan

Ilustrasi otak (tribunmenado)

__Terbit pada
11 April 2022
__Kategori
Ramadhan, Sains