MUKJIZAT AL-QUR’AN
Kata Mukjizat tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Kita mengenal kata karamah dalam kosa kata sehari-hari. Para teolog memberikan makna mukjizat sebagai sesuatu di luar nalar akal manusia yang tidak mungkin dikalahkan.
Mukjizat diberikan kepada hamba Allah sebagai bukti kenabian dan bukti itu untuk para Nabi sebelumnya melekat pada dirinya. Nabi Ibrahim, tidak dimakan api.
Nabi Musa mempunyai tongkat yang dengan izin Allah dapat merubah menjadi ular, membelah laut merah dan menampakkan jalan yang harus dilewati kaumnya agar terhindar dari kejaran Firaun.
Nabi Isa pun juga begitu. Bahkan beberapa Nabi mempunyai mukjizat lebih dari satu untuk memberikan bukti bahwa Nabi tersebut adalah utusan Allah Swt.
Nabi Muhammad saw diberikan Al-Qur’an yang menjadi petunjuk bagi umatnya dan siapapun yang hidup setelah wafatnya. Umat Nabi Muhammad dapat melihat dan membacanya dengan tidak ada perubahan.
Siapapun yang mempelajarinya, maka ia akan memperoleh berkah walaupun bukan pemeluk Islam. Al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh umat manusia dan bukan buku yang akan habis masa berlakunya.
Kisah terdahulu, bagaimana musuh Islam mempelajari Al-Qur’an untuk mengetahui kekuatan dan menjadikannya rujukan dalam mengelabui umat Islam.
Ketika Al-Qur’an menyeru umat manusia untuk berpengetahuan, belajar, meneliti dan melakukan eksperimen.
Perhatikan firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala
سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰ فَا قِ وَفِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَـقُّ ۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fussilat 41: Ayat 53)
Al-Qur”an merupakan petunjuk, bukan buku ilmu pengetahuan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰ نَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَ يُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًا
“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 9)
Petunjuk ini datang dengan cara yang berbeda-beda. Bisa datang sebagai sarana penjelas, memperbaiki perilaku seseorang atau kaum, memberikan fakta atau bukti, dan lainnya.
Sehingga Al-Qur’an meminta agar jangan mengacu oada teori semata dan melihat realitas yang sebenarnya dan tidak memberikan penjelasan sembarangan atau berlebih-lebihan, karena disadari Al-Qur’an secara retorika dapat banyak menghasilkan penafsiran.
Salah satu perbedaan mendasar antara mukjizat Al-Qur”an dengan lainnya adalah Al-Qur’an secara gamblang dan nyata bagi mereka yang melihat dan akan menjadi sebuah kisah luar biasa bagi mereka yang mendengar sesudahnya.
Al-Qur’an sesuai dengan fase perkembangan kehidupan manusia, fase ilmu pengetahuan dan penalaran adalah fase yang meliputi seluruh panca indera dan segala hal yang tampak nyata, sehingga fase ini mengkhususkan kajiannya pada sisi intelektual logis, serta fisiologi manusia, sehingga Al-Qur’an menjadi dasar yang melingkupi seluruh aspek kehidupan manusia.
Al-Qur’an menceritakan banyak kisah yang belum terjadi pada zaman Nabi atau terjadi setelah Nabi menerima wahyu, tetapi sudah bisa dijelaskan oleh Nabi dan tidak ada dalam kisah sebelumnya, termasuk kitab suci sebelumnya.
Misalnya kisah tentang kemenangan yang diperoleh umat Islam dalam perang Badar, penaklukan kota Mekah, penaklukan Konstantinopel, Runtuhnya Kekaisaran Romawi di tangan umat Islam, dan yang teramat penting adalah kemenangan dan tegaknya kekuasaan kaum muslimin di Bumi, dan kisah lainnya.
Kisah itu bisa berupa berita gembira maupun berita sedih. Berita sedih itu, misalnya munculnya dua kelompok dari Umat yang menjadi penghuni neraka setelah Rasulullah wafat, wafatnya Fatimah setelah Rasulullah wafat dan kisah lainnya.
Kisah yang terjadi saat ini, misalnya bagaimana umat Islam akan mengikuti gaya hidup yang yang tak islami, dan yang membuat kita miris adalah peringatan Al-Qur’an tentang aturan Islam akan dilanggar satu persatu.
Termasuk merajalelanya saksi palsu dan penyatuan kelompok yang mempunyai kepentingan bersama meraih kemenangan, walaupun dilakukan dengan ketidakjujuran.
Akhirnya, tulisan ini saya akhiri pada kemampuan umat Islam menghiasi masjid dengan hiasan yang mewah. Bangunan yang indah dan besar-besar, tetapi isinya jauh dari akhlak islami. (*)
Penulis adalah Dosen Mk. Ilmu Kebumian dan Peneliti Karst mengabdi di UNM
Referensi : Ilustrasi membaca Al-Qur’an (Foto: iStock)
Referensi :Yusuf Al-Hajj Ahmad, Mukjizat Al-Qur’an yang tak Terbantahkan
One comment on “MUKJIZAT AL-QUR’AN”
Komentar ditutup
Sungguh indah dan luarbiasa keajaiban Al Qur’an dalam mengatur tatanan kehidupan manusia dan seluruh Makhluk Ciptaan Allah SWT di muka bumi ini kembali kepada diri kita masing-masing tergerakkah hati-hati kita untuk mempelajarinya atau kita termasuk hamba-Nya yang memiliki mata tapi tak digunakan untuk melihat,memiliki telinga tapi tak digunakan untuk mendengar,punya hati tapi tak digunakan untuk merasakan semua kemaha besaran Allah SWT