Istilah Unik dan Ringan Dipopulerkan Jurnalis

Medio 1999-2006 dan 2014-2020, pernah bergenit – genit di dunia kuli tinta atau kuli disket. Saat itu, mengenal banyak istilah yang populer di kalangan jurnalis dan masih digunakan sampai sekarang.

Istilah itu unik dan ringan membuat berita ramuan para jurnalis atau pewarta makin “gurih” dibaca.

Istilah itu mungkin hanya di negeri ini, seperti dapat hadiah dari polisi, hadiah itu berupa timah panas bagi pelaku kejahatan. Menyebut polisi dengan istilah, seperti tiga  balok di pundaknya.

Istilah lainnya sebutan jeruji besi atau hotel prodeo untuk penjara yang selalu disebut dingin, dan masih banyak istilah lainnya.

Selain itu, bergelut di dunia jurnalistik juga asyik dan menyenangkan, setiap saat bisa mendapat cerita dan hal-hal baru.

Bisa mengobrol santai dengan artis terkenal, tokoh politik, pejabat, dan pesohor lainnya. Tentu di tempat-tempat terkenal dan indah.

Bisa berpetualang ke tempat-tempat bersejarah. Menikmati panorama alam yang aduhai.

Paling seru bisa nonton bola di stadion secara gratis. Cukup perlihat ID card. Bisa masuk dan menikmati laga di pinggir lapangan.

Jurnalis juga biasa mendapat pujian dan sambutan erat dan hangat, saat menulis berita baik bagi narasumbernya.Tetapi terkadang ada yang mendapat cercaan dan makian saat mengeritik kebijakan penguasa..

Jurnalis itu, harus siap dengan segala tantangan dan risikonya. Jika terlanjur menjadi jurnalis, maka pegang dan amalkan kode etik jurnalistik, serta patuhi regulasi yang mengatur pekerjaan jurnalistik.

Jurnalis itu harus berada di lorong integritas. Membela hak-hak rakyat dengan mengabarkan informasi secara obyektif dan mengadvokasi.

****
Selain itu, banyak cerita-cerita ringan dan istilah unik di kalangan jurnalis. Berikut istilah jurnalis yang jarang diketahui publik.

Satu, rencana liputan. Tugas yang wajib dikerjakan setiap hari. Biasanya  menghadiri acara yang digelar institusi pemerintah atau swasta atau wawancara narasumber terkait isu hangat dan aktual.

Dua, Bobol. Ketinggalan informasi atau peristiwa besar. Jika ini terjadi siap-siap dapat “nasihat” pedes dari sang redaktur.

Tiga, Deadline.
Batas waktu menulis dan pengiriman berita ke redaktur. Jika jurnalis, melanggar deadline, maka bersiap dimarahi redaktur.

Empat, Editor, sosok yang mengedit berita, meramu tulisan jurnalis agar enak dibaca. Tapi sering juga hasil editing editor, malah tambah kurang “gurih” dibaca.

Lima, Korlip
Koordinator Liputan, sosok yang setiap hari memberi tugas dan agenda liputan kepada jurnalisnya. Sosok bisa membuat jurnalis tak nyaman, menagih semua penugasan yang telah dibebankan.

Enam, Redaktur, sosok  yang memutuskan berita, foto atau video bisa dipublikasikan atau tidak.

Tujuh, Redaktur Pelaksana, sosok memimpin produksi berita. Memiliki tugas memimpin rapat perencanaan, rapat checking, dan rapat terakhir sidang redaksi.

Delapan, Pemimpin Redaksi atau Pemred, bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian setiap hari. Ia mengawasi isi seluruh rubrik koran atau website yang dipimpinnya. Menetapkan kebijakan dan mengawasi seluruh kegiatan redaksional.

Sembilan, Dinas Luar.
Mendapat tugas meliput keluar kota. Bisa diajak kementerian, perusahaan. Ini paling ditunggu-tunggu, mendapat “uang transport” dan DL dari kantor.

Sepuluh, Humas. Bidang Hubungan Masyarakat. Pasti selalu ada di acara-acara di istansi pemerintah dan swasta yang melayani kepentingan jurnalis.

Sebelas, pelemparan. Mendapat bahan berita dari rekan sejawat, beritanya dilemparkan. Biasanya berita dikirim di grup pertemanan.

Sangat disenangi para jurnalis yang sering kebobolan berita atau isi. Tapi, terkadang, jurnalis tidak melakukan verifikasi dan kroscek terhadap berita pelemparan.

Dua belas, rilis atau siaran pers. Ini sangat dinanti jurnalis yang malas (termasuk saya). Mendapat berita tanpa perlu sibuk mencari berita, dan masih banyak lagi. Selamat Hari Pers Nasional, semoga jurnalis di negeri ini makin sejahtera. (*)

__Terbit pada
9 Februari 2022
__Kategori
Culture