Hujan Sepanjang Masa, Laut Kok Tak Meluber
“Aneh ya, laut menampung air hujan begitu banyak sepanjang masa. Tetapi, tidak pernah penuh dan meluap,” tanya anak didik Tuan Guru, saat belajar siklus hidrologi.
“Ya, laut tidak akan meluap karena ada siklus hidrologi,” jawaban Tuan Guru singkat.
“Pak, apa itu sikus hidrologi,” tanya lagi, makin penasaran.
Tuan Guru pun menerangkan, hidro berarti air. Jadi, siklus hidrologi adalah siklus air. Siklus air adalah proses di mana keadaan air berubah-ubah. Lalu kembali ke keadaan semula.
“Pak, kapan mulainya siklus air,” tanya anak didik.
Siklus air, kata Tuan Guru, bisa mulai dari mana saja. Dari laut yang menguap terbentuk awan turun hujan-mengalir ke sungal, lalu kembali ke laut.
“Pak, kelihatannya tambah asyik nih. Saya jadi ingin tahu lebih jauh tentang siklus air ini,” ujarnya.
Baik Mari kita bahas satu fase penting yaitu awan. Awan terbentuk dari uap air. Uap air ini bisa berasal dari pemanasan air laut, danau, dan sumber air lainnya.
Selaian itu, kata Tuan Guru, uap air juga berasal dari pernapasan makhluk hidup dan letusan gunung berapi. Bersama udara panas, uap air akan naik ke atas.
“Pak, kenapa uap air ini bisa naik ke atas?”
Pada umumnya materi panas lebih ringan. Uap air lebih panas dari daripada udara di sekitarnya. Itu sebabnya air naik ke atas.
Uap air itu ditampung udara. Makin tinggi suhunya, makin banyak uap air yang bisa ditampung. Saat keadaan di mana udara tidak bisa lagi menampung uap air dinamakan titik jenuh.
“Kemudian, apa yang terjadi, Pak?”
Udara panas yang mengandung uap air ini akan mengembang ketika naik ke atas sehingga suhunya turun. Akibat penurunan suhu ini, udara mencapai titik jenuh.
Udara tidak mampu menahan uap air sehingga uap air di udara berubah menjadi titik- titik air yang sangat kecil. Molekul titik-titik air ini akan saling tarik menanik membentuk gumpalan awan.
“Wah, menarik sekali ya, belajar Sains. Pak, mengapa ada banyak jenis awan?”
Jenis awan bergantung pada ketinggiannya. Yang pertama adalah awan tinggi. Awan ini tipis dan ringan. Karena ringan, awan ini akan naik ke atas mengalahkan gaya gravitasi dan gaya gasek udara.
Tuan Guru mencontohkan awan tinggi itu berupa awan sirrus, sirrokumulus, dan sirrostratus. Ketinggiannya mencapai 6.000 kilometer.
“Terus Pak, ada awan lain?”
“Ya. ada awan yang berada di ketinggian di bawah 3.000 meter. Awan ini lebih tebal dan sering kita lihat kalau kita naik pesawat terbang, seperti awan kumulus, stratokumulus, dan awan stratus,” jelas Tuan Guru.
Ada lagi awan yang tebal sekali dan letaknya tidak tinggi. Awan ini mengandung hujan disebut nimbus. Orang menyebut awan kumulonimbus,
yang sering menjadi pertanda akan datang hujan badai yang sangat lebat.
Memudahkan memahami Tuan Guru, berbagi tips mengnal jenis-jenis awan, pahamilah arti masing-masing kata di bawah ini: Stratus itu berlapis-lapis. Kumulus itu bertumpuk-tumpuk atau bergumpal gumpal, sirrus itu tinggi, dam nimbus itu hujan badai.
“Pak, tadi mengatakan bahwa dalam siklus air, setelah awan, akan timbul hujan. Bagaimana ini bisa terjadi?”
Awan terdiri dari titik-titik air yang sangat kecil. Akibat gaya tarik antar molekul yang kuat, air akan bergabung menjadi lebih besar dan lebih berat.
Jika tetes air ini sudah sangat banyak dan berat, maka udara tidak bisa menampungnya lagi, turunlah hujan.
“Oh begitu. Jadi awan adalah penampung uap air yang sudah mengembun sebelum turun hujan,” kata anak didik.
“Benar, Oh ya. Awan juga berguna sebagai pemantul panas. Matahari memanaskan permukaan Bumi, kemudian panas dipantulkan Bumi ke udara. Awan akan memantulkan panas itu kembali ke Bumi. Tanpa awan, panas akan mudah lepas dari Bumi.”
“Kita bisa beku kedinginan kalau tidak ada awan, ngeri,” katanya.
Nah, dari ukurannya siklus air dapat dibagi tiga, yakni siklus kecil, sikilus sedang, dan siklus besar.
Pertama, siklus kecil terjadi di atas permukaan air laut. Panas sinar Marahari menguapkan air laut. Uap air yang terbentuk mengalami pengembunan menjadi awan-turun hujan-air kembali ke laut.
Kedua, siklus sedang terjadi di daerah dekat pantai. Perbedaannya dengan siklus kecil, awan yang terbentuk dari uap air yang mengembun akan tertiup ke daratan. Hujan turun di daratan, masuk ke tanah dan sungai, kemudian kembali ke laut.
Ketiga, siklus besar pasti terjadi di daratan yang jauh dari pantai atau pegunungan. Pada siklus besar, kondensasi awan membentuk kristal-kristal es.
Kristal ini jatuh di puncak pegunungan sebagai hujan salju. Salju akan tertimbun berminggu-minggu sebelum mencair dan mengalir ke sungai-sungai. Dari sungai, air mengalir ke laut. (*)
Referensi
Fisika Gasing, Prof Yohanes Surya Phd
Ilustrasi siklus air (rumushitung.com)