Ilustrasi gunung api

Penyebab Gunung Meletus

“Naik-naik ke puncak gunung tinggi-tinggi sekali. Wah, capek sekali, Pak,” keluh anak didik Tuan Guru menaiki gunung.

“Ayo, sedikit lagi sampai di puncak,” pinta Tuan Guru.
“Wah, indah sekali pemandangannya, Pak. Aduh bau sekali. Kamu buang gas, ya,” katanya.

“Enak saja menuduhku. Itu kan bau belerang ya, Pak?”

“Benar. Bau itu berasal dari senyawa belerang yang berasal dari kawah. Itu gas belerang dan oksida belerang,” jawab Tuan Guru.”

“Pak, apakah semua gunung itu mengeluarkan asap di puncaknya?”

Tidak semua gunung aktif. Gunung yang aktif, kata Tuan Guru, mengeluarkan asap. Gunung yang masih aktif adalah Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Semeru di Jawa Timur, dan sejumlah gunung api lainnya.

“Apa yang menyebabkan suatu gunung aktif?”
“Oh, itu akibat gerakan magma yang terdorong ke permukaan Bumi akibat tekanan di kantong magma. Gerakan magma ini sering disebut vulkanisme. Jadi magma itu batuan cair yang panas,” jelas Tuan Guru.

“Pak, apa yang menyebabkan gunung meletus?”
Gunung meletus akibat tekanan di dalam kantong magma terlalu besar, sehingga terjadi ledakan dahsyat, seperti letusan Gunung Krakatau, Gunung Merapa, Gunung Semeru, dan lainnya.

Tetapi, tekanan yang tidak terlalu besar, magma akan keluar pelan-pelan, misalnya leleran magma dan lahar gunung. Magma yang muncul sampai permukaan disebut ekstrusi magma.

Ada juga magma yang yang bergerak aktif di lapisan litosfer, tapi tidak muncul ke permukaan. Magma ini disebut Intrusi magma menghasilkan jenis batuan metamorf dan batuan mineral lainnya.

“Pak, kenapa ya di Indonesia banyak gunung berapi?”
Banyak sedikitnya gunung api bergantung pada letak daerahnya. Daerah yang sebagian lempengannya masuk ke astenosfer disebut zona subduksi. Di daerah ini banyak terdapat gunung api.

“Oh, jadi Indonesia terletak di zona subduksi.”
“Benar. Oh ya, di Indonesia pernah terjadi ledakan gunung api yang dahsyat,” katanya.

“Apa ada, Pak?”
“Ya, letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Hujan abu sampai di dataran Eropa.” (*)

Referensi
Fisika Gasing, Prof Yohanes Surya, Phd.
IPA Terpadu Kurikulum 2013, Kemdikbud.
Ilustrasi gempa (gurupendidikan.co.id).

__Terbit pada
14 Desember 2021
__Kategori
Sains