Cara Menghitung Kekuatan Gempa
“Pak, aneh yah, benua-benua di permukaan Bumi ini tampak
seperti puzzle,” kata anak didik.
“Ya, coba satukan lekukan benua Afrika dan Amerika Selatan, cocok bukan.”
“Wah, iya. Tampaknya dahulu kala benua -benua itu mungkin bersatu. Mengapa sekarang terpisah ya, Pak?”
Akibat konveksi batuan, lempengan Bumi bergerak terus. Gerakan ini menyebabkan semua benua yang tadinya satu menjadi terpisah.
Tuan Guru menjelaskan, proses pembentukan benua. Pertama,
Benturan antara dua lempeng samudera (lempeng yang di atasnya ada samudera)menyebabkan tsunami dan parit samudera (cekungan seperti parit di dasar samudera).
Kedua, benturan lempeng samudera dan lempeng benua (lempeng yang di atasnya terdapat benua) dapa menyebabkan letusan gunung berapi dan terjadinya parit samudera.
Ketiga, benturan antara dua lempeng benua menyebabkan bagian pemukaan naik membentuk pegunungan
Gempa Bumi
Gempa Bumi itu getaran Bumi yang merambat dalam bentuk gelombang seismik.
“Pak, apa sih yang menyebabkan gempa Bumi?”
Tumbukan antar lempeng atau gesekan antar lempeng yang
menyebabkannya. Pusat gempa disebut fokus. Tempat di permukaan bumi yang berada tepat di atasnya disebut episentrum.
“Pak, ketika terjadi gempa, apakah hanya orang di sekitar gempa saja yang merasakan?”
“Tidak,getaran gempa dari sumber gempa dapat dirambatkan oleh batuan. Rambatan getaran ini disebut gelombang gempa. Ada dua jenis gelombang gempa, yaitu gelombang primer (P wave) dan gelombang sekunder (S-wave).”
Gelombang P adalah gelombang longitudinal. Gelombang ini terjadi karena pemuaian dan pengerutan lapisan batuan selama terjadi perambatan gempa.
Kecepatan mereka bergerak 5-7 km per detik di litosfer dan sekitar 8 km per detik di astenosfer.
“Terus gimana, Pak? Tambah asyik nih.”
Gelombang P dapat merambat dalam benda padat, cait, dan gas. Gelombang ini membuat hewan-hewan gelisah. Kegelisahan hewan-hewan ini dapat dimanfaatkan alat deteksi gempa.
“Bagaimana dengan gelombang gelombang S?”
Gelombang S hanya merambat pada benda padat. Gelombang S ini disebut gelombang transversal karena bergerak tegak lurus dengan arah getaran gempa.
“Pak, gelombang mana yang menyebabkan bencana.”
Gabungan gelombang P dan S yang mencapai permukaan. Ketika gelombang ini tiba di permukaan, gelombang ini menyebabkan permukaan Bumi bergelombang ini lambat.
Kecepatannya sekitar 3,5-3,9 kilometer per detik. Meskipun kecepatan gelombang ini lebih lambat, gelombang ini dapat menghancurkan bangunan dan gedung.
“Pak, saya pernah baca di koran ada gempa kekuatannya 6,0 skala Richter. Maksudnya apa?”
Skala Richter itu satuan kekuatan gempa. Kekuatan gempa diukur oleh seismograf. Kenaikan satu skala richter menunjukkan kekuatan gempa sepuluh kali lipat.
“Nah, coba hitung berapa perbedaan kekuatan gempa skala Richter 2 dan 6?”
“Itu mudah, Pak. Karena kenaikannya 4 skala Richter maka perbedaan kekuatan gempanya 10x 10x 10x 10 = 10.000 kali.”
“Wah, pintar sekali kalian.”
Tuan Guru mencontohkan, kekuatan gempa 2.0 skala richter terkecil yang bisa dirasakan manusia. Gempa 5,0 skala richter, energi yang dilepaskan, sama dengan bom atom Hiroshima.
Gempa dengan magnitude 6.0-6.9 skala richter. Gempa dalam skala ini terjadi hampir setiap tahun di Bumi.
Gempa berkekutan 9.3 pernah terjadi di Indoenesia. Tepatnya
pada tanggal 26 Desember 2004 di Aceh, menyebabkan tsunami yang menewaskan hampir 200 ribu orang.
Gempa besar lainnya berkekutan 9.5 skala richter pernah tercatat dalam seratus tahun terakhir. Terjadi di Chili, pada tanggal 22 Mei 1960. Kejadian itu, menewaskan 3.000 orang.
Gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter diikuti dengan tsunami dan lukuifaksi pernah mengguncang pantai barat Pulau Sulawesi, (Sulteng), bagian utara pada tanggal 28 September 2018. (*)
Referensi
Fisika Gasing, Prof Yohanes Surya, Phd.
IPA Terpadu Kurikulum 2013, Kemdikbud.
Ilustrasi gempa (seoclearly diunduh vi hitekno.com)