Satelit dan Sejarah Palapa A1
Hai squad, kita belajar satelit. Yuk kita simak percakapan Tuan Guru bersama anak didiknya.
“Pak, mengapa tempat peluncuran satelit kebanyakan di pantai,” tanya anak didik Tuan Guru.
“Peluncuran satelit harus jauh dari pemukiman penduduk. Satelit yang mengalami kegagalan peluncuran bisa dijatuhkan ke laut sehingga tidak menimpa kawasan berpenduduk,” kata Tuan Guru.
Tuan Guru mencontohkan, stasiun antariksa milik Rusia yang berada di padang pasir Kazakhstan.
“Berapa banyak satelit buatan yang mengorbit Bumi,” kata muridanya.
Satelit buatan itu mengorbit Bumi, kata Tuan Guru, jumlahnya ribuan dan dibuat untuk berbagai keperluan.
“Apa tidak terjadi tabrakan antar satelit ya?”
Satelit-satelit diatur untuk ditempatkan pada orbit tertentu. Ketinggian orbit pun. Bermacam-macam. Ada satelit yang memiliki ketinggian orbit 250 kilometer dari permukaan Bumi, dan ketinggian 32.200 kilometer.
“Bagaimana bentuk orbitnya?”
Sama dengan benda langit alam, orbit satelit umumnya berbentuk elips. Setiap satelit memiliki jarak apogee (terjauh) dan perigee (terdekat) yang berbeda-beda.
Selain itu, satelit dirancang agar mengorbit benda induknya secara berkelanjutan Di Bumi. Satelit digunakan untuk keperluan, memantau cuaca, alat komunikasi membantu navigasi pesawat dan kapal, aktivitas militer, serta keperluan ilmiah.
Satelit buatan juga ada yang mengorbit Bulan, Matahari, dan planet. Satelit itu untuk mendapatkan informasi mengenai benda induknya.
Satelit Mars Odyssey untuk mengamati Mars, satelit Soho untuk mengamati Matahari, satelit Venus Express untuk mengamati Venus, dan Satelit Galileo untuk mengamati Yupiter.
“Bagaimana cara kerja satelit itu, Pak?”
Saat ini, Anda bisa berkomunikasi dengan siapa dan di mana saja menggunakan gelombang radio. Gelombang radio bergerak lurus.
Permukaan Bumi melengkung, gelombang radio sulit untuk dipakai langsung sebagai alat komunikasi. Diperlukan satelit untuk menenima gelombang radio dari suatu daerahlalu memancarkannya ke daerah lain.
Tuan Guru menerangkan, orbit satelit berdasarkan posisinya terhadap Bumi. Orbit Geostasioner: Satelit ditempatkan di atas ekuator pada ketinggian 35.786 kilometer.
Satelit ini bergerak mengikuti gerakan Bumi dalam waktu dan arah yang sama sehingga jika dilihat dari Bum, satelit tampak tidak berpindah. Orbit satelit ini disebut satelit Geostasioner.
Orbit Menengah. Satelit ini diletakkan pada ketinggian sekitar 20.000 kilometer. Satelit yang berada di tempat ini sangat stabil.
Sinyal radio dari ketinggian ini dapat diterima di daerah yang luas di Bumi sehingga cocok untuk keperluan navigas.
Orbit Kutub atau Polar: Satelit yang orbitnya melalui daerah di atas Kutub Utara dan selatan.
Orbit Rendah: Satelit ini berada tepat di atas lapisan atmosfer, nyaris tanpa udara yang menimbulkan gaya gesek terhadap kecepatan pesawat antariksa.
Satelit yang menyelidiki angkasa luar (deepspace) cocok menempati orbit ini. Contohnya Hubble Space Telescope, berada ketinggian 610 km dan periode orbitnya 97 menit.
“Apa yang membuat satelit bertahan dalam orbitinya,” tanya anak didik Tuan Guru, penasaran.
“Gravitasi Bumi. Gravitasi membuat satelit bergerak melingkar
mengeliingi Bumi, sama seperti Bulan mengelilingi Bumi.”
Jika kecepatan satelit terlalu kecil, maka gravitasi akan menarik satelit hingga jatuh ke Bumi.
Tetapi, jika kecepatan satelit terlalu besar, maka gravitasi tidak mampu menahan gerak satelit itu sehingga satelit akan menjauh dari Bumi.
“Sampai kapan satelit itu mengorbit?”
“Ya, bergantung dari kekuatan alat-alat yang dipakai dalam satelit itu. Misalnya pada satelit terdapat pembangkit tenaga surya dan alat untuk mendistribusikan energi.”
Jika alat ini rusak, maka satelit tidak akan mempunyai tenaga lagi untuk bergerak, akibatnya satelit akan makin lambat (akibat gesekan dengan debu debu ruang angkasa) dan akan jatuh ke Bumi.
“Satelit apa yang pertama berhasil diluncurkan?”
Uni Soviet meluncurkan Sputnik 1 pada tahun 1957, sekaligus tercatat sebagai pesawat pertama buatan manusia yang berhasil mencapai luar angkasa.
Sputnik mengelilingi Bumi selama 96 menit dan memancarkan sinyal radio yang dapat diterima. Peluncuran Sutnik 2 menyertakan seekor anjing bernama Laika.
AS menyusul pada tahun 1958 dengan meluncurkan satelit Explorer 1. Indonesia menjadi negara keempat yang telah memiliki satelit sendiri. Sebelumnya ada Rusia, Kanada, dan Amerika Serikat.
Posisi Indonesia yang terletak di ekuator merupakan tempat yang ideal untuk peluncuran wahana antariksa, tetapi perkembangan teknologi kita belum mendukung ke arah itu.
Keempat di Dunia
Satelit Palapa A1 milik Indonesia, diluncur pada 8 Juli 1976, dari Cape Canaveral Kennedy Space, Amerika Serikat, pukul 19.30 waktu setempat atau pukul 06.30 WIB.
Peluncuran berjalan sempurna menggunakan panel surya sebagai sumber energi. Satelit Palapa mampu mengover sepertiga belahan bumi meliputi negara-negara ASEAN, berdaya kerja aktif untuk 7 tahun.
Satelit yang tahan goncangan dan perubahan suhu itu, memiliki peran mempersatukan seluruh nusantara dengan jaringan telepon, telegram, telex, dan televisi.
Proyek satelit komunikasi memakai nama Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada pada 1336 menggunakan anggaran Rp 561 miliar.
Satelit itu digunakan 13 persen untuk satelit, 82 persen untuk telepon, telex, telegram, transmisi, 8 persen untuk televisi.
Satelit Palapa generasi A didesain khusus hingga mampu mengkonsentrasikan kekuatan sinyalnya pada seluruh Indonesia dan negara tetangga seperti Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand.
Satelit ini memiliki tinggi 3,7 meter dan berdiameter 1,9m. Antenanya sendiri berupa piringan parabola berdiameter 1,5 meter.
Pada saat peluncurannya, memiliki bobot 574 kilogram, sedangkan bobotnya di orbit yaitu 297 pounds. Palapa A1 menempati orbit GEO 83BT. Satelit ini berhenti beroperasi pada bulan Juni 1985.(*)
Referensi
Kompas.com
Wikipedia.com
Fisika Gasing, Prof Yohanes Surya, Phd
Ilustarasi peluncuran satelit Palapa A1 (NASA diunduh dari infoastronomi.org)