Sejarah Penemuan Kalender Masehi
Dalam keseharian kita, sering mendengar istilah tahun Masehi. Apa itu kalender Masehi. Yuk kita simak percekapan Tuan Guru bersama anak didiknya.
“Kalau kita perhatikan, semua gerakan di langit itu sangat teraturan,” kata murid Tuan Guru.
“Benar. Sejak dahulu manusia sudah memanfaatkan keteraturan itu sebagai penunjuk waktu. Ada yang tahu apa itu,” ujar Tuan Guru.
“Jam dan Kalender, Pak,” jawab murid Tuan Guru.”
Kalian memang cerdas. Kita sekarang akan membahas tentang sistem kalender yang digunakan manusia. Bayangkan kalau tidak dibuat penanggalan kalender, kita tidak tahu berapa umur kita, kapan waktu salat, kapan waktu puasa, dan lainnya.
Saat ini, ada dua sistem kalender yang digunakan masyarakat dunia. Kedua kalender itu, yakni Masehi dan Hijriah. Kalender Masehi perhitungannya berdasarkan pergerakan Matahari. Sedangkan, kalender Hijriah. menggunakan pergerakan Bulan mengelilingi Bumi.
“Menarik sekali. Kok bisa ada dua jenis kalender. Jelaskan dong, Pak,” pinta anak didik Tuan Guru, penasaran.
“Kita harus mulai dari definisi satu tahun. Ada yang tahu apa itu satu tahun?”
“Waktu yang diperlukan Bumi untuk melakukan satu putaran penuh mengelilingi Matahari.”
Benar, tetapi akan saya jelaskan lebih lanjut. Dilihat dari Bumi, Matahari dan benda langit lain kelihatan bergerak dalam bola langit raksasa. Bumi berada di pusat bola langit ini.
Matahari terlihat bergerak di sepanjang pinggir bidang ekliptika. Bidang ekliptka ini membentuk sudut 23,5 terhadap bidang ekuator langit (perpanjangan bidang khatuilstiwa Bumi).
Dua kali setahun, Matahari memotong bidang ekuator langit ini di titik vernal equinax dan autumnal equinox. Matahani berada di vernal equinox sekitar tanggal 20 Maret tiap tahun dan berada di autumnal equinox sekitar tanggal 23 September tiap tahun.
Waktu yang dibutuhkan Matahari untuk menempuh dua vernal equinox berturut-turut ini adalah 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik. Inilah definisi satu tahun.
“Pak, angkanya tidak bulat. Bagaimana membaginya dalam bulan dan minggu?”
Orang Romawi memakai kalender dengan jumlah hari dibulatkan 365 hari. Untuk menyesuaikan dengan periode revolusi Bumi, mereka menambahkan Satu bulan setiap 2 atau 4 tahun sekali. “Repot bukan?” kata Tuan Guru.
Saat Julius Caesar menjadi Kaisar Roma pada tahun 46 SM, ia membuat perubahan kalender. Jumlah hari dalam satu tahun sama dengan 365 hari. Jumlah bulan ada 12 dan setiap empat tahun sekali ditambahkan, satu hari pada bulan Februari. Kenapa demikian? Karena satu tahun dibulatkan menjadi 365,25 hari.
Ada kelebihan seperempat hari tiap tahun. Jadi, untuk mengatasi hal itu, ditambahkan satu hari pada tahun keempat. Kalender ini dinamakan kalender Julian.
“Tahun yang memiliki bulan Februari berjumlah 29 hari itu disebut tahun kabisat,”kata anak didik Tuan Guru.
Namun, kalender Julian bermasalah. Satu tahun sebenarnya terdiri dari 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 46 detik. Tetapi, kalender Julian membulatkan satu tahun menjadi 365,25 hari atau 365 hari 6 jam. Jadi, kalender Julian mendahului kalender tropis sekitar 11,25 menit tiap tahun, atau sekitar 11 menit 14 detik.
“Coba deh hitung sendiri,” pinta Tuan Guru.
“Kecilkan, Pak.”
Masih ingat peribahasa. Sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukit. Setiap 128 tahun, perbedaan itu jadi satu hari Iho. Coba kalian hitung pada abad keenam belas, perbedaan itu mencapai 12 hari. Kalau dibiarkan terus, perbedaan ini akan makin panjang. Kira-kira apa yang terjadi.
“Hmmm…Karena tahun tropis itu mengacu kepada revolusi Bumi, berarti berkaitan dengan musim. Dengan begitu musim akan perlahan-lahan mundur, tidak seperti yang terjadi sekarang,” jawab anak didik.
“Bagus,” puji Tuan Guru.
“Bagaimana solusinya?”
Tahun 1582, Paus Gregorius XIII mengoreksi, perhitungan kalender ini. Wah urusan kalender ini mulai kacau-balau. Mulai sekarang, aku harus mengurangi jumlah tahun kabisat. Karena tiap 128 tahun, kalender Julian mendahului kalender tropis sebanyak 1 hari, maka tiap 128 tahun harus dikurangi satu hari.
Untuk memudahkan, kita kurangi satu dan setiap 133 1/3 tahun. Jadi, setiap 400 tahun sekali, aku harus membuang 3 tahun Kabisat. Begini saja, tahun pergantian abad yang tidak bisa dibagi 400 bukanlah tahun Kabisat. Jadi, tahun 1600 dan 2000 adalah tahun Kabisat.
Tapi tahun 1700, 1800, dan 1900 bukan (walaupun bisa dibagi empat). Selain itu, sekarang tahun 1582 Kalender Julian mendahului tahun tropis lebih dari 12 hari.
Oke, sekarang kita harus merobek 12 hari. Koreksi ini membuatkalender Julian cocok dengan periode revolusi Bumi. Untuk menghormati Gregorius, kalender yang sudah dikoreksi ini dinamakan kalender Gregorian.
Ini kalender yang kita pakai sekarang. Walaupun masih kurang tepat juga. “Berapa kesalahan kalender Gregorian, Pak?”
Hanya sekitar 26 detik per tahun. Coba kalian hitung kenapa bisa begini? Hal ini berarti, akan terjadi pergeseran satu hari dalam 3.323 tahun.
Omar Khayyam
Kemudian, pada 1072 Masehi, seorang ilmuwan asal Nishapur,Persia, bernama Omar Khayyam mendokumentasikan keakuratan dari penghitungan jumlah hari dalam satu tahun.
Seorang astronom, astrolog, dokter, filsuf, dan matematikawan itu, berhasil membuat kontribusi luar biasa dalam aljabar.
Pada 1073, Khayyam menerima undangan ke Isfahan, ibu kota Kekaisaran Seljuk, Sultan Kekaisaran Agung Seljuk, Malik Shah, dan wazirnya Nizam al-Mulk. Keduanya merupakan orang paling berkuasa di Seljuk.
Pria kelahiran 18 Mei 1048 tersebut diberi tugas mempersiapkan kalender Masehi. Kalender ini yang kemudian dijadikan patokan bagi umat manusia di seluruh dunia, era di mana jangka satu tahun bergulir secara teratur.
Khayyam tak sendiri. Pria penganut Islam Sufi itu merekrut ilmuwan berbakat lainnya untuk menemaninya ke Isfahan, satu tahun berikutnya.
Sultan Malik Shah menggaji Khayyam untuk menemukan sebuah observatorium. Tujuan awalnya adalah untuk melakukan observasi terhadap langit selama 30 tahun.
Pada saat itu, Saturnus, planet yang diketahui paling jauh dari Bumi, dilaporkan akan menyelesaikan orbitnya. Selama berada di Isfahan, Khayyam mengukur lamanya waktu dalam satu tahun dengan akurasi dan ketepatan yang luar biasa. Khayyam menemukan bahwa 1.029.983 hari sama dengan 2.820 tahun.
Meskipun telah menjadi mode untuk mengutip lebih banyak desimal dari angka tersebut, Kayyam menyebut 1.029.983 hari mengandung tujuh angka penting.
Jadi tidak masuk akal apabila mengutip lebih dari tujuh angka penting tersebut dalam rentang waktu satu tahun. Mengutip situs Famous Scientists, Kamis 22 Juni 2017 . Satu tahun sebenarnya mengalami perubahan sebanyak 30 menit dari tahun ke tahun.
Rata-rata jangka satu tahun adalah 365,242189 hari. Artinya, dalam pembulatan, tujuh angka penting tadi sudah termasuk dalam bagian 365,2422 hari dalam setahun.
Malik Shah kemudian memperkenalkan kalender baru Khayyam di Kekaisaran Seljuk pada 15 Maret 1079. Kalender itu juga dipakai sampai abad ke-20. (*)
Referensi
(1) Fisika Gasing, Prof Yohenes Surya, Phd, (2) www.viva.co.id, (3) Ilustrasi Unsplash/Brooke Lark diunduh dari Idntimes.com