Penanggalan Kalender Hijriah Menurut Sains
Jika kita perhatikan peristiwa di langit begitu teratur. Sejak dahulu manusia sudah memanfaatkan keteraturan itu sebagai penunjuk waktu. Kalender Hijriah itu membantu mengetahui berapa umur kita, kapan waktu salat, kapan waktu puasa, kapan lebaran dan lainnya.
“Apa itu kalender Hijriah, Pak,” tanya anak didiknya.
“Kalender Hijriah itu, sesuai pergerakan Bulan mengelilingi Bumi. Jumlah bulan ada 12. Jumlah hari per bulan berganti-ganti antara 29 dan 30 hari,” kata Tuan Guru.
Tuan Guru menceritakan, tahun 1 Hijriah dimulai pada tahun 622 M. Kalender Hijriah tidak mengikuti musim, tetapi menyesuaikan dengan bentuk fase Bulan atau dinamakan kalender lunar.
Kalender ini dinamakan dengan Kalender Hijriah karena pada tahun pertama kalender ini terjadi peristiwa hijrah Rasulullah Muhammad Saw, dari Makkah ke Madinah.
Penentuan dimulainya sebuah hari dan tanggal pada Kalender Hijriah sebuah hari dan tanggal dimulai ketika terbenamnya Matahari di tempat tersebut atau ketika memasuki waktu Maghrib.
Kalender Hijriah dibangun berdasarkan rata-rata siklus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).
“Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek 10-12 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi,” jelas Tuan guru.
Siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi Bulan, Bumi dan Matahari.
Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara Bulan dan Bumi, dan pada saat yang bersamaan, Bumi berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari (perihelion).
Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat Bulan dengan Bumi) dengan Bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion).
Dari sini terlihat bahwa usia Bulan tidak tetap, melainkan berubah-ubah (29–30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak).
Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari.
Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Penetapan kalender Hijriah dilakukan pada zaman Khalifah Umar Bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekah ke Madinah. Kalender hijriah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari.
Satu tahun hijriyah terdapat 12 bulan: Muharram, Shafar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa’idah, dan Dzulhijjah.
Kalender Hijriah pertama kali diperkenalkan pada tahun 638 M oleh Sahabat dekat Nabi dan Khalifah kedua, Umar bin Al-Khattab.
Kalender Hijrah bukan hanya sistem perhitungan waktu, tapi memiliki makna religius dan historis.
Dilansir dari laman About Islam, Nabi bersabda,”Maka berpuasalah kalian bila telah melihatnya (hilal bulan Ramadhan) dan berbukalah bila kalian telah melihatnya (hilal bulan Syawal),” (HR. Hakim).
“Dia menundukkan malam dan siang, Matahari dan Bulan untukmu, dan bintang-bintang dikendalikan dengan perintah-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti,” (QS. An-Nahl Ayat 12).
Beberapa ilmuwan menyarankan bahwa efek dari siklus bulan terbukti dalam berbagai bentuk kehidupan. Sebuah studi Italia (Ghiandoni et al, European Journal of Obstetrics, Gynecology and Reproductive Biology, Maret 1998, vol. 77, hlm. 47-50) menemukan korelasi antara kelahiran spontan cukup bulan dan kalender lunar.
Ditemukan bahwa hari lahir berkorelasi dengan hari pertama atau kedua setelah bulan purnama. Yang terpenting, siklus kesuburan disinkronkan dengan bulan.
Sebuah studi Rusia (Lucatelli dan Pane, Biofizika, Sept.-Oct. 1995) telah menemukan korelasi antara beberapa jenis sindrom manik-depresi bipolar dan lokasi planet dalam kaitannya dengan bulan lunar.
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu),” (QS Surat Yunus ayat lima). (*)
Referensi
Fisika Gasing, Prof Yohenes Surya, Phd
Wikipedia
Republika.co.id