Meteor dan Peristiwa Langit di Bulan Desember
Di akhir pekan, Tuan Guru mengajak anak didik berimajinasi ke ruang antarika menggunkan mesin virtual. Kali ini mengamati benda padat yang bertebaran tidak beraturan di angkasa.
“Benda apa itu, banyak sekali, Pak,” tanya anak didiknya.
“Itu Meteor. Meteor itu berasal dari serpihan asteroid atau pecahan benda langit lainya,” katanya.
Benda langit itu, cerita Tuan Guru, bisa bergerak meleset ke arah Bumi dan terbakar karena gesekan atmosfer. Saat jatuh timbullah nyala terang sehingga terlihat seperti bintang beralih.
Meteorit itu, meteor yang tidak habis terbakar dan jatuh di permukaan Bumi. Meteorit ada tiga jenis. Pertama, tipe Batu (stones) terbuat dari materi silikat (kadang tercampur karbon dan air), mirip dengan batuan Bumi.
Sekitar 95% meteorit mempunyai tipe seperti ini. Sebagian besar meteor ini bersifat primitif, artinya materinya tidak berubah sejak 4,6 milyar tahun lalu.
Kedua, tipe besi berbatu. Tipe ini jumlahnya 19%. Mengandung campuran 1ogam besi dan nikel dengan silikat. Meteorit Besi Berbatu.
Ketiga, tipe besi. Jumlahnya 2-3 persen, tapi paling mudah ditemukan di Bumi Hal itu terjadi karena bisa dibedakan langsung dengan batuan Bumi.
“Pak, berapa besarnya energi meteorit ketika jatuh ke Bumi,” tanya anak didik Tuan Guru.
“Bergantung besar dan kecepatan jatuhnya. Untuk meteorit berdiameter 1 km yang menghantam Bumi dengan kecepatan 20 km per detik, energinya sama dengan energi ledakan 600.000 bom atom Hiroshima dan
Nagasaki,” kata Tuan Guru.
“Atau sama dengan kekuatan gempa Bumi 9,4 Richter (lebih besar daripada gempa tsunami di Aceh tahun 2004). Bayangkan bagaimana kalau yang jatuh itu diametermya 10 km,”ujar Tuan Guru.
“Sereeeaem,” kata anak didiknya
“Lihat, di sana terjadi hujan meteor.”
“Pak, mengapa terjadi hujan meteor?”
Hujan meteor itu, kata Tuan Guru, terjadi saat Bumi bergerak ke arah serbuan meteoroid yang berasal dari pecahan komet, karena komet
bergerak secara periodik, maka hujan meteor terjadi secara periodik juga.
“Di mana tempat paling baik untuk berburu batu meteorit,” tanya anak didiknya.
Mencari batu meteorit paling baik di hutan di Antartika, karena permukaan es yang putih dapat memudah kita untuk menemukan benda yang berwarna gelap. Meteorit yang jatuh ribuan tahun lalu pun belum berubah dipengaruhi cuaca.
Umumnya meteor habis terbakar sebelum sampai di permukaan Bumi, namun ada meteor yang ukurannya sangat besar sehingga sampai di permukaan Bumi disebut meteorit, seperti yang jatuh di Greenland dan Arizona Amerika.
Meteorid itu, benda-benda luar angkasa yang berseliweran di Tata Surya kita dengan bermacam-macam ukuran dan yang kecil sekali (beberapa mikrometer) hingga cukup besar (sampai 5O meter).
Meteor itu, benda luar angkasa (termasuk meteoroid dan asteroid) yang bergerak menuju Bumi dan bersinar terang (akibat bergesekan dengan atmosfir Bumi).
Peristiwa Langit di Bulan Desember
Setiap saat terjadi fenomena langit, baik terlihat maupun tak terlihat. Dilansir dari In The Sky, dikutip dari suara.com, berikut ini peristiwa langit yang akan terjadi pada Desember 2021:
Konjungsi Bulan dan Venus
Satelit alami Bumi akan tampak berdekatan dengan Venus pada 7 Desember mendatang. Keduanya akan berbagi kenaikan yang sama dengan Venus akan berada pada jarak 1 derajat di selatan Bulan.
Pasangan ini akan terlihat sekitar pukul 19:14 Wita, dengan ketinggian 33 derajat di atas cakrawala barat daya.
Hujan meteor Puppid-Velid
Hujan meteor Puppid-Velid akan aktif dari 1 Desember hingga 15 Desember, namun puncaknya akan terjadi pada 7 Desember 2021.
Selama periode ini, pengamat akan memiliki peluang untuk melihat meteor Puppid-Velid di konstelasi Vela.
Hujan meteor baru akan terlihat sekitar pukul 20:36 WIB setiap malam, ketika titik pancarannya naik di atas ufuk timur.Hujan meteor ini akan tetap aktif hingga fajar menyingsing sekitar pukul 06:06 Wita.
Hujan meteor tersebut kemungkinan akan menghasilkan tampilan terbaik pada sekitar pukul 04:00 Wita, saat titik pancarannya berada paling tinggi di langit.
Puncaknya, hujan meteor Puppid-Velid diperkirakan menghasilkan laju nominal sekitar 10 meteor per jam. Namun dari pandangan langit Indonesia, pengamat diperkirakan dapat melihat hingga 7 meteor per jam ketika puncak.
Hingga saat ini, sayangnya belum diketahui komet atau asteroid jenis apa yang menjadi asal hujan meteor Puppid-Velid. Komet atau asteroid tersebut memiliki orbit yang lebar ketika mengitari Matahari, membuatnya sulit untuk dilacak.
Konjungsi Bulan dan Saturnus
Setelah berbagi kenaikan yang sama dengan Venus, Bulan akan terlihat berdekatan dengan Saturnus di langit pada 8 Desember. Planet bercincin itu akan berada pada jarak 4 derajat di selatan Bulan.
Pasangan ini akan terlihat sekitar pukul 19:15 Wita dengan ketinggian 48 derajat di atas ufuk barat. Keduanya akan tenggelam menuju cakrawala, sekitar 3 jam 44 menit setelah Matahari pada pukul 22:43 Wita.
Pada saat itu, Bulan akan berada pada magnitudo -11,0 dan Saturnus pada magnitudo 0,5, keduanya berada di konstelasi Capricornus.
Jika pengamat ingin melihat cincin Saturnus dengan jelas, pengamat disarankan menggunakan bantuan teleskop dengan pembesaran minimum 175 kali.
Hujan meteor Geminid
Hujan meteor Geminid akan aktif dari 4 Desember hingga 17 Desember, dengan puncak meteor akan terjadi pada 14 Desember 2021.
Hujan meteor Geminid baru akan terlihat sekitar pukul 21:06 Wita setiap malam, ketika titik pancarannya naik di atas ufuk timur. Hujan meteor ini akan tetap aktif hingga fajar menyingsing sekitar pukul 06:08 Wita.
Pancuran hujan meteor ini akan menghasilkan tampilan terbaiknya sekitar pukul 03:00 Wita, ketika titik pancarannya paling tinggi di langit.
Pada puncaknya, hujan meteor diperkirakan akan menghasilkan laju nominal sekitar 120 meteor per jam.
Dari wilayah Indonesia, pancaran hujan meteor akan muncul pada ketinggian puncak 50 derajat di atas cakrawala, sehingga diperkirakan pengamat dapat melihat hingga 92 meteor per jam.
Hujan meteor Geminid sendiri berasal dari asteroid 3200 Phaethon, batuan antariksa yang mengitari Matahari sekali setiap 1,43 tahun.
Solstis Desember
Pada 21 Desember akan menjadi hari terpanjang di tahun 2021 untuk belahan Bumi selatan karena merupakan hari pertengahan musim panas.
Sementara di belahan Bumi utara akan menjadi hari terpendek karena hari pertengahan musim dingin.
Tepatnya di depan rasi bintang Capricornus yang disebut dengan solstis. Saat Solstis Desember terjadi, wilayah-wilayah di belahan Bumi selatan akan mengalami siang hari yang lebih panjang dari biasanya.(*)
Fisika Gasding, Prof Yohanes Surya, Phd
Buku IPA Terpadu Kurikulum 2013, Kemdikbud
Suara.com
Ilustrasi hujan Metoer (simplenews05.blogspot.com)