Misteri Bintik Merah Yupiter dan Pendamping yang “Mulus”
“Sekarang kita akan jalan-jalan ke planet luar. Masih ingat apa saja yang mempengaruhi tebal tipisnya atmosfer,” tanya Tuan Guru mengajak anak didiknya menjelajahi ruang angkasa.
“Saya analisis dulu, Pak. Planet luar itu ukurannya besar. Pasti gravitasinya juga besar. Gravitasi yang besar mencegah gas-gas lepas dari planet, sehingga atmosfer di planet luar sangat tebal,” jawab anak didiknya.
“Bagus, ada yang lain bisa berikan alasan,” pinta Tuan Guru.
“Saya, Pak. Suhu di planet luar sangat dingin. Energi kinetik molekul-molekul gas menjadi sangat rendah, gas bergerak dengan kecepatan sangat rendah. Gas-gas ini, sulit keluar dari planet. Itu sebabnya atmosfer plent ini sangat tebal.”
“Jadi atmosfer di planet luar tebal karena gravitasi yang besar dan suhu sangat rendah,” kata Tuan Guru.
“Pak, kita sedang di mana sekarang. Wah planet apa itu, besar sekali,” tanya anak didik.
“Alat pencatat gas mendeteksi ada gas hidrogen dan helium di planet ini,” katanya.
“Benar, atmosfer di planet Jovian, termasuk Yupiter, sebagian besar terdiri dari gas hidrogen dan helium.”
“Pak itu, apa yang berwarna merah dab besar?”
“Oh itu, great Red Spot atau bintik merah yang sangat terkenal. Bintik merah itu, badai raksasa akibat pusaran awan yang bergerak cepat,”jawab Tuan Guru.
Tuan Guru menerangkan, planet kelima dalam tata surya kita. Yupiter, planet terbesar. Garis tengah Yupiter 142.860 kilometer.
Lalu, volumenya sekitar 1.300 kali volume Bumi. Meskipun letaknya jauh, Yupiter lebih mudah dilihat karena ukurannya sangat besar dan memantulkan lebih dari 70 persen Cahaya matahari yang diterima.
Bandingkan dengan bulan hanya memantulkan sekitar 7 persen cahaya yang diiterimanya. Selain itu, kata Tuan Guru, Yupiter memiliki inti dalam yang padat, terbuat dari batu silikat yang besarnya 2 kali ukuran Bumi. Massanya 14 kali massa Bumi
Meskipun ukurannya besar, tapi untuk berotasi Yupiter hanya membutuhkan waktu rotasi 9,8 jam; sekitar 2,5 kali lebih cepat dibandingkan Bumi. Periode revolusinya sekitar 12 tahun.
Gas berwarna merah berputar lambat mengelilingi tengah-tengah planet Yupiter. Ini membentuk ikat pinggang merah raksasa yang dapat menghasilkan badai besar di permukaan Yupiter.
Satelit Pendamping
Yupiter memiliki 16 satelit, beberapa diantaranya lebih besar dari Pluto. Tahukah kamu nama-nama satelit yang mengelilingi Yupiter?
Empat di antara satelit-satelit adalah lo, Eropa, Ganymeda, dan Calisto. Sekarang kita sudah sampai di satelit Lo, satelit terbesar di Yupiter. Permukaan Lo sangat mulus, tidak seperti bulan yang penuh “jerwat”.
Permukaan Lo dipenuhi aliran lahar gunung berapi. Lahar ini akan menutupi kawah-kawah akibat hantaman benda-benda angkasa. Lahar itu, membeku sehingga terlihat Lo terlihat lebih mulus.
“Ternyata di Yupiter banyak gunung berapi, mengapa begitu?”
Jarak Lo ke Yupiter hampir sama dengan jarak Bulan dan Bumi. Tetapi gaya gravitasi Yupiter sangat besar, maka bagian Lo yang dekat dengan Yupiter akan mengalami perbedaan gaya.
Gaya ini sedemikian besar, mampu menarik meterial, seperti sulfur dari gunung berapi. Akibatnya terjadilah letusan api yang bisa mencapai 300 kilometer. Gaya ini juga menarik uap air dan gas karbon dioksida naik ke atas.
“Nah sekarang kita pindah ke satelit Europa si bulat pucat. Europa menjdi pusat perhatian para ilmuan karena di bawah permukaannya ada air hingga puluhan kilometer,” kata Tuan Guru.
“Mungkinkah ada kehidupan di bawah sana, Pak?”.
Di dasar lautan Bumi ada kehidupan, berbagai mahluk hidup mampu hidup di kedalaman ribuan kilometer tanpa ada sinar Matahari.
“Jadi bisa saja di dasar lautan Europa terdapat kehidupan juga yang mirip dengan bentuk kehidupan di Bumi.”
Nah sekarang kita berada di satelit ketiga Yupiter, Ganymede. Ganymede itu satelit terbesar di Tata Surya dan Yupiter. Permukaan terdiri dari batuan dan air yang membeku.
Garis-garis tipis permukaan Ganymede merupakan jejak aktivitas geologis yang sudah berhenti miliaran tahun lalu.
“Bagian gelap ada apa, Pak,?”
Ini kawah hasil tumbukan meteorit.
Saat ini, kita sedang mendekati satelit Yupiter, Callisto, kita coba eksplorasi. “Tampak banyak jejak kawahnya ya, Pak.”
“Benar, bekas tumbukan paling besar dinamakan Vahalla yang terjadi 4 miliar tahun lalu. Bekas ini membantu jejak yang disebut mata “Banteng”,” kata Tuan Guru.
Di sini jumlah air lebih banyak daripada Ganymede. Tak ada bukti aktivitas geoligis di Callisto.
“Sekarang gunakan peswat super cepat, selidiki apa yang sifat umum atmosfer dari keempat satelit ini,” perintah Tuan Guru.
“Siap, Pak. Keempat satelit mempunyai atmosfer yang tipis dan anehnya sisi yang menghadap Yupiter selalu sama,” jawabnya. (*)
Referensi
Fisika Gasing, Prof Yohanes Surya, Phd
IPA Terpadu Kurikulum 2013, Kemdikbud
Foto/ilustrasi bintik merah planet Yupiter (diunggah dari naviri.org)