ilustarasi

Selagi Ada Cinta, tak Perlu Bertanya

Banyak orang mengatakan, cinta itu perpanjangan kasih sayang Allah kepada semua hambanya. Tapi, saat dua manusia saling menyayangi membuat kotak-kotak menjadi sesak.

Bagi Mahatma Gandhi, perjalanan cinta sejati tak pernah berjalan mulus. Karena tidak ada romantika, tanpa risiko.

Bersiaplah menerima risiko itu, Anda bisa terjatuh dan terluka. “Sayap-sayap itu bisa patah dan retak bagai cermin berserakan bercampur debu,” kata Khalil Gibran.

Kata Khalil Gibran, cinta itu, kasih dalam hati bagaikan dahan-dahan pohon cedar. Jika pohon itu kehilangan satu dahan yang kuat, ia akan menderita, namun tidak mati.

“Pohon itu akan menumpahkan seluruh daya hidupnya ke dahan berikutnya sehingga ia akan tumbuh dan mengisi tempat yang kosong,” kata Khalil Gibran.

“Memilih itu mudah, dan bertahan yang susah. Banyak orang bangga pada pilihannya, tapi tak banyak orang setia pada pilihannya,” kata Kang Maman.

Di saat, Anda telah mencapai jantung kehidupan, Anda akan menemukan kecantikan segala hal. Bahkan mata yang buta akan keindahan.

Tapi, pilihan itu sudah kutetapkan dan bertahan dengan segala risiko. “Selagi ada cinta, tak perlu lagi ada pertanyaan,” kata Albert Enstein.

Bagi saintis, ketika senyum tepat mengarah di fokus hati. Hati akan bervibrasi pada tanda polikromatik yang beresonansi di jiwa.

Ferromagetik melekat rasa. Ini bukan semiotik, ini juga bukan fatamorgana. Tapi ini aurora saat gelombang cinta berinterferensi konstruktif.
(*)

Ilustarasi/foto (kepogaul.com)

__Terbit pada
26 November 2021
__Kategori
Lifestyle
1

One comment on “Selagi Ada Cinta, tak Perlu Bertanya”

Komentar ditutup