Hai squad, bayangkan Anda sedang naik perahu di sebuah danau atau sungai.  Selama perjalanan, Anda merasakan aliran air yang tenang dan berlayar tanpa hambatan berarti.

Ketika perahu akan melewati bebatuan atau batang kayu yang menahan aliran air, membuat perahumu berjalan lebih pelan.

Cerita ini ada kaitannya dengan hambatan listrik dan memiliki hubungan antara hambatan kuat arus dan tegangan listrik.

Georg Simon Ohm, fisikawan asal Jerman, berhasil menemukan hubungan antara hambatan listrik dengan kuat arus dan tegangan.

Di sungai ada batang kayu dan bebatuan, menghambat arus sungai. Semakin besar hambatannya (Ω), maka akan semakin kecil kuat arusnya (A).

Menurut Georg Simon Ohm, hambatan listrik itu yang melawan aliran arus. Hambatan berfungsi sebagai indikator betapa sulitnya arus mengalir. Nilai resistansi dinyatakan dalam ohm (Ω).

Saat ada perbedaan elektron antara dua terminal, listrik akan mengalir dari tinggi ke rendah. Hambatan melawan aliran arus.
Semakin besar hambatannya, semakin kecil arusnya. Sebaliknya, semakin rendah hambatan, semakin besar arus.

Misalnya sebuah bohlam lampu diberi tegangan 12 vol, ternyata arus listrik yang mengalir 0,1 A. Berapa hambatan bohlam lampu.

Menurut Ohm tegangan sebanding dengan arus. Perbandingan tegangan dan arus adalah bilangan konstan yakni 12/0,1 = 120 vol/A atau 120 Ohm.

Sekarang kita bermain variabel, sebuah lampu hambatam listriknya RΩ. Jika lampu diberi tegangan V, berapa arus listrik yang mengalir.

“Menurut Simon Ohm, tegangan sebanding dengan arus adalah bilangan konstan yang kita sebut hambatan. V/I= R jadi I =V/R.”

Cara lain RΩ artinya R volt/ampere. 1A dihasilkan oleh tegangan R I volt, I ampere dihasilkan tegangan R.I volt atau tegangan =IR. Jadi I=V/R.(*)
Referensi
Fisika Gasing, Prof Yohanes Surya Phd
ruang guru
Buku IPA Kurikulum 2013, Kemdikbud.
Ilustrasi perahi menyebrangi sungai (giphy.com)