Warna-Warni Cahaya Fisika
Minggu, malam, 16 Oktober 2021, Tuan Guru mendampingi anak didiknya Icha dan Echa, mengerjakan tugas Sains yang diberikan gurunya di sekolah via google form.
Maklum, pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, masih diujicoba di beberapa sekolah untuk mencegah penyebaran virus asal Wuhan, Tiongkok itu.
Saat asyik mengerjakan tugas, tiba-tiba lampu padam. Suasana gelap. Belajar bersama pun bubar. Maklum wifi juga ikut padam.
“Gelap nih, Pak,” kata Echa.
“Iya, ada senter atau lilin,” tanya Tuan Guru.
“Ini senter, Pak,” jawab Icha, sambil menyalakan senter di smartphone miliknya.
“Sekarang ada cahaya, semua kelihatan. Apa itu cahaya Pak,” tanya Echa.
“Jadi cahaya itu bentuk energi yang dipancarkan oleh suatu benda pada kondisi tertentu,” jawab Tuan Guru.
Tuan Guru menerangkan, cahaya itu merupakan satu-satunya gelombang elektromagnetik yang dapat dilihat. cahaya juga merambat dengan kecepatan 300.000 meter per detik.
“Cahaya Matahari hanya butuh waktu 8 menit untuk sampai ke Bumi,” kata Tuan Guru.
Tuan Guru menceritakan, hasil penelitian bahwa kecepatan cahaya sebenarnya 299.792.458 meter per detik. Sedangkan jarak antara Bumi dan Matahari adalah 149,6 juta kilometer atau 92,95 juta mil.
Waktu rata-rata yang dibutuhkan cahaya untuk mencapai bumi dari matahari adalah 8 menit dan 20 detik. Waktu ini bervariasi, Bumi yang berbentuk elips terus-menerus mengorbit mengelilingi matahari.
Titik paling dekat cahaya Matahari membutuhkan waktu 8 menit 10 detik untuk mencapai Bumi. Sedangkan di titik terjauh, cahaya Matahari butuh 8 menit 27 detik.
“Dari mana cahaya itu, Pak,” tanya Icha.
“Sumber cahaya itu benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Ada yang tahu contohnya,” tanya Tuan Guru.
“Saya Pak, benda yang dapat memancarkan cahaya adalah Matahari, lampu senter, kunang-kunang, dan lilin,” jawab Icha.
“Bagus, pintar kamu. Lalu bagaimana dengan Bulan,” tanya Tuan Guru lagi.
“Bulan tidak memancarkan cahaya, tetapi bulan memantulkan cahaya matahari. Jadi Bulan bukan sumber cahaya,” jawab Echa.
“Bagus, pintar kamu,” kata Tuan Guru, sambil mengelus kepala anak didiknya.
Selain itu, kata Tuan Guru, cahaya itu merambat lurus. Saat cahaya mengenai benda tak tembus cahaya, maka cahaya tidak dapat melanjutkan perjalanan.
“Cahaya itu merambat lurus bisa dilihat pada celah dedaunan,” kata Tuan Guru.
“Hemm paham Pak,” jawab anak didiknya
“Bagus, eh lampu sudah menyala. Sila lanjutkan tugasnya,” pinta Tuan Guru.
Warna-warni
Esok harinya, Tuan Guru mengajak anak didiknya ke sebuah taman. “Wih, taman ini indah sekali, bunganya warna-warni,” kata Icha.
“Kenapa Pak, bunga itu berwarna-warni. Mengapa bunga Mawar berwarna merah dan bunga Matahari berwarna kuning,” tanya Icha lagi.
“Pertanyaan yang bagus, bunga Mawar merah karena menyerap semua warna, kecuali warna merah. Bunga ini memantulkan warna merah ke mata kita, sehingga kita melihat bunga itu berwarna merah,” jawab Tuan Guru.
“Jadi bunga Matahari memantulkan warna kuning dan menyerap warna lain,” tanya Icha.
“Tepat sekali,” jawab Tuan Guru.
“Bagaimana dengan warna hitam,” tanya Echa.
“Benda yang terlihat hitam karena menyerap semua warna sinar yang datang,” katanya.
“Lalu bagaimana warna putih Pak,” tanya Echa.
“Benda itu berwarna putih karena benda itu memantulkan semua warna yang datang padanya,” kata Tuan Guru. (*)
Referensi. Fisika Gasing, Prof Yohanes Surya Phd