Konsep Bunyi dan Pemanfaatan di Bidang Teknologi
Di akhir pekan, Tuan Guru mengajak dua anak didiknya jalan-jalan di kota, menghilangkan penat setelah beraktivitas selama sepekan. Yuk, simak cerita Tuan Guru bersama muridnya selama menikmati akhir pekan.
“Waduh, macet. Berisik sekali sih klakson mobil di belakang, mereka tak sabaran,” kata Echa.
“Iya, semenjak ilmuan menemukan dan menciptakan klakson, hem suasana menjadi ramai,” kata Tuan Guru.
“Anak-anak, kalian tahu tak apa syarat agar bunyi itu terdengar di telinga kita,” tanya Tuan Guru.
“Yang jelas ada telinga dan ada sumber bunyi. Betul tak, Pak,” tanya Echa, sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Betul sekali, tetapi masih ada satu syarat lagi agar bunyi terdengar di telinga kita,” jawab Tuan Guru, sambil menikmati liburan di akhir pekan.
“Wah, apa itu, Pak,” tanya Icha, dari tadi sibuk bermain gawai.
Syarat terjadinya bunyi, kata Tuan Guru, ada medium yang merambatkan bunyi. Medium itu, perantara bisa berupa udara, air, atau zat padat.
“Ooooo begitu, Pak, saya paham. Asyik jalan-jalan sambil belajar Fisika,” kor menjawab.
Apa Itu Bunyi?
Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat dari sumber bunyi ke telinga pendengar lewat suatu medium.
Sumber bunyi itu sesuatu yang bergetar, misalnya garpu tala digetarklan, senar gitar digetarkan, terompet yang ditiup.
“Wah,menarik ini, Pak.Apa yang menyebabkan terompet bergetar,” tanya Icha penasaran.
“Pertanyaan yang bagus. Yang bergetar itu getaran bibir kita yang meniup terompet. Getaran ini diperkeras oleh udara dalam tabung terompet, sehingga terdengar nyaring,” jelas Tuan Guru.
“Bagaimana caranya udara memperkeras bunyi,” tanya Echa.
“Dengan resonansi,” singkat Tuan Guru.
“Maksudnya, bagaimana Pak,” tanya Echa.
Resonansi bunyi itu peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat getaran yang dihasilkan oleh sumber bunyi.
Resonansi bunyi hanya dapat terjadi jika suatu benda memiliki frekuensi alami yang sama dengan frekuensi alami sumber bunyi yang bergetar.
Selain benda, udara atau gas di sekitar sumber bunyi juga dapat beresonansi, asalkan memiliki frekuensi alami yang sama dengan frekuensi alami sumber bunyi.
Frekuensi Bunyi
Hai squad, ternya tidak semua bunyi bunyi bisa kita dengar, seperti frekuensinya bunyi yang berada antara 20 Hz – 20.000 Hz (audiosonik), bisa didengar semua makhluk hidup.
Yup, kita simak frekuensinya dan mahluk hidup apa saja yang bisa mendengarkannya.
1. Infrasonik itu bunyi yang memiliki frekuensi <20 Hz. Frekuensi bunyi ini dapat didengar oleh hewan seperti jangkrik, laba-laba, gajah, anjing, dan lumba-lumba.
2. Audiosonik itu bunyi yang memiliki frekuensi 20 Hz – 20.000 Hz. Bunyi ini dapat didengar manusia.
3. Ultrasonik itu bunyi yang memiliki frekuensi > 20.000 Hz. Bunyi ini dapat didengar oleh hewan seperti kelelawar dan lumba-lumba.
Pemanfaatan Konsep Bunyi
Cepat rambat gelombang bunyi ini dimanfaatkan para ilmuwan Fisika dapat membuat teknologi mutakhir, seperti teknologi Sonar, Ultrasonografi, dan Echocardiogram.
Sonar
Teknologi Sonar digunakan sistem navigasi dengan bunyi pantul ultrasonik. Pada perangkat kamera, teknologi SONAR berguna mendeteksi jarak benda yang akan difoto.
Selain itu, mendeteksi jarak benda-benda yang ada di sekitar mobil. Pada pengukur kedalaman laut, teknologi SONAR untuk mengukur kedalaman laut dengan diletakkan di bawah kapal.
Gelombang ultrasonik dipancarkan pemancar yang diarahkan ke sasaran, kemudian akan dipantulkan kembali dan ditangkap oleh pesawat penerima. Alat ini, dapat ditentukan nilai jarak atau kedalaman laut.
Ultrasonografi
Ultrasonografi digunakan mencitrakan bagian dalam tubuh manusia, seperti melihat perkembangan janin dalam kandungan.
Ultrasonografi menggunakan konsep pemantulan bunyi, yaitu transducer ditempelkan pada organ yang ingin dilihat citra bagian dalamnya.
Echocardiogram
Echocardiogram adalah teknologi yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan aliran darah. Bunyi ultrasonik diarahkan menuju pembuluh nadi, dan pergerakan gelombang bunyi tersebut mengikuti kecepatan aliran darah. (*)
Referensi
Ruang Guru
akupintar.id
Fisika Gasing, Prof Yohanes Surya, Phd
Buku IPA Kurikulum 2013, Kemdikbud.
foto/ilustrasi : mengukur kedalaman laut Shutterstock