Eksotisme Saoraja La Tenri Bali
Anda butuh wisata budaya? Rumah Adat Saoraja Latenri Bali, di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, bisa menjadi pilihan alternatif untuk Anda.
Rumah adat yang dibangun di atas lahan 9 hektar itu, siap manjakan mata pengunjung. Pengunjung bisa menikmati hamparan sawah dan Danau Lampulung berwarna biru.
Tiupan angin membuat suasana sejuk, pengunjung betah berlama-lama di area rumah adat.
Di sisi rumah adat, tersedia fasilitas berupa gazebo dan kolam ikan dipenuhi teratai tumbuh subur, membuat suasana tambah alami.
Saoraja La Tenri Bali berada di kawasan Rumah Adat Atakkae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, 3 kilometer di sebelah Timur Sengkang atau 200 kilometer sebelah utara Kota Makassar
Rumah adat ini memiliki arsitektur seni tradisonal, menggambarkan kemegahan masyarakat Wajo.
Rumah Adat ini didesain paling besar dibandingkan dengan rumah adat Atakkae lainnya. Rumah adat ini ditopang 101 tiang (Bola Seratue).
Setiap tiang berdiameter 1,45 meter dengan diameter 0,45 meter, bobot tiang fantastis, 2 ton per tiang.
Memiliki tinggi 8,10 meter dan panjang 42,20 meter, lebarnya 21 meter dan tinggi bumbungannya adalah 15 meter.
Dibangun tahun 1995, salah satu rumah adat terbesar di Sulawesi Selatan. Saoraja La Tenri Bali artinya Istana Raja La Tenri Bali.
Sedangkan La Tenri Bali, salah satu raja yang pernah memimpin Kerajaan Wajo. Masyarakat Wajo menyebutnya Arung Matoa.
Arung Matoa yang pernah memimpin Kerajaan Wajo memiliki istana dan bentuk kekuasaan yang berbeda-beda. Arung Matoa memiliki ciri khas masing-masing. Salah satunya adalah Sao Raja yang mereka miliki.
Kini, Sao Raja La Tenri Bali menjadi ikon wisata Kabupaten Wajo. Rumah adat ini, biasa dikunjungi warga.
Anda butuh tempat santai? Kawasan rumah adat ini cocok untuk berwisata alam dan budaya.
Selain itu, cocok digunakan sebagai tepat pameran, berkemah, bersantai dan swafoto atau selfi ria, juga foto cocok foto prewedding pernikahan dengan latar rumah adat.
Butuh Perawatan
Saat memasuki area rumah adat, Anda akan dilayani dua petugas. Petugas itu siap melayani pengunjung agar nyaman menikmati eksotisme rumah adat.
Di sisi kanan deretan bangun rumah adat, berdiri rapih bangunan rumah mewakili setiap kecamatan.
Namun, rumah adat terbuat dari kayu ulin asal Pulau Kalimantan itu, butuh perawatan. Di bagian atap bangunan ada sudah bocor.
Papan di bagian teras biasa dipakai duduk sambil santai sebagian sudah lapuk dan dua bangunan sisa-sisa kebakaran juga belum dibenahi.
“Jika rumah adat ini dirawat dan dibenahi, maka bisa mendataangkan PAD (pendapatan asli daerah),” kata pengunjung.
Pengunjung mengusulkan agar pengelolaan area Sao Raja La Tenri Bali dikelola secara profesional, menarik minat pengunjung.(*)