Undangan Pernikahan

“Rokok Pappaisseng”

Ilustrasi undangan pernikahan. (foto shutterstock)

Matahari baru menuju peraduan, cuaca sore itu sejuk. Tuan Guru bersantai di rumah, sambil membaca buku kumpulan feature namine karya terbaik Inspirasi Keluarga 2018.

Di balik pintu pagar terdengar suara lelaki. “Assalamualaikum, permisi,”sambil memukul-mukul pagar.

Tuan Guru mengintip dari jendela rumah, di depan pintu pagar empat orang mengenakan pakaian tradisional.

Dua perempuan mengenakan baju bodo berwarna hijau dan dua lelaki mengenakan jas warna hitam. Di tangan perempuan terlihat sebuah benda terbungkus kain sutra.

“Sila masuk, waduh rumahnya berantakan. Duduki (duduk),” ajak Tuan Guru, sambil menyingkirkan buku-buku di meja.

Tamu mengenakan pakaian adat serasi itu duduk dikursi, tanpa basi-basi, menyampaikan hajatnya kepada Tuan Rumah.

“Appeloki (merokok), pappakarajana (penghargaan) Puang…. diharapkan datang menghadiri acara mamppaci dan pernikahan anaknya Puang…,” ajaknya sambil buka bungkusan kecil.

Bungkusan itu berisi piring kecil dan di atas piring satu  bungkus yang sudah terbuka. Tuan Guru mengambil satu batang rokok merek terkenal asal Amerika Serikat itu.

Tuan Guru hanya mengangguk dan mendengarkan ajakan tamu. Maklum Tuan Guru tak merokok.

Setelah menyampaikan hajatnya, tamu pamit.”Saya pamit Puang, diharapkanki datang di acara pernikahan anaknya Puang.…,” katanya lagi.

Di beberapa daerah di Sulawesi Selatan, menjadikan rokok sebagai sajian di acara pernikahan, seperti ritual mappaisseng (mengundang).

Mappaisseng itu proses atau tradisi menyampaikan undangan kerabat dan tetua tentang rencana pernikahan.

Diharapkan bantuan dari pihak kerabat dan tokoh masyarakat agar acara pernikahan.

Mappaisseng adalah proses “mengundang” para keluarga,kerabat dekat untuk hadir pada acara pernikahan anggota keluarganya.

Ritual ini pihak calon mempelai akan mengirimkan duta untuk menyampaikan undangan secara lisan perihal rencana pernikahan.

Saat ini, undangan pernikahan didesain sedemikian rupa dan dicetak dengan kertas dengan konsep undangan yang lebih gereget.

Tak perlu biaya cetak mahal, undangan ini malah terbukti sangat diharapkan para tamu.

****
Kebiasaan merokok di Indonesia cukup tinggi, seperti dilansir kompas.com dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pengeluaran konsumsi per kapita dalam sebulan penduduk Indonesia sepanjang tahun 2020.

Menurut survei BPS, rata-rata pengeluaran per kapita orang Indonesia dari Sabang sampai Merauke selama sebulan adalah sebesar Rp 1.225.685.

Tuan Guru tertarik data pengeluaran uang untuk membeli rokok dan produk tembakau lainnya lebih besar daripada belanja untuk makanan pokok, seperti beras.

BPS mencatat, pengeluaran rokok dan tembakau sebesar 5,99 persen dari seluruh pengeluaran bulanan. Sementara untuk belanja beras yakni sebesar 5,45 persen. (*)

__Terbit pada
21 Mei 2021
__Kategori
Culture

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *