Halal Bihalal Ala Tuan Guru
Hari ini, 17 Mei 2021, hari pertama masuk kerja, Tuan Guru tetap mengajar dari rumah via online. Pertemuan ini, saling menyapa dan minta maaf kepada anak didiknya.
Kemudian, Tuan Guru bergerak menuju sekolah halal bihalal dengan sohib dan mengisi daftar hadir. Tuan Guru membubuhkan dua kali tandatangan.
Saat Tuan Guru lagi santai sambil membaca artikel via laptop. Maklum hari ini (17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional), sohib menghampiri dan meminta tolong diaktifkan akun belajar.id.
“Pak minta tolong bagaimana cara aktifkan akun belajar, katanya paling lambat Juni 2021,” pintanya.
“Siap,” jawab Tuan Guru, sambil meminta sohib duduk di sampingnya, sekira lima menit akun belajar sohib aktif.
Kemudian halal bihalal sederhana dimulai, para guru saling menyapa. Mereka meminta maaf dan memberi maaf.
Bagi sohib baru datang, mendatangi guru datang lebih awal, tanpa memandang status dan pangkat. Sepakat minta dan memberi maaf.
Sebagian guru menawarkan kue khas lebaran, Tuan Guru menyebut kue passiara. Sohib yang tinggal dekat sekolah membawa tape. Kue dan tape disimpan di meja.
Inilah salah satu esensi puasa, menyambung tali silaturahmi dan memaafkan kesalahan. Lalu, mereka membuat agenda agar pembelajaran setelah lebaran berjalan lancar.
****
Makna Ramadhan
Ramadhan itu tempat menabur benih kebaikan, ladang pahala dan madrasah menguji bagi umat yang beriman. Semua bermuhasabah agar mendapat predikat fitrah.
Tuan Guru mengutip nasihat Gusmus, jangan gadai amalan Ramadan dengan sifat ketidakjujuran dan kesewenangan. Berkata dan berbuat jujur memang sulit, terkadang orang di sekitar kita menjadi marah.
Kejujuran memang kadang tidak menjajikan kemewahan, tapi selalu memberi kedamaian qalbu.
Saat ini, sikap jujur, bukan menjadi pedoman utama sebagian umat, padahal sikap kejujuran memberi kenikmatan hidup.
Sikap jujur tak selalu berakhir indah, tapi jujur selalu diujikan dan diamalkan. Jujur kerkadang terasa susah, tapi bisa diamalkan.
Sifat jujur janganlah lekang. Berkata benar muka belakang, jujur harus ikhlas, agar hidupmu tidak kecewa.
Puasa orang beriman diterima, jika mampu menundukan hawa nafsu duniawi selama bulan Ramadhan dan mengoptimalkan ibadah dengan penuh keikhlasan.
Semoga kita mendapatkan penghargaan rahmat, magfirah, dan ampunan. Penghargaan itu, diuji setelah Ramadan, yakni meningkatnya kesalehan individu dan sosial.
Idulfitri sebagai ajang merefleksi diri agar mendekatkan diri pada Sang Pencipta Alam dan mengasah kepekaan sosial.
****
Setelah berpuasa, ujian kita menjaga lisan dan perbuatan kita serta berbuat baik kepada sesama. Mari kita belajar pada lebah.
Lebah selalu melihat dan mencium yang baik. Meski berada di tempat kotor dan busuk. Selalu mencari yang baik.
Beda dengan lalat, meski berada di tempat yang bersih, mata dan hidungnya selalu mengendus yang busuk.
Semoga mata kita tetap menatap yang baik-baik. Hidung kita mencium yang harum. Telinga mendengar yang baik.
Ujian sesungguhnya baru dimulai. Jagalah kebersihan mata, hidung, mulut dan telinga kita.(*)