Bahaya! Produksi Sampah 7.739 ton sejam
Browsing di internet sudah jadi kebiasaan Tuan Guru tiap hari. Ya, sekadar mencari info sepak bola di negeri Ratu Elisabeth, cerita budaya, sains, dan update info kekinian.
Kali ini, Tuan Guru tertuju sebuah tulisan dimuat medio Desember 2020. Tulisan itu mengulik produksi sampah di negeriku. Tuan Guru kaget, sekaligus khawatir masa depan bumi.
“Bahaya,” gumamnya dalam hati sambil terus membaca ulasan produksi sampah di negeriku.
Di laman indonesia.go.id, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengakui, tahun 2020 total produksi sampah nasional telah mencapai 67,8 juta ton.
Jika dikalkulasi, maka produksi sampah kita capai 185.753 ton setiap hari. Artinya setiap jam kita produksi 7.739 ton.
Pada 2018 saja, produksi sampah nasional sudah mencapai 64 juta ton dari 267 juta penduduk.
Bank Dunia dalam sebuah laporannya medio September 2019 melansir data produksi sampah global. Lembaga keuangan internasional tersebut mengklaim bahwa pada 2016 terdapat 2,01 miliar ton sampah menumpuk di dunia.
Jika melihat dari laju pertumbuhan penduduk Bumi, terutama pertumbuhan urbanisasi hingga 70 persen, maka prediksi lembaga yang berpusat di Washington DC, Amerika Serikat itu, pada 2050 timbalan sampah akan mencapai 3,4 miliar ton.
Timbunan sampah yang menggunung itu, selain menimbulkan pencemaran lingkungan, juga menambah produksi gas metana.
Sampah-sampah tadi pada akhirnya berkontribusi besar menambah makin menggunungnya timbunan di tempat pembuangan akhir (TPA).
Masyarakat kita, masih ada yang belum melek pentingnya merawat lingkungan.Jika lingkungan bersih dan sehat, maka berdampak pada kesehatan masyarakat.
Tuan Guru percaya, jika masyarakat sehat, anggaran sektor kesehatan berkurang. Pemerintah bisa mengalihkan anggaran kesehatan ke sektor lain demi kemajuan ekonomi.
Selain itu, hasil pengelolaan sampah bisa dijadikan bahan bakar bagi pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSA) dan kompos untuk pertanian dan perkebunan.
PLTSA bisa diterapkan di Indonesia sebagai salah satu sumber energi alternatif. Masyarakat diminta mengurangi penggunaan plastik. Sampah plastik sulit terurai di tanah.
Perlu ada gerakan terstruktur,masif, dan sismatis (TSM) menggugah kesadaran masyarakat agar memahami bahaya sampah bagi bumi kita.
Saat ini, masih ada masyarakat menganggap lingkungan yang sehat belum menjadi sebuah kebutuhan.
Terbaru, Presiden Joko Widodo mengunjungi fasilitas pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Kota Surabaya, Kamis, 6 Mei 2021.
Fasilitas itu dijadikan percontohan pengembangan pengelolaan sampah menjadi energi listrik di Indonesia. Pembangunan fasilitas pengelolaan sampah menjadi energi listrik, mesti digalakkan.
Semangat dari pembangunan fasilitas tersebut, bukan sekadar penyediaan cadangan listrik semata, tapi benahi majemen sampah utamanya di kota-kota besar.
Merawat Bumi
Merawat bumi tak perlu langkah besar. Perbuatan kecil bisa menyelamatkan bumi dari kerusakan.
Langkah kecil itu, bisa menanam satu tanaman di halaman rumah, halaman kantor, halaman sekolah, halaman kampus, dan lainnya.
Pohon akan menyuplai oksigen yang bersih bagi manusia. Pohon akan memerangi perubahan iklim dan membuat bumi kian sejuk.
Mendaur ulang sampah plastik dengan cara mengolahnya menjadi kerajinan tangan dan pot tanaman agar sampah plastik tidak sampai ke laut.
Sampah plastik di laut, merusak ekoaistem dan biota laut.
Penduduk bumi diingatkan merawat bumi dari sampah. Jangan buang sampah di laut.
Menghemat energi listrik juga menjaga bumi tetap sejuk sesuai keinginan penghuninya. Saatnya, kita kurangi polusi.
Batasi penggunaan kendaraan bermotor agar atmosfer semakin bersih dari polusi dan lapisan ozon kian baik.
Ayo rawatlah bumi kita dengan perbuatan kecil dan baik. Jika perbuatan kecil dilakukan secara konstan dan manjadi pembiasaan, maka Anda sudah merawat dan menjaga bumi. (*)