Merengkuh Ketakwaan di Tengah Pandemi
Oleh : Dr Rahmawati (Dosen IAIN Parepare)
Ramadhan kali ini sangat berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, di mana tempat-tempat ibadah sudah dipenuhi jemaah untuk mendapatkan keberkahan.
Pandemi mengajarkan kita dalam keberagamaan, merengkuh ketakwaan kepada sang Pencipta. Ketakwaan ini merupakan tujuan akhir dari kewajiban puasa Ramadhan.
Dalam QS. Al-Baqarah: 183 menunjukkan bahwa tujuan utama puasa adalah menjadi pribadi yang bertaqwa. Nah bagaimana kita bisa mencapai derajat ketakwaan di tengah pandemi?
Tentunya bukan pada berapa banyak melaksanakan salat jemaah di masjid, mendirikan salat tarawih dan ibadah-ibadah lain di tempat-tempat mulia.
Tetapi sejauh mana kemampuan kita menjaga diri dari kemurkaan Allah dengan membersihkan hati dari dosa-dosa.
Secara etimologis, istilah taqwa berasal dari kata waqa-yaqi– wiqayah berarti menjaga diri, menghindari dan menjauhi.
Secara terminologis, takwa adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya, dan tidak melanggar dengan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa.
Makna takut dalam konteks ini adalah takut, terus upaya untuk mendekatkan diri pada Allah Swt.
Berbeda dengan takut pada konteks pandemi, menjauhkan atau menghindari diri dari wabah ini merupakan hal yang wajar dan manusiawi.
Imam Al-Gazali menyebutkan bahwa kata taqwa dalam AlQuran mengandung tiga makna, yaitu : takut, ketaatan dan ibadah, dan pembersihan hati. Makna ketiga inilah arti sebenarnya dari taqwa.
Mewabah Covid-19di tengah bulan suci Ramadhan, pada dasarnya Tuhan mengajarkan hamba-Nya untuk menggali nilai-nilai spiritual dalam mencapai ketaqwaan.
Keberkahan bulan puasa yang tidak hanya semata-mata pada ritualitas ibadah pada tempat-tempat tertentu.
Tuhan mengajarkan bahwa ketakwaan seseorang tidak hanya semata-mata tampak dan ditemukan pada ritualitas di rumah ibadah, masjid, kakbah, majelis taklim, mimbar khutbah, dan lainnya.
Namun pada ruang sempit pada bilik-bilik kamarmu, tapi mampu menghadirkan Tuhan dalam relung hatimu.
“Temukan Dia (Tuhanmu ) di saat yang teduh dimana engkau hanya sendiri bersamaNya.” demikianlah petikan salah satu bait dari puisi KH Mustafa Bisri, Tuhan mengajarkan melalui Korona. Wallahu a’lam bish-shawab. (*)